Kiat PB Djarum Menjamin Pendidikan dan Kesehatan Atlet Binaan Mereka

25 April 2018 16:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Atlet PB Djarum berlatih, (Foto: Dok. PB Djarum)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet PB Djarum berlatih, (Foto: Dok. PB Djarum)
ADVERTISEMENT
Bagi seorang atlet, latihan adalah sebuah kewajiban mutlak untuk mencapai prestasi tertinggi. Mengolah dan melatih tubuh dengan menu-menu latihan yang sudah diatur sedemikian rupa menjadi bagian hidup yang tak terpisahkan.
ADVERTISEMENT
Latihan juga tak pernah mudah. Tak hanya menuntut kondisi fisik prima, di sana juga dibutuhkan determinasi, kemauan, dan kerja keras. Oleh karenanya, memilih jalan menjadi seorang atlet bukanlah perkara mudah. Apalagi, bagi mereka yang masih berada di usia wajib sekolah.
Para atlet binaan PB Djarum, yang merupakan atlet-atlet pilihan dari Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis, adalah contoh yang menceburkan diri ke dunia olahraga sejak masih jadi pelajar. Mereka berlatih bulu tangkis, juga menjalani kewajiban sebagai seorang pelajar.
PB Djarum, sebagai salah satu klub bulu tangkis terbesar di Indonesia dengan jumlah atlet yang tak sedikit, punya kewajiban untuk mengeluarkan dan memoles potensi para atlet tersebut, sekaligus menunjang pendidikan, setiap kali menerima mereka yang lolos dari Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis.
ADVERTISEMENT
Ketua PB Djarum Yoppy Rosimin menjelaskan bahwa pihaknya sudah bekerjasama dengan beberapa sekolah untuk menampung atlet-atlet binaan mereka dan mendapat pendidikan formal laiknya siswa sekolah pada umumnya. Namun, Yoppy mengatakan ada beberapa perubahan soal jam belajar, khususnya bagi atlet yang duduk di tingkat SMP dan SMA.
Dengan jadwal yang agak berbeda, risiko selanjutnya adalah tidak maksimalnya pelajaran yang diterima oleh atlet. Oleh karenanya, PB Djarum juga memberikan les tambahan untuk beberapa mata pelajaran. Khususnya Bahasa Inggris, yang dimaksudkan agar para atlet punya bekal berkomunikasi ketika berlaga di kejuaraan internasional.
"Anak-anak sekolah setiap hari seperti jadwal sekolah umumnya. Mereka masuk sekitar jam 09:30 pagi untuk yang sekolah di SMP dan SMA. Sedangkan untuk atlet usia SD tetap mengikuti jadwal normal sekolahnya (masuk dari pagi)," kata Yoppy saat dihubungi kumparan.
ADVERTISEMENT
"Di sela-sela itu ada les tambahan, biasanya keterampilan Bahasa Inggris (satu orang seminggu tiga kali). Tujuan Berbahasa Inggris pada saat mereka bertanding di luar negeri, mereka bisa berkomunikasi, sedangkan kalau matematika untuk logika berhitungnya."
"Untuk sekolah yang bekerjasama dengan PB Djarum ada SD Kanisius dan Glantengan untuk sekolah dasar. Kalau SMP di Taman Dewasa, dan untuk menengah atas ada SMA Keluarga," paparnya.
Latihan para atlet PB Djarum. (Foto: Dok. PB Djarum)
zoom-in-whitePerbesar
Latihan para atlet PB Djarum. (Foto: Dok. PB Djarum)
Yoppy selanjutnya menyebut para atlet yang dikarantina di PB Djarum sebagai student athlete yang punya dua tugas utama: belajar dan berlatih. Tentu saja, Yoppy dan staf PB Djarum sadar betul hal ini bukanlah perkara mudah. Untuk membantu atlet bisa berjalan beriringan pada dua hal ini, telah dibentuk satu sistem yang terstruktur.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, mengurus atlet yang sedang dalam usia pertumbuhan juga bukan urusan mudah. Yooppy bercerita, tak jarang karena terlalu lelah berlatih, atlet-atlet ini memilih untuk berada di kantin dan beristirahat ketimbang di kelas.
