news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Korea Terbuka: Greysia/Apriyani Mundur, Ganda Putri Jepang Masih Kuat

23 September 2018 19:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penampilan Greysia Polii/Apriyani Rahayu di semifinal China Terbuka 2018. (Foto: Dok. PBSI)
zoom-in-whitePerbesar
Penampilan Greysia Polii/Apriyani Rahayu di semifinal China Terbuka 2018. (Foto: Dok. PBSI)
ADVERTISEMENT
Setelah Jepang Terbuka Super 750 dan China Terbuka Super 1000, BWF World Tour bakal melanjutkan tur Asia Timur mereka ke Korea Selatan. Di sana, ada Korea Terbuka Super 500 yang siap menjadi panggung pemain-pemain andal dunia.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, dua hari sebelum Korea Terbuka 2018 resmi dibuka, kabar buruk datang dari ganda putri terbaik Indonesia, Greysia Polii/Apriyani Rahayu. Ganda peringkat tiga dunia itu mundur karena luka sobek yang dialami Apriyani di bagian telapak kakinya.
Mengalami cedera sejak Jepang Terbuka pekan lalu, sejatinya Apriyani sudah mendapat perawatan. Namun, setelah tampil di China, kondisi Apriyani tetap menunjukkan kans minor untuk tampil di SK Handball Stadium, Seoul, Korea, sehingga ia dan Greysia memutuskan mundur.
Hal itu pun sudah mendapat lampu hijau dari sang pelatih, Eng Hian. Pelatih kepala ganda putri PBSI itu mengatakan telah mendapat laporan kondisi sobek di kaki Apriyani.
"Semalam Apri memberi tahu saya kalau kulit kakinya sobek. Setelah dia kirim foto kondisi lukanya ke saya, ternyata area sobeknya cukup besar," ucap Eng Hian dalam keterangan resminya kepada PBSI, dikutip Minggu (23/9).
ADVERTISEMENT
"Kalau dipaksakan akan lebih parah jadinya, kemudian saya anjurkan lebih baik mundur saja dari Korea Open," katanya menambahkan.
Dengan mundurnya Greysia/Apriyani, yang di babak pertama seharusnya bakal melawan Emily Kan/Isabel Zhong (Amerika Serikat), kini tersisa dua wakil Indonesia di sektor ganda putri, yakni Della Destiara Haris/Rizki Amelia Pradipta dan Anggia Shitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi Istarani.
Kehilangan satu pion utama, peta persaingan sektor ganda putri akan semakin berat melawan solidnya ganda putri dari Jepang. Saat ini, ada lima nama ganda putri Jepang di Top 10 dunia, termasuk juara dunia, Mayu Matsutomo/Wakana Nagahara, dan peringkat satu dunia saat ini, Yuki Fukushima/Sayaka Hirota.
Fukushima (kiri) dan Hirota (kanan). (Foto: AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Fukushima (kiri) dan Hirota (kanan). (Foto: AFP)
Pun di Jepang Terbuka dan China Terbuka, perjuangan Greysia/Apriyani terhenti di tangan wakil Jepang. Sebagai tuan rumah, Fukushima/Hirota menghentikan Greysia/Apriyani di semifinal Jepang Terbuka, dengan skor 21-12 dan 21-18.
ADVERTISEMENT
Di China Terbuka, Greysia/Apriyani juga tunduk di semifinal, kali ini dari Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi, meski telah berjuang selama tiga gim dengan skor 17-21, 21-12, dan 16-21. Hanya mengandalkan Greysia/Apriyani, Indonesia dinilai cukup sulit mendobrak kedigdayaan ganda putri Jepang.
"Situasi saat ini seperti ini rasanya tidak berbeda dengan Greysia saat berpasangan dengan Nitya (Krishinda Maheswari) dulu, mereka selalu dikepung pasangan Tiongkok (China, red). Sekarang pasangan Jepang yang mengepung kami," kata Eng Hian.
"Butuh ekstra fokus dan tenaga untuk bisa menghadapi tekanan yang berlapis-lapis, sedangkan saat ini ganda putri cuma punya satu senapan saja," imbuhnya.
Meski begitu, Greysia/Apriyani yang musim ini merengkuh titel Thailand Terbuka dianggap Eng Hian sudah cukup konsisten dan tampil sesuai level mereka. Pasangan yang berduet sejak 2017 itu tinggal memoles kemampuan dan menjaga fokus di saat-saat krusial.
ADVERTISEMENT
"Dikalahkan oleh pasangan ganda putri kualitas terbaik saat ini, berarti Greysia/Apriyani bisa mempertahankan kualitas mereka. Sekarang pekerjaan rumah saya bagaimana membuat mereka supaya bisa menjaga kebugaran fisik dan pikiran dari babak semifinal," pungkas Eng Hian.
Menengok Jepang, mereka masih dan akan tetap tajam menuju gelar juara di Korea Terbuka dengan diperkuat Fukushima/Hirota, Matsumoto/Nagahara, Matsutomo/Takahashi, serta Naoko Fukuman/Kurumi Yonao dan Shiho Tanaka/Koharu Yonemoto.