Kisah Atlet Disabilitas Maman Nurjaman Latihan dengan Raket Cicilan

29 September 2018 10:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Atlet Asian Para Games 2018, Maman Nurjaman. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet Asian Para Games 2018, Maman Nurjaman. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Pada 2018, Maman Nurjaman didapuk menjadi salah satu skuat Indonesia di Asian Para Games, Jakarta. Dia akan berlaga membela tim bulu tangkis untuk kategori tunggal putra.
ADVERTISEMENT
Bagi pria asli Majalengka itu, kesempatan ini adalah satu pencapaian terbesar dalam hidupnya. Bila dilihat kembali ke belakang sekitar 30 tahunan lalu tak sedikit pun terlintas di pikirannya akan menjadi seorang atlet bulu tangkis nasional. Apalagi, kondisi fisiknya kala itu sering menjadi olok-olok teman-teman sebayanya.
“Ya pasti minder, malu. Ada ejekan pada diri sendiri, jalannya enggak benar lah kakinya kayak gitulah,” cerita Maman kepada kumparan, Selasa (28/9).
Waktu kecil Maman bertanya mengapa kondisinya demikian. Ibunya menjawab, saat umur 6 bulan dia mengalami sakit parah yang membuatnya sempat tidak bisa berjalan. Tak hanya sehari dua hari, sakit itu berlangsung selama 5 tahun. Ternyata, Maman mengidap polio. Alhasil kaki kirinya menjadi lemah dan tidak tumbuh sebagaimana mestinya.
ADVERTISEMENT
Kondisi itulah yang membuat Maman tak berangan-angan sedikitpun menjadi pebulu tangkis. Dia pun memutuskan untuk menjadi seorang sopir angkot untuk menghidupi keluarga.
“Enggak mungkin saya cacat atau apa namanya yang kemampuannya segitu saya bisa jadi atlet bulu tangkis,” pikirnya selalu.
Meski menerima cacian di tengah keterbatasan, Maman selalu mensyukuri apa yang telah dia miliki. Prinsipnya, apa pun yang diberikan oleh Tuhan itulah yang harus selalu dia syukuri.
Atlet bulu tangkis difabel Ukun Rukaendi (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet bulu tangkis difabel Ukun Rukaendi (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Di sela-sela aktivitasnya menjadi sopir, Maman menaruh hati pada olahraga tepok bulu. Setiap sore, bila tiada aral melintang dia sempatkan diri bermain bulu tangkis.
“Kalau bulu tangkis dari dulu emang suka. Tapi kan saya enggak begitu gimana, kayak orang lain beli raket yang bagus apa sepatu yang mahal. Kalau saya mah raket asal ada saja walaupun bekas,” terang Maman.
ADVERTISEMENT
Pernah suatu hari Maman membeli raket dengan mencicil dari temannya. Dia bisa melunasinya setelah dua kali cicilan.
Dengan raket hasil nyicil, Maman berlatih di lapangan terbuka di dekat rumahnya. Dia akhirnya diajak mengikuti seleksi daerah untuk ajang Pekan Paralimpiade Nasional 2016.
Tak diduga, meski dia dibalut kekurangan pada salah satu kaki, Maman berhasil lolos seleksi dan bertengger di tempat kedua dalam ajang Peparnas. Tak hanya itu, dia juga merebut juara kedua dalam kejuaraan nasional.
Langkah gemilang dalam waktu yang singkat membuat Maman dipanggil ke Pelatnas bulu tangkis Solo. Prestasi yang sama sekali tak terbayangkan sebelumnya.
Tahan rasa sakit di lapangan
Dera polio di kaki kiri membuat langkah kaki Maman tak seimbang. Di lapangan, dia tampak kesulitan menjangkau kok yang agak jauh dari tempatnya berdiri. Kaki kirinya terlihat sedikit terseret saat dia berusaha melangkah.
ADVERTISEMENT
Tetapi lemahnya kaki ditutupi Maman dengan mantapnya pukulan yang dia miliki. Smes menukik, pukulan lob yang tajam, serta netting yang tipis adalah pemandangan yang terlihat kala dia tengah berlatih di lapangan.
Atlet bulu tangkis, Maman Nurjaman. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet bulu tangkis, Maman Nurjaman. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Meski begitu di tengah performa apik yang ditampilkannya, Maman menyimpan elegi tersendiri. Mungkin tak banyak orang yang tahu apa yang telah dia rasakan selama ini.
“Ya mungkin enggak kayak kaki yang benar semua. Ada sakitnya ada lemahnya gitulah. Tapi kan postur kayak begini kan kita sendiri yang bisa mengusahakan dan ngaturnya. Kalau enggak bisa dikejar mah ngapain dipaksain juga kalau ujung-ujungnya sakit atau cedera,” pria dua anak itu menguraikan.
Rasa sakit yang ada tak membuat Maman begitu saja berhenti. Dia bertekad akan terus berjuang membela Indonesia sampai kapan pun panggilan itu bergema untuknya.
ADVERTISEMENT
“Gimana kepakai saja, kalau saya masih kuat, masih dipanggil, masih dipakai, ya saya siap. Enggak menargetkan sampai umur berapa,” kata Maman menutup perbincangan.
kumparan akan menyajikan story soal atlet-atlet penyandang disabilitas kebanggaan Indonesia dan hal-hal terkait Asian Para Games 2018 selama 10 hari penuh, dari Kamis (27/9) hingga Sabtu (6/10). Saksikan selengkapnya konten spesial dalam topik ‘Para Penembus Batas’.