"Yang paling berat memfokuskan mereka. Karena saat sedang capek, fokus mereka ketika sekolah jadi kendor. Kalau mereka capek mereka tidak masuk ke kelas, tapi pergi ke kantin. Itu tugas kami mengawasi mereka agar sebisa mungkin belajar di kelas. Dan karena itu juga untuk beberapa pelajar ada les tambahan, terutama Bahasa Inggris dan matematika," ujarnya.
"Sistemnya terstruktur, ada jadwalnya masing-masing, kapan sekolah kapan latihan, yang agak berbeda saat pertandingan saja, mereka harus izin sekolah."
Atlet PB Djarum. (Foto: Dok. PB Djarum)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet PB Djarum. (Foto: Dok. PB Djarum)
Setelah urusan pendidikan dirampungkan, tanggung jawab PB Djarum belum selesai. Kegiatan latihan dan sekolah yang beriringan tiap harinya sudah pasti menguras fisik yang tak sedikit, maka faktor kesehatan jadi kunci menjaga kondisi para atlet binaan mereka.
ADVERTISEMENT
Namun, Yoppy menyebut jarang sekali mendapati atlet yang jatuh sakit. Masalah utama yang menghantui selama ini adalah cedera dan karenanya terdapat pencegahan hingga perawatan kepada para atlet.
"Kalau kesehatan, anak-anak jarang sekali sakit, malah yang sering terjadi adalah cedera. Kami ada fisioterapis untuk mencegah dan menanggulangi cedera. Tidak hanya setelah cedera, tapi juga mencegah. Di-recovery sampai sembuh total, sekali pun perlu operasi hingga ke luar negeri," imbuhnya.
"Ada juga tes kesehatan, biasanya dilakukan sebelum masuk dan di momen-momen tertentu biasanya ada, misalnya cek hemoglobin (HB)--kadar oksigen dalam darah."
Cedera memang hantu buat atlet. Karena cedera, karier seseorang bisa meredup dan tak sedikit yang gagal bersinar. Atlet memang hidup di antara dua garis tipis: prestasi dan cedera. Beruntung bagi mereka yang sembuh dan bangkit dari cedera, nahas untuk yang gagal mengembalikan performa.
ADVERTISEMENT
Prestasi dan trofi adalah bentuk kejayaan seorang atlet, tapi dunia dan isinya jauh lebih luas dari trofi itu sendiri. Yoppy menjelaskan, PB Djarum tak serta-merta memutus atlet yang kedapatan tak bisa sembuh dari cedera dan performanya menurun drastis sehingga dianggap tak lagi bisa bersaing.
"Kalau sudah tidak punya potensi untuk berprestasi (karena cedera) diarahkan ke bidang lain, melanjutkan pendidikan, jadi pelath atau bekerja di bidang lain. Banyak opsi, tinggal mereka lebih condong ke arah mana, sedangkan kami lebih mengarahkan ke pendidikan."
Fasilitas yang didapatkan atlet PB Djarum. (Foto: Dok. PB Djarum)
zoom-in-whitePerbesar
Fasilitas yang didapatkan atlet PB Djarum. (Foto: Dok. PB Djarum)
Well, berbicara soal cedera dan prestasi, erat kaitannya dengan fasilitas yang terdapat di tempat atlet itu ditempa. Sebagai tempat pembinaan bulu tangkis yang sudah mengluarkan atlet berlabel juara nasional dan internasional, Yoppy memberikan detail soal apa saja yang atlet dapatkan dan di tempat seperti apa mereka bakal hidup sehari-hari.
