Ketua Umum Pordasi: Soal Kuda Baru hingga Target ke Depan

24 Agustus 2018 20:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Atlet berkuda Indonesia, Dara Ninggar. (Foto: . ANTARA FOTO/INASGOC/Mohammad Ayudha)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet berkuda Indonesia, Dara Ninggar. (Foto: . ANTARA FOTO/INASGOC/Mohammad Ayudha)
ADVERTISEMENT
Cabang olahraga berkuda belum menyumbang medali untuk Indonesia di ajang Asian Games 2018. Teraktual, di nomor tunggang serasi individu kelas menengah gaya bebas, atlet berkuda andalan Indonesia, Larasati Gading, gagal meraih medali.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa masalah yang ternyata menyertai persiapan cabor berkuda ini jelang Asian Games 2018. Salah satunya, waktu persiapan yang mepet. Untuk kasus Larasati, kuda yang bakal ditungganginya saat berlaga di Asian Games baru datang pada Juni 2018. Waktu yang kelewat singkat ini mengganggu proses persiapan. Larasati sampai mengungkapkan bahwa kekalahannya ini akibat ia dan kudanya belum cocok satu sama lain.
Namun, Ketua Umum PP Pordasi (Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia), Eddy Saddak, tidak merasa risau. Di mata Eddy, tim berkuda Indonesia sudah mengalami banyak kemajuan. Dia merasa bahwa tim berkuda Indonesia sudah setara levelnya dengan Jepang.
"Memang, kalau saya lihat, sudah banyak kemajuan di tim. Jepang yang turun dengan tim Olympic-nya saja cuma unggul dua persen dari kita. Artinya, kita sudah sampai di level itu. Tinggal diteruskan apa yang sudah dilakukan sejauh ini. Seperti Ibu Laras (Larasati) yang harus ganti kuda, karena kuda yang biasa dipakai waktu Asian Games 2014 sudah meninggal," ujar Eddy.
ADVERTISEMENT
"Tapi, menggembirakan juga karena satu tim. Dengan adanya tiga junior sekarang yang masuk tim elite, dipadukan dengan Ibu Laras, skornya jadi cukup baik. Ke depannya tinggal dilanjutkan saja," katanya menambahkan.
Menyoal persiapan yang mepet, Eddy mengakui bahwa hal itu menjadi masalah bagi tim berkuda Indonesia. Khusus untuk kuda baru Larasati yang datang pada Juni 2018, dia menyebut hal itu mengganggu mengganggu performa Larasati. Jika diberikan waktu lebih lama, seperti tiga atau empat bulan lebih banyak, Larasati mungkin bisa memberikan hasil yang lebih baik.
Larasati Gading di penyisihan Asian Games 2018. (Foto: ANTARA FOTO/INASGOC/Jefri Tarigan)
zoom-in-whitePerbesar
Larasati Gading di penyisihan Asian Games 2018. (Foto: ANTARA FOTO/INASGOC/Jefri Tarigan)
Tapi, Eddy menolak jika disebut Indonesia kesulitan untuk membeli kuda. Memang Pordasi tidak memiliki kuda sendiri. Namun, dengan status Indonesia yang sudah masuk G20 sekarang, menurut Eddy, Indonesia seharusnya tidak kesulitan mencari kuda dari luar negeri, meski dalam status sewa.
ADVERTISEMENT
"Indonesia masuk G20, ya tentunya cukuplah (kalau untuk mendapat kuda). Kalau kita masih tahun 80-an, mungkin sulit. Tapi, kita kan sudah masuk G20. Masa iya, ga bisa beli kuda? Tapi, memang untuk sementara sewa. Habis ini, bisa dibeli atau gimana gitu ke depannya. Itu tinggal nanti deal sama yang punyanya saja," ujar Eddy.
Eddy mengaku PORDASI memiliki target-target besar ke depannya. Selain akan mencoba meraih medali emas di ajang SEA Games 2019 dan di ajang Asian Games 2022, Pordasi juga akan bekerja sama dengan pemerintah agar Jakarta International Equestrian Park Pulomas menjadi tempat penyelenggaraan ajang-ajang berkuda skala internasional.
"Equestrian Park ini memang pemiliknya PT Pulomas Jaya. Nah, tinggal nanti kerja sama dengan Pordasi untuk bisa bikin ini jadi tempat event internasional. Tidak usah sering, mungkin cukup tiga tahun sekali. Sebab, kalau sudah seperti ini, jangan sampai seperti di tempat lain. Selesai games (tempatnya) terus terbuang. 'Kan sayang," kata Eddy.
ADVERTISEMENT
"Kami juga sudah koordinasi (dengan Federasi Berkuda Asia) karena kebetulan saya wakil presiden di Asia, sehingga nanti bisa ada program-program Equestrian Federation yang lewat sini. Kalau sudah begitu, tempat ini akan selalu dipakai untuk pertandingan internasional," tambahnya.