Ketergantungan Pada LeBron James Adalah Pisau Bermata Dua bagi Cavs

8 Februari 2018 17:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warriors taklukkan Cavaliers. (Foto: Kyle Terada-USA TODAY Sportsvia Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Warriors taklukkan Cavaliers. (Foto: Kyle Terada-USA TODAY Sportsvia Reuters)
ADVERTISEMENT
Jika ada satu fragmen dari menukiknya performa Cleveland Cavaliers di pertengahan musim NBA kali ini, sangat mungkin hal itu adalah laga Cavs versus Golden State Warriors pada 25 Desember 2017.
ADVERTISEMENT
Laga yang dihelat di malam Natal tersebut berakhir untuk kemenangan Warriors. Kevin Durant muncul sebagai tokoh utama di balik kemenangan tuan rumah dengan menyumbang 25 poin.
Kekalahan ini, bagi Cavs, tak hanya menyakitkan, tetapi juga membuat mereka mendapatkan coreng di atas sebuah catatan apik.
Ya, selain keok di tangan musuh bebuyutan selama tiga musim terakhir itu, kekalahan itu menjadi awal dari kembali memburuknya performa Cavs --persis seperti di awal musim.
Sejak kalah dari Warriors, Cavs menelan dua kekalahan beruntun, masing-masing dari Sacramento Kings dan Utah Jazz. Mereka kemudian meraih kemenangan di awal tahun 2018, yang saat melawan Portland Trail Blazers pada 2 Januari. Akan tetapi, kemenangan itu menjadi hambar, lantaran Cavs kembali takluk di tangan Boston Celtics satu hari kemudian.
ADVERTISEMENT
Di sini, skuat Tyronn Lue mulai limbung. Meski sempat menang melawan Orlando Magic tiga hari usai ditumbangkan Celtics, Cavs lalu menderita empat kekalahan beruntun.
Dengan kembali naik-turunnya penampilan mereka, Cavs mengulang masa-masa buruk mereka di awal musim. Bahkan, di versi ulangan ini, rekor Cavs jauh lebih buruk.
Sejak kalah dari Warriors pada 25 Desember 2017, Cavs sudah menderita 13 kekalahan dari 20 laga yang dijalani. Catatan di awal musim mereka justru terbilang 'mending', karena hanya kalah tujuh kali dari 20 laga pertama.
Raut kekecewaan LeBron dan Calderon. (Foto: Ken Blaze-USA TODAY Sports via Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Raut kekecewaan LeBron dan Calderon. (Foto: Ken Blaze-USA TODAY Sports via Reuters)
Dari dua versi keburukan Cavs itu, masalah utama LeBron James dan kolega adalah soal bobroknya pertahanan mereka. Pada awal musim --sebelum mereka meraih 13 kemenangan beruntun-- rata-rata kemasukan Cavs sempat mencapai 117,28 poin per laga.
ADVERTISEMENT
Sedangkan di versi kedua ini, dari 15 laga terakhir, Cavs rata-rata kemasukan 113,6 per gim, yang menjadikan mereka sebagai tim terburuk kedua soal defensive rating. Mereka hanya unggul 0,3 poin dari Phoenix Suns sebagai tim dengan pertahanan terburuk di liga. Dan tentunya kalah jauh dari tim-tim kuat lain, macam San Antonio Spurs (99,9) dan Celtics (98,2).
Dengan kembali menurunnya performa Cavs, mengatakan mereka kembali telat panas tentu bukan penyebab dari masalah yang dihadapi saat ini. Karena, musim reguler telah berjalan separuhnya dan tinggal menyisakan sekitar 30 pertandingan lagi.
Begitu juga dengan alasan kekurangan pemain. Pasalnya, Cavs, sejak awal 2018, sudah bisa diperkuat oleh Isaiah Thomas. Belum lagi, Derrick Rose sudah kembali dari cedera, yang membuat stok pemain mereka terbilang cukup.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, melimpahnya pemain membuat Tyronn Lue punya masalah lain soal integrasi. Kembalinya Thomas, membuat Jose Calderon kembali ke bangku cadangan dan menunggu giliran bersama Rose. Sehingga, dengan komposisi yang kembali berubah, Lue terhitung sudah lima kali mengubah susunan lima pemain awalnya.