ADVERTISEMENT
"Kami ada asrama yang cukup memadai, ada fasilitas semacam ruang bersama, kantin. Tempat latihan juga ada di depan asrama sehingga anak-anak tinggal jalan kaki saja. Ada dua GOR, Kaliputu dan GOR Jati di Kudus. Total ada 27 lapangan untuk menampung sekitar 200 atlet sekaligus. Tapi, untuk latihan dijadwal sebanyak tiga sesi untuk sekitar 300 atlet bergantian," tuturnya.
"Untuk alat-alat sudah kami sediakan dari ujung kaki, mulai dari sepatu, kaus kaki, celana pendek, kaus, raket, senar raket, tas raket, dan keperluan pertandingan lainnya. Kami juga memfasilitasi anak-anak dengan perlombaan di dalam dan luar negeri. Khusus untuk kompetisi di luar negeri, tidak semua bisa berangkat dan harus atlet yang berprestasi dan punya potensi juara."
ADVERTISEMENT
Menjadi atlet tidak mudah, maka mengelola dan membentuk seseorang menjadi atlet untuk mengeluarkan potensinya tidak kalah sulit. Di PB Djarum terdapat beberapa kategori umur mulai dari U-11, U-13, U-15, U-17, dan U-19. Lalu apa rahasia PB Djarum sehingga bisa mengasah bakat-bakat bulu tangkis menjadi atlet juara?
Menjawab ini, Yoppy bilang ada sebuah keseriusan yang tertuang dalam satu kesatuan sistem terstruktur. Orang-orang yang terlibat di dalam pembinaan ini adalah mereka yang punya kemampuan mumpuni di bidangnya dan tiap bagian dikejarakan oleh orang-orang yang berbeda, sehingga tidak ada tumpang tindih tugas dalam satu sistem tersebut.
"Pertama harus ada jadwal yang jelas, kalau mereka selesai latihan jam 9 malam maka harus masuk kamar, tidak boleh begadang. Tidak ada televisi di kamar, tapi ada di ruang tengah. Tujuannya agar sudah di kamar anak-anak langsung tidur dan tidak terlalu larut," tukasnya.
ADVERTISEMENT
"Kami punya kru dan pelatih sebanyak 20 orang yang membawahi semua umur. Yang mengatur fasilitas sudah ada sendiri, jadi sudah tertata dan ditugaskan masing-masing dan tidak tumpang tindih."
Outbound atlet PB Djarum. (Foto: Dok. PB Djarum)
zoom-in-whitePerbesar
Outbound atlet PB Djarum. (Foto: Dok. PB Djarum)
Selain terbantu sistem yang rapi, Yoppy juga menjelaskan PB Djarum kerap mengadakan kegiatan di luar lapangan bulu tangkis. Hal ini dimaksudkan agar para pelajar atlet ini tidak merasa bosan dan tentu saja bisa mempererat hubungan satu sama lainnya.
"Kami mengerti sekali kalau anak-anak latihan terus pasti akan merasa bosan. Oleh karena itu kami ada perpustakaan untuk mereka kumpul bersama, jadi mereka di sela-sela istirahatnya bisa berkegiatan yang positif. Kami melakukan outbound dua tahun sekali. Kami juga biasanya jalan-jalan bersama ke alam-alam terbuka untuk menghilangkan kebosanan," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Menjadi atlet (bulu tangkis) sekali lagi bukanlah perkara mudah apalagi untuk mereka yang melakoninya sembari menjadi pelajar. Maka, mengiringi langkah mereka dengan sebuah sistem pelatihan yang terencana matang adalah langkah tepat melahirkan atlet bemental juara.
PB Djarum sudah mencoba mengaplikasikan cara yang terencana, mulai dari proses seleksi di Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis, hingga akhirnya dikarantina dengan semaksimal mungkin. Dengan terjaminnya dan pendidikan, tak heran jika banyak yang memutuskan untuk ikut Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis.
Harapannya tentu, dari sekian banyak atlet yang terjaring, akan ada di antara mereka yang jadi penerus genarasi bulu tangkis Indonesia.