Leani Ratri: Sisa Semangat di Kaki Tuntun Jadi Juara Dunia Badminton

30 September 2018 14:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Atlet Asian Para Games 2018, Leani Ratri. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet Asian Para Games 2018, Leani Ratri. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sekilas tak ada masalah pada diri perempuan berambut panjang yang mengenakan bando itu saat ia berdiri tegak. Namun ada yang berbeda saat dirinya melangkah. Kakinya sedikit pincang.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian dia tetap memegang raket di tangan kanannya dan melangkah ke depan. Perlahan kok itu dia pukul dengan mantap. Dia begitu aktif bergerak. Dari satu sudut belakang lapangan hingga sudut depan, kok itu dijangkau dan dipukulnya. Lob lob panjang, netting, hingga smash, adalah ragam variasi yang dia tampilkan.
Keringatnya mengucur, tapi sang pelatih tak jua menghentikan porsi latihan yang diberikan. Rona wajah perempuan itu tampak semakin bersemangat.
kumparan berkesempatan bersua dengan perempuan berbando itu. Eratnya jabat tangan membuka perjumpaan kami. “Ratri,” dia memperkenalkan dirinya.
Ya, sosok perempuan ini bernama lengkap Leani Ratri Oktilla. Dia lantas meminta izin untuk melanjutkan porsi latihan yang masih tersisa.
Tak lama berselang, latihannya usai. Dia lalu duduk di sebuah kursi hitam dan mulai berkisah.
ADVERTISEMENT
Ratri adalah pebulu tangkis asal Riau kelahiran 6 Mei 1991. Dia mulai berlatih bulu tangkis sejak usia 7 tahun.
Leani Ratri Oktila. (Foto: Charles Brouwson/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Leani Ratri Oktila. (Foto: Charles Brouwson/kumparan)
Dia terlahir dari keluarga dengan kondisi perekonomian menengah ke bawah. Oleh sebab itu orang tuanya harus berjuang keras agar Ratri tetap bisa latihan. Apalagi dia sepuluh bersaudara dan semuanya terjun di dunia bulu tangkis
“Jadi yang paling berjuang itu orang tua saya istilahnya. Gimana kami tetap bisa latihan di lapangan terbuka yang hanya sendiri. Gimana papa saya itu nyari kok-kok bekas di GOR-GOR untuk kami bisa latihan,” tutur Ratri, Senin (10/9).
Ratri kecil sehari-hari berlatih dengan kok bekas. Baginya itu bukanlah masalah, yang pasti dia bisa terus bermain dan meningkatkan kemampuan.
ADVERTISEMENT
Tak hanya mengandalkan kok bekas, Ratri juga berlatih di lapangan ala kadarnya. Sepetak lapangan kecil di dekat rumahnya menjadi tempat Ratri menempa diri setiap hari.
“Nah saya itu latihan dari lapangan terbuka yang hanya, dari bukan semen, masih kayak pasir. Papa saya buat lapangan dari situ,” ungkap Ratri.
Berlatih tanpa sinar lampu
Ratri tinggal di sebuah desa kecil yang berjarak 11 kilometer dari GOR Kabupaten Kampar, Riau. Jauhnya rumah dengan pusat latihan membuatnya susah mendapatkan kawan berlatih (sparing) selain adik-adiknya. Kondisi tersebut membuat ayahnya kembali harus berjuang keras mengantar dan mendampinginya latihan.
Sulitnya mencari kawan berlatih bukanlah ujung dari sulitnya kehidupan Ratri kecil. Dia tak bisa berlatih pada siang hari karena terik matahari. Ratri biasa latihan saat sore dan berlanjut hingga malam hari. Namun, malangnya pada saat itu desa tempat Ratri berlatih belum dialiri listrik.
ADVERTISEMENT
“Kendalanya kan gelap. Jadi Papa saya zaman dulu itu masih pakai lampu petromaks. Jadi satu lampu petromaks itu untuk nerangin kami latihan,” ujar Ratri.
Leani Ratri, atlet bulu tangkis difabel Indonesia (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Leani Ratri, atlet bulu tangkis difabel Indonesia (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Lampu petromaks sang ayah terus menerangi Ratri berlatih. Hingga pada akhirnya dia bersua dengan beberapa kejuaraan perdananya. Ratri mulai aktif mengikuti Pekan Olahraga Seni (Porseni) dan meraih berbagai gelar juara.
Memasuki tahun 1999, Ratri mulai terjun di ajang internasional berkat prestasi bagusnya di daerah. Dia pun malang melintang di perbulutangkisan nasional. Ratri bermimpi dia bisa membela Indonesia di ajang internasional dan juga menjadi juara dunia.
Akan tetapi, belum sempat mimpi itu terwujud kejadian nahas menimpa dirinya. Tepatnya 2011, dia yang kala itu mengendarai motor mengalami kecelakaan dahsyat dengan sebuah mobil.
ADVERTISEMENT
Ratri pun tak bisa berjalan seperti sedia kala. Dia harus dibantu dengan tongkat untuk bisa ke sana ke mari. Padahal, kaki merupakan organ penting bagi seorang atlet.
“Apakah ini akhir segalanya?” tanya Ratri dalam hatinya.
Nyatanya, jawabannya adalah tidak. Ratri masih penasaran dengan dunia bulu tangkis. Dia masih ingin mewujudkan asa yang telah bergantung di hatinya sejak lama. Untuk itu, Ratri banting setir pindah ke nomor bagi penyandang disabilitas.
Kendati ditentang keras oleh keluarganya bermain di nomor penyandang disabilitas, Ratri tetap bersikukuh merajut serpihan mimpi-mimpi masa kecilnya itu. Diam-diam dia mengikuti turnamen dari level daerah hingga nasional.
Tahun 2012, Ratri bergabung dengan pemusatan latihan bulu tangkis National Paralympic Committee di Solo. Di sana dia mulai berlatih sebagai atlet difabel. Berbagai kejuaraan internasional pun mulai dia ikuti.
ADVERTISEMENT
Tak main-main, semua ajang hampir pernah dia juarai. Dari mulai kejuaraan dunia, Asian Para Games, ASEAN Para Games, hingga banyak turnamen individu lainnya.
Kini, pesta olahraga terbesar se-Asia untuk atlet penyandang disabilitas akan dihelat di Indonesia. Leani memasang target yang begitu tinggi demi mengharumkan nama Indonesia.
“Target yang ditargetkan pelatih saya enggak tahu ya, cuma target pribadi saya harus 3 emas, untuk single (tunggal), double (ganda), dan mix (campuran),” sebut Ratri.
Untuk mewujudkan target itu, Ratri berharap dukungan dari segenap masyarakat Indonesia. Baginya, atlet penyandang disabilitas layak mendapat perhatian yang sama.
“Kami juga ingin diperhatikan sama seperti yang di Asian Games. Juga disupport yang sama, publikasi yang sama, juga tidak ada perbedaan lah antara kami sama yang normal. Soalnya kita sama-sama membawa nama negara, membawa bendera Merah Putih,” tutup Ratri.
ADVERTISEMENT
kumparan akan menyajikan story soal atlet-atlet penyandang disabilitas kebanggaan Indonesia dan hal-hal terkait Asian Para Games 2018 selama 10 hari penuh, dari Kamis (27/9) hingga Sabtu (6/10). Saksikan selengkapnya konten spesial dalam topik ‘Para Penembus Batas’.