Pertama Lue memasang Rose sebagai guard utama. Setelah Rose cedera, Calderon masuk sebagai starter. Kemudian saat Thomas sembuh, pemain yang didatangkan dari Celtics itu menjadi starter. Akan tetapi, komposisi anyar dengan Thomas sebagai guard utama belum juga membuahkan hasil positif.
Alih-alih mencari sistem permainan baru yang lebih efektif, Lue menggeser Jae Crowder ke bangku cadangan dan menggembalikan Kevin Love ke posisi aslinya sebagai small forward dan memasang Tristan Thompson sebagai center utama.
ADVERTISEMENT
Namun, Lue belum juga menemukan jawaban dari eksperimennya. Ia kemudian 'terpaksa' mengubah susunan line-up (lagi) setelah Love menderita cedera patah tulang yang mengharuskannya menepi selama dua bulan. Alhasil, Crowder kembali dipasang sebagai starter di posisi small forward.
Kevin Love dijaga oleh Kyrie Irving. (Foto:  David Butler II-USA TODAY Sports via Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Kevin Love dijaga oleh Kyrie Irving. (Foto: David Butler II-USA TODAY Sports via Reuters)
Dengan seringnya perubahan line-up, para pemain jelas membutuhkan waktu untuk kembali beradaptasi, terlebih di musim ini Cavs kedatangan delapan pemain anyar. Buah dari terus bergantinya susunan ini akhirnya berdampak pada kontribusi pemain dalam penyerangan.
Cavs boleh saja menjadi tim terbaik kelima di liga soal rata-rata memasukkan poin per laga dengan 109,3. Akan tetapi, jika persebaran poin tersebut dibagi ke tiap pemain, terlihat bahwa Cavs punya masalah soal keseimbangan tim dan ketergantungan akan satu pemain saja.
ADVERTISEMENT
Soal ini, James menjadi poros utamanya, sebagai pemain dengan rata-rata poin per gim terbesar (26,5), catatannya berselisih jauh dengan pemain lain. Hanya Love yang paling mendekati, itu pun dengan 17,9 poin. Dan selisih ini kian jauh jika dibandingkan pemain lain.
Tidak berimbangnya persebaran poin menjadi bukti belum padunya permainan Cavs musim ini yang berimbas pada kedalaman skuat mereka. Meski kuat dan kaya pemain, mereka limbung ketika James sedang tidak dalam permainan terbaiknya.
Buruknya permainan Cavs di awal musim. (Foto: Reuters/Derick E. Hingle)
zoom-in-whitePerbesar
Buruknya permainan Cavs di awal musim. (Foto: Reuters/Derick E. Hingle)
Cavs memang berhasil mengalahkan Minnesota Timberwolves pada Kamis (8/2) pagi WIB. Akan tetapi, jika menilik jalannya laga, Cavs sangat kesusahan melawan tim di peringkat empat Wilayah Barat itu. Bahkan, kemenangan itu boleh dibilang dihasilkan lewat kerja keras James seorang di akhir kuarter empat dan akhir babak overtime.
ADVERTISEMENT
Jika kondisi ini terus berlanjut (bertumpu pada satu pemain), ditambah dengan kehilangan Love--sebagai pencetak poin terbanyak kedua--untuk dua bulan ke depan, Cavs tak akan menemui jalan bertabur bunga di laga-laga selanjutnya.
Bukan tanpa alasan, memang, karena James adalah pemilik rata-rata turnover terbanyak di Cavs dengan 4,5 kali per gim. Sehingga, dengan terus mengandalkan penyerangan hanya lewat dirinya, ini akan menjadi pisau bermata dua bagi Cavs.
Oleh karena itu, Cavs harus segera bangkit dan, beruntungnya, mereka sudah mendapatkan momentum untuk melakukan itu di laga melawan Wolves. Kini, pekerjaan rumah mereka adalah meneruskan tren kemenangan tersebut.
Pasalnya, posisi mereka di klasemen tidaklah terlalu aman. Cavs, yang masih bertengger di posisi ketiga, hanya terpaut satu kemenangan dari Washington Wizard di tempat keempat, dua kemenangan dari Bucks di peringkat lima, dan hanya empat kemenangan dari Detroit Pistons di posisi kesembilan.
ADVERTISEMENT
Jika mereka kembali tergelncir di laga berikutnya, sedangkan tim-tim di bawah mereka justru menanjak, bukan tidak mungkin Cavs harus mengubur harapan untuk lolos ke babak playoff.