'Lebih Baik Marcus/Kevin Kalah di All England daripada di Olimpiade'

7 Maret 2019 18:23 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aksi Marcus Gideon/Kevin Sanjaya pada All England 2019. Foto: Dok. Media PBSI
zoom-in-whitePerbesar
Aksi Marcus Gideon/Kevin Sanjaya pada All England 2019. Foto: Dok. Media PBSI
ADVERTISEMENT
"Saya rasa kualitas lawan berpengaruh. Mungkin kalau kemarin Kevin/Gideon lawannya selain Liu/Zhang, beda cerita," ujar Herry Iman Pierngadi.
ADVERTISEMENT
Di sela-sela turnamen All England 2019, kumparanSPORT berkesempatan mewawancarai pria yang kerap disapa Herry IP itu di Birmingham. Sebagai pelatih kepala ganda putra PBSI, Herry paham betul apa yang menjadi kelemahan Marcus Fernaldi Gideon dan Kevin Sanjaya Sukamuljo di turnamen tahun ini.
Datang dengan status unggulan, apalagi mengingat mereka tampil sebagai juara pada 2017 dan 2018, Marcus/Kevin secara mengejutkan tersingkir pada babak pertama tahun ini. Bertanding melawan ganda kawakan China, Liu Cheng/Zhang Nan, Rabu (6/3/2019), mereka takluk dalam tiga gim: 21-19, 20-22, dan 17-21.
Ini adalah kali pertama Marcus/Kevin tersingkir pada babak pertama dalam 24 turnamen terakhir. Oleh karena itu, kami menemui Herry untuk mengetahui apa yang sebetulnya terjadi.
Aksi Marcus Gideon/Kevin Sanjaya pada All England 2019. Foto: Dok. Media PBSI
ADVERTISEMENT
"(Stamina) pengaruh banyak. Setelah Superliga hanya empat hari latihan, ternyata terbukti di sini, penurunan kelihatan. Kedua, musuhnya juga tidak sembarangan, kelas imbang," ucap Herry kepada kumparanSPORT saat ditemui di Birmingham, Kamis (7/3).
Yang lebih disesali, kekalahan 'Minions' --sebutan Marcus/Kevin-- itu membuat keduanya gagal mempertahankan gelar sekaligus mencetak hattrick usai menjadi juara pada dua edisi sebelumnya. Namun, Herry juga mengakui bahwa Marcus/Kevin memang tampil di bawah standar.
"Sebetulnya Liu/Zhang main bagus dan susah dibunuh karena kualitas serangan Kevin/Gideon tidak seperti biasa. Penampilan juga menurut saya di bawah form, tidak yang terbaik. Kami akui kali ini China lebih bagus," imbuhnya.
"Setiap pemain dunia teknik beda-beda tipis, mana yang lebih siap dan segar, itu yang memungkinkan memenangkan pertandingan. Siapa yang lebih fit saja," katanya.
ADVERTISEMENT
"Jadi, kualitas serangan Kevin/Gideon (di babak pertama) tidak tembus. Tenaganya tidak ada. Saya rasa teknik tidak beda jauh. Tapi, karena kualitas serangan tidak kuat, mudah dibalikkan oleh musuh. Saya rasa kualitas lawan berpengaruh. Mungkin kalau kemarin Kevin/Gideon lawannya selain Liu/Zhang, beda cerita," tegasnya.
Ekspresi Marcus/Kevin usai tersingkir di babak pertama All England 2019. Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan
Persiapan Minim
Soal beban sebagai andalan untuk bawa pulang titel dan hattrick, pelatih kelahiran Pangkal Pinang ini memahaminya. Namun, dia pribadi sudah mempersiapkan kemungkinan terburuk dan melihat kekalahan sebagai pengingat.
"Mungkin mereka ada tekanan, mau juara bertahan. Semua pasangan mau mengalahkan mereka, nomor satu dunia. Kalau kalah baru kejutan, kalau menang biasa. Saya, sih, sudah mempersiapkan, kalau kalah pun artinya masih ada kekurangan yang harus diperbaiki dan bersiap lebih lagi," ujarnya bijak.
ADVERTISEMENT
Marcus/Kevin diberi arahan oleh sang pelatih, Herry IP. Foto: ANTARA FOTO/INASGOG/Hadi Abdullah
Well, apa yang dikatakan sang pemain sendiri usai pertandingan? Herry mengungkapkan bahwa kedua anak asuhnya itu juga mengakui soal minimnya persiapan sebelum turnamen.
"Saya tanya saja, kenapa. Mereka bilang mainnya tidak form terbaik dan mengaku ada pengaruh kurang persiapan," tiru Herry IP.
"Kelihatan Kevin/Gideon langkah berat, Gideon banyak diserang, tenaga turun. Jadi, pasti ada pengaruh. Siapa, sih, yang mau main jelek 'kan."
"Mereka sudah izin, hari ini (7/3) pulang. Saya, sih, sudah tahu karakter mereka. Mungkin perkiraan saya, terima saja, tidak ada masalah, daripada kalahnya di Olimpiade."
"Harus terima untuk koreksi diri. Tidak pernah kalah malah di Olimpiade bahaya. Target berikutnya (setelah jadwal All England, red) adalah Kejuaraan dunia. Mereka belum pernah jadi juara dunia," ucap Herry mengakhiri.
ADVERTISEMENT