Kisah Lalu Zohri yang Dibujuk Mati-matian untuk Tekuni Lari

12 Juli 2018 17:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelari Indonesia, Lalu Muhammad Zohri (tengah) menjadi juara dunia lari 100 M untuk U-20. (Foto: Stephen Pond/Getty Images for IAAF)
zoom-in-whitePerbesar
Pelari Indonesia, Lalu Muhammad Zohri (tengah) menjadi juara dunia lari 100 M untuk U-20. (Foto: Stephen Pond/Getty Images for IAAF)
ADVERTISEMENT
"Side (kamu) sudah hebat, tapi side akan hebat luar biasa kalau di nomor olahraga perorangan," begitu ucapan Rosida.
ADVERTISEMENT
Ya, itulah awal mula Rosida, guru olahraga di SMP Negeri 1 Pemenang, Dasan Lontar, Pemenang Barat, Kabupaten Lombok Utara (KLU), NTB, membujuk Lalu Muhammad Zohri untuk bergelut di cabang olahraga atletik.
Melompat ke masa sekarang, Zohri kini lahir sebagai juara dunia junior nomor 100 meter putra saat finis 10,18 detik. Remaja berusia 18 tahun itu mencetak sejarah baru bagi Indonesia di IAAF World U-20 Championships pada pertandingan Rabu (11/7/2018) atau Kamis (12/7) dini hari WIB.
Berlari dari Lane 8, gelar juara dunia pertama kalinya diukir Indonesia dalam kejuaraan berlangsung di Ratina Stadium, Kota Tampere, Finlandia itu. Tak ada yang menyangka, termasuk mungkin Zohri sendiri yang semasa kecil lebih sering bermain sepak bola.
ADVERTISEMENT
"Dia aktifnya di sepak bola dari SD. Saya terus membujuk Zohri untuk ikut Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) cabang atletik, tapi dia tidak mau. 'Nanti saja ah, capek Bu,' katanya," ucap Rosida kepada kumparanSPORT saat dihubungi via telepon, Kamis (12/7).
Namun, dengan segala kepercayaan yang ada di benak Rosida, wanita berusia 46 tahun itu terus berusaha mengajak Zohri berlatih lari.
"Memang saya melihat dari postur tubuh Zohri, dulu sudah beda dari temannya yang lain. Cara jalan juga, saya punya feeling. Dia itu orang yang punya kelebihan, tapi dia (Zohri) cuek anaknya. Menolak terus," imbuh Rosida.
"Saya tidak putus asa, selalu berdoa agar ada kejuaraan lagi. Kemudian, barulah ada kejuaraan daerah (kejurda) atletik di NTB tahun 2015. Zohri bisa sumbang dua emas untuk KLU," katanya.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, Zohri pun fokus menggeluti cabang olahraga atletik di nomor perorangan putra hingga akhirnya mengisi skuat pemusatan latihan nasional (pelatnas) atletik PB PASI awal 2018 lalu.
Nah, sebelum bertanding di kejuaraan dunia, Zohri pun masih sempat mengirimkan pesan singkat (sms) ke sang guru tercinta. Remaja yang masih duduk di bangku kelas 3 SMAN 2 Mataram itu meminta doa dari Rosida.
"Assalamualaikum Bu. Bu, minta doanya. Saya mau pergi tanding ke Finlandia. Tanggal 10 saya main," kata Rosida menirukan sms dari Zohri.
"Selamat berjuang anakku. Ibu doakan semoga sukses. Selamat jalan, selamat berjuang. Junjung tinggi sportivitas, semoga sukses. Amiin," jawab Rosida.
Iringan doa dari Lombok Utara pun boleh jadi merupakan satu suntikan semangat yang membuat kaki Zohri bisa berlari mengalahkan dua wakil Amerika Serikat, Anthony Schwartz yang finis 10,22 (.211) detik dan Eric Harrison di tempat ketiga dengan waktu 10,22 (.220) detik.
ADVERTISEMENT
Pelari Indonesia, Lalu Muhammad Zohri (kiri) menjadi juara dunia lari 100 M untuk U-20. (Foto: Stephen Pond/Getty Images for IAAF)
zoom-in-whitePerbesar
Pelari Indonesia, Lalu Muhammad Zohri (kiri) menjadi juara dunia lari 100 M untuk U-20. (Foto: Stephen Pond/Getty Images for IAAF)
"Tadi pagi saya diucapin selamat dari orang-orang. Dari situlah saya tahu Zohri juara. Saya sudah menunggu-nunggu sejak malam. Alhamdulillah, bersyukur senang sekali," kata Rosida semringah.
Sampai kapan pun, Rosida berjanji akan terus mengirimkan doa dan dukungan kepada Zohri, yang merupakan anak yatim-piatu. Terutama jelang Asian Games 2018 di Jakarta, Rosida berharap Zohri kembali menyumbang emas bagi 'Merah-Putih'.
"Semoga terus bisa menyumbang emas. Tetap rendah hati, semangat. Jaga akhlak. Tak ada yang bisa ibu kasih lebih, hanya doa saja," ucapnya.