LeBron James dan Kameo-kameo yang Dibawanya Menuju Puncak

5 Juni 2018 16:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cavaliers melaju ke final wilayah. (Foto:  Ken Blaze-USA TODAY Sports via Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Cavaliers melaju ke final wilayah. (Foto: Ken Blaze-USA TODAY Sports via Reuters)
ADVERTISEMENT
Cleveland Cavaliers bukanlah Golden State Warriors. Cavs tak punya skuat sementereng rivalnya itu. Di kubu Cavs, mereka tak punya tiga pemain kaliber All-Star seperti di kubu Warriors yang memiliki Stephen Curry, Kevin Durant, atau Klay Thompson.
ADVERTISEMENT
Jika ada yang Cavs punya, maka itu hanyalah seorang megabintang bernama LeBron James. Banyak yang menyebut bahwa keberhasilan Cavs menembus final NBA empat kali beruntun--dan sejauh ini memenangi satu di antaranya--karena berkat kegemilangan James.
Cavs ada di pundak James, dan kapan pun James merasa pundaknya tak keberatan maka Cavs akan baik-baik saja. Tapi apakah memang benar demikian? Apa memang Cavs tak sekolektif itu?
Well, mari kita runut baik-baik. Jika kembali ke Februari, saat itu Cavs tak terlihat punya peluang bisa menembus play-off NBA, alih-alih partai final. Mereka kala itu punya rekor buruk tengah kalah 14 kali dalam 22 pertandingan terakhirnya.
James tahu timnya sedang dalam kondisi buruk, dan dia meminta perubahan. Manajemen Cavs langsung mengambil langkah. Mereka jadi yang paling sibuk di Trade NBA yang berlangsung Februari itu. Enam pemain didatangkan, beberapa nama top dilepas.
ADVERTISEMENT
Isaiah Thomas yang diharapkan bisa jadi jawaban dari kepergian Kyrie Irving ke Boston Celtics nyatanya dilepas Cavs. Dwyane Wade dan Derick Rose pun dilepas cuma-cuma. Sebagai ganti, Cavs mendatangkan empat pemain: Jordan Clarkson, Rodney Hood, George Hill, dan Larry Nance Jr.
Raut kekecewaan LeBron dan Calderon. (Foto: Ken Blaze-USA TODAY Sports via Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Raut kekecewaan LeBron dan Calderon. (Foto: Ken Blaze-USA TODAY Sports via Reuters)
Usai perombakan itu, Cavs nyatanya berhasil bangkit. Tujuan mereka untuk membuat James lebih leluasa dalam bermain nyatanya tepat. Penampilan pemain-pemain yang didatangkan itu pun tak mengecewakan. Mereka mampu membawa Cavs dan khususnya James untuk tampil lebih mengerikan.
Dari sini, sebenarnya sudah terlihat bahwa Cavs memang James adalah tokoh utama dan yang lain hanya kameo saja. Lihatlah perjalan menuju partai final. Kita tak dapat memungkiri bahwa peran pemain berusia 33 tahun itu memang sedemikian besar.
ADVERTISEMENT
Sepanjang play-off saja, James sudah tak karuan bagusnya. Di laga pertama menghadapi Pacers, dia mencetak rata-rata 34,4 angka di setiap pertandingannya. Di laga final kontra Celtics, dia adalah sosok yang membawa Cavs membalikkan keadaan usai tertinggal 0-2 di dua gim pertama.
Aaron Dodson, jurnalis The Undefeated, dalam salah satu tulisannya menyebut bahwa ketika muncul pertanyaan 'Apakah Anda terkejut bisa sampai ke partai final NBA?' kepada para pemain Cavs, satu-satunya orang yang (sebenarnya) boleh menjawab 'tidak' hanyalah LeBron James.
Sisanya, ya, memang sepatutnya menjawab 'iya'. Jika itu terlalu kasar, maka silakan simak riwayat pemain-pemain Cavs dan Anda akan tahu yang membawa mereka bisa menapak puncak karier sebagai pebasket adalah seorang bernama panjang LeBron Raymone James Sr..
ADVERTISEMENT
Tengok saja dari empat pemain inti Cavs yang selalu dipercaya Tyronn Lue, satu-satunya yang punya kaliber All-Star hanyalah Kevin Love. Tapi, Love saat ini sudah tak berada di puncak permainan, terutama setelah perjalanan kariernya kerap terganggu cedera.
Para pemain Cavs usai kalah dari Warriors. (Foto: Gary A. Vasquez-USA TODAY Sports)
zoom-in-whitePerbesar
Para pemain Cavs usai kalah dari Warriors. (Foto: Gary A. Vasquez-USA TODAY Sports)
Kemudian ada JR Smith yang jika tak pernah mendapat gelar NBA Sixth Man of The Year pada tahun 2013, pasti akan menghabiskan kariernya lebih banyak di bangku cadangan. Dan beruntunglah dirinya, sejak bergabung dengan Cavs pada 2015, Smith bisa merasakan jadi juara NBA.
Ketiga ada Tristan Thompson yang ditulis Dodson lebih terkenal karena jalinan asmaranya dengan Khloe Kardashian --saudara perempuan Kim-- ketimbang kemampuannya di atas lapangan. Lagipula, apa pula yang mau diharapkan dari pemain yang cuma bisa mengemas rata-rata 6,1 poin, 5,9 rebound, dan 0,6 assist? Tapi, nyatanya Thompson tetap bisa tampil dan jadi pemai inti di gim kedua final NBA.
ADVERTISEMENT
Terakhir, ada George Hill yang, ya, baru didatangkan saat Trade NBA pada Februari lalu. Hill boleh jadi pemain yang seharusnya paling terkejut ketika tahu bisa mencapai partai final NBA. Sebab, di Juli tahun lalu, Hill hanya mencatatkan rata-rata main 26,6 menit per laga bersama Sacramento Kings.
Namun, tiba-tiba, pemain yang hanya dijadikan Kings untuk jadi starter demi membantu rookie point guard De'Aaron Fox berkembang itu nyatanya berhasil menjadi pemain inti Cavs, rekan James di lapangan, dan penantang Warriors untuk memperebutkan gelar juara NBA.
Selain keduanya, ada nama Jeff Green dan Kyle Korver yang juga sering mendapat kesempatan. Namun, keduanya juga sama seperti nama-nama di atas. Mereka pemain biasa-biasa saja yang beruntung bisa jadi kameo dalam pertunjukkan megah seorang LeBron James.
ADVERTISEMENT
James bawa Cavaliers ke final NBA. (Foto: David Butler II-USA TODAY Sports via Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
James bawa Cavaliers ke final NBA. (Foto: David Butler II-USA TODAY Sports via Reuters)
Sebab, selain latar belakang, statistik juga memperkuat argumen itu. Bayangkan saja, selain James, hanya Love yang punya catatan rata-rata poin mencapai dua digit di sepanjang babak play-off hingga final ini. Catatan Love pun hanya 14,7 poin per gim.
Sementara itu, yang peling mendekati hanyalah Hill dengan 9,8 poin dan Korver dengan 9,0 poin per gim. Itu jelas berbanding jauh dengan raihan James yang mencapai angka 34,6 poin per gim. Perbedaan jauh itu pun juga terlihat di catatan statistik lain seperti assist atau rebound.
"Saya tahu saya menjadi tajuk utama," kata James dalam wawancara selama presentasi trofi Wilayah Timur. "Menang, kalah, atau seri, apa pun yang terjadi, untuk menjadi sukses, itu adalah permainan tim."
ADVERTISEMENT
"Mereka [para tukang kritik] selalu ingin mencoba membunuh rekan tim saya. Dan itu tidak adil untuk mereka, tetapi saya akan selalu setia pada permainan bola basket karena permainan bola basket selalu setia pada saya. Itu sebabnya kami akan menuju Final lainnya, karena rekan tim saya," imbuh dia.
James memang berulang kali menyatakan bahwa segala pencapaian yang didapat oleh Cavs adalah berkat kerja kolektif tim. Namun, sesering pemilik empat gelar MVP NBA itu membela rekan-rekannya sembari terus menunjukkan dominasi hebat di lapangan, semakin pula publik menganggap bahwa Cavs, ya, hanya James seorang.
Final NBA kontra Warriors masih menyisakan lima gim lagi (itu kalau Cavs mampu) dan di sisa gim itu, para kameo harus bisa membuktikan bahwa mereka juga bisa menemani James, menjadi protagonis lain di kubu Cavs.
ADVERTISEMENT