Lewat Audisi PB Djarum, Fung Permadi Mengabdi untuk Bulu Tangkis

14 April 2018 19:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Fung Permadi melakukan coaching clinic. (Foto: PB Djarum)
zoom-in-whitePerbesar
Fung Permadi melakukan coaching clinic. (Foto: PB Djarum)
ADVERTISEMENT
Di hadapan Fung Permadi dan orang-orang yang ada di PB Djarum, bulu tangkis adalah rangkaian cerita yang beranak cucu. Ia adalah kisah menahun yang dihidupi turun-temurun, dilestarikan, dan dijadikan jalan hidup.
ADVERTISEMENT
Fung mengenal bulu tangkis dan memegang raket pertama kalinya ketika berusia delapan tahun dan laiknya urusan-urusan yang lain, bulu tangkis jadi perkara serius waktu Fung beranjak dewasa. Menjadi atlet pun jadi bukti kecintaannya pada bulu tangkis.
Tahun 1990 jadi masa keemasan buat pria kelahiran Purwokerto 50 tahun silam itu. Pada tahun tersebut, Fung sukses menggondol tiga trofi bergengsi di kancah internasional untuk Indonesia yang terdiri dari Juara Kanada Terbuka, Juara I Jerman Terbuka, dan Juara I Amerika Serikat.
Selesai jadi atlet, Fung tak membiarkan kecintaan dan impiannya soal bulu tangkis ikut terhenti. Pada 2007, gayung pun bersambut ketika Fung bergabung dengan PB Djarum sebagai staf kepelatihan untuk membina atlet-atlet muda berprestasi yang lolos dari Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis.
ADVERTISEMENT
Tugas Fung tak hanya sekadar melatih atlet-atlet yang sudah lolos, ia bersama tim pemandu bakat PB Djarum terlebih dulu menjaring ratusan anak-anak berbakat yang ikut Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis. Tugas ini ia lakoni sejak awal bergabung hingga saat ini.
Sebelas tahun sudah Fung menjadikan kegiatan menyeleksi hingga melatih atlet-atlet. Pengalaman dan masa pengabdian yang cukup lama membuat Fung jadi salah satu saksi bagaimana Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis terus berkembang dan membenahi sistem penyeleksian agar lebih matang dan luas.
Fung Permadi dan Christian Hadinata. (Foto: PB Djarum)
zoom-in-whitePerbesar
Fung Permadi dan Christian Hadinata. (Foto: PB Djarum)
Soal perubahan ini, Fung bercerita bahwa sejak 2006, Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis mulai terstruktur dengan sistem lebih rapi; mulai dari pemberitaan, sistem pendaftaran, dan pelaksanaan. Seleksinya sendiri saat itu masih dilangsungkan di GOR Jati Kudus, Kudus, Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
Barulah pada 2015 PB Djarum melebarkan sayap dengan melakukan audisi di berbagai kota. Tercatat pada tahun pertama perubahan ini, ada sembilan kota di seluruh Indonesia diselenggarakan Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis yang terdiri dari kategori U-11, U-13, dan U-15.
Sementara itu, kuota alet yang lolos di tiap daerah untuk kemudian mengikuti seleksi final di Kudus, PB Djarum mematok untuk atlet di kategori putra yang lolos ke semifinal, sedangkan kategori putri yang lolos ke final di tiap daerah pada tiga kategori umur yang tersedia.
Untuk menjaring atlet dari berbagai daerah ini, Fung bersama tim pemandu bakat yang terdiri dari para legenda bulu tangkis Indonesia semacam Christian Hadinata, membagi tugas dengan menyebarkan timnya ke tempat-tempat audisi.
ADVERTISEMENT
"Kami dari pelatih hanya menyeleksi pemain saja. Dibagi tugas, ada sekitar 20 pemandu bakat disebar ke seluruh kota yang menyelenggarakan audisi. Untuk tahun 2018 ini Christian Hadinata yang jadi ketua tim pemandu bakat," cerita Fung kepada kumparan.
"Dari tiap-tiap kota ada kuotanya, kuotanya dalam sistem pertandingan. Untuk putra misalnya yang lolos ke babak semifinal berhak mengikuti final di Kudus, sedangkan untuk putri hanya yang lolos ke final di tiap kota berhak ke Kudus. Jadi, untuk putra empat orang dan putri dua orang untuk tiga kategori kelompok umur," tambahnya.
Fung Permadi di Audisi PB Djarum. (Foto: PB Djarum)
zoom-in-whitePerbesar
Fung Permadi di Audisi PB Djarum. (Foto: PB Djarum)
Namun, Fung menegaskan satu hal: Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis tak ingin menutup mata dan hanya mematok bakat seseorang dari hasil akhir saja. Bagi atlet-atlet yang dianggap memiliki potensi, ada kesempatan yang diberikan PB Djarum untuk menunjukkan kemampuan dirinya pada seleksi final di Kudus.
ADVERTISEMENT
"Kemudian kami bisa memberikan golden ticket (tiket emas) yang diberikan kepada atlet yang kalah di babak-babak awal dengan lawan yang lebih kuat dan kami anggap menunjukkan potensi, jadi dia bisa mengikuti babak final audisi di Kudus. Tidak ada batas kuota untuk golden ticket, bisa lebih dari satu dan itu hak prerogatif pemandu bakat dan berlaku untuk tiga kelompok usia tadi," tutur Fung.
Segala rangkain seleksi ini sudah dilakukan Fung belasan tahun, tapi untuk tahun ini ia punya tugas berbeda. Fung adalah filter terakhir dari Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis, ia adalah penerima pemain-pemain pilihan para pemandu bakat untuk dipilih lagi pada seleksi akhir di Kudus.
"Saya sebagai filter terakhir, dalam artian atlet yang dipilih dari audisi nanti diