Kisah Lalu Zohri di Finlandia: Mencari-cari Pelatih, Bukan Bendera

17 Juli 2018 16:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lalu M Zohri, pemuda Indonesia menjadi juara dunia lari 100 M untuk U-20. (Foto: Dok. Kemenpora)
zoom-in-whitePerbesar
Lalu M Zohri, pemuda Indonesia menjadi juara dunia lari 100 M untuk U-20. (Foto: Dok. Kemenpora)
ADVERTISEMENT
Rabu (11/7/2018) malam itu di Kota Tampere, Finlandia, langit masih terang benderang. Di Indonesia bagian barat, waktu sudah memasuki Kamis (12/7) dini hari. Saat itulah sejarah tercipta dari Lalu Muhammad Zohri.
ADVERTISEMENT
Pelari berusia 18 tahun itu menyegel emas di nomor prestisius atletik 100 meter putra dalam World U-20 Championships. Ia finis lebih dulu dengan catatan waktu 10,18 detik. Waktu itu, percepatan angin searah pelari 1,2 meter/detik.
Zohri unggul 0,04 detik dari dua andalan Amerika Serikat, Anthony Schwartz yang finis 10,22 (.211) detik dan Eric Harrison di tempat ketiga dengan waktu 10,22 (.220) detik serta pelari lain asal Afrika Selatan, Jamaika, Inggris, Swedia, hingga Jepang.
Usai menjadi juara, Zohri langsung bersujud di trek. Berikutnya, dalam tayangan video yang beredar, atlet asal Kabupaten Lombok Utara itu terlihat mondar-mandir di trek, sementara Schwartz dan Harrison berada di tepi trek untuk diberikan bendera Negeri Paman Sam.
ADVERTISEMENT
Publik Tanah Air (yang paginya tersentak dengan lahirnya Zohri sebagai juara dunia) ikut mengomentari video tersebut. Zohri yang seorang diri berada di trek itu disinyalir kebingungan karena tak ada petugas yang memberikan bendera Merah-Putih.
Namun, bukan itu alasan sesungguhnya dari polah Zohri. Atlet yang masih duduk di bangku kelas 3 SMA itu hanya semata-mata mencari dua pelatih PB PASI yang ikut ke Finlandia: Erwin Renaldo Maspaitella dan Kikin Ruhuddin.
“'Saya cari Bang Erwin dan Pak Kikin, saya ingin cepat dibawa ke tribune. Saya nggak mau dipotret, ditanya-tanya wartawan, saya 'kan nggak mengerti mereka ngomong apa. Saya nggak mengerti bahasa Inggris’," ucap Duta Besar RI untuk Finlandia, Wiwiek S. Firman, menirukan jawaban Zohri.
ADVERTISEMENT
Kepada kumparanSPORT, Wiwiek meneruskan obrolan-obrolan ringan bersama Zohri selama berada di Tampere. Wiwiek dan staf KBRI Helsinki sendiri setia menemani sang juara dunia dan mengakomodasi Zohri.
Belasan diaspora Indonesia juga sempat bertemu Zohri ketika prosesi pengalungan medali dilakukan dan Merah-Putih versi digital berkibar serta lagu kebangsaan Indonesia Raya menggema ke penjuru Ratina Stadium.
Lalu M. Zohri bersama Dubes RI untuk Finlandia, Wiwiek S Firman. (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Lalu M. Zohri bersama Dubes RI untuk Finlandia, Wiwiek S Firman. (Foto: Dok. Istimewa)
"Zohri tidak selebrasi dengan bendera, selebrasi versi Zohri itu sujud syukur di lapangan (trek lari). Itu juga yang dia lakukan bulan Juni 2018 saat juara di Jepang (emas Kejuaraan Atletik Asia Junior, red)," ucap Wiwiek.
Sebelumnya, Wiwiek telah membantah sentimen publik perihal bendera Merah-Putih yang telat diberikan kepada Zohri. Menurut kabar yang beredar, panitia penyelenggara kurang sigap menyiapkan bendera Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sementara baik pihak KBRI Helsinki maupun pelatih tidak bisa sesuka hati mendekat ke arah trek lari Ratina Stadium. Di stadion itu, jarak antara tribune dan lintasan lari memang cukup jauh.
Apa pun itu, Zohri kini menjelma dan dipuji seantero negeri. Sang juara dunia U-20 itu pun bakal disambut meriah di Bandara Soekarno-Hatta Selasa (17/7) malam WIB. Selanjutnya, Zohri akan fokus untuk Asian Games 2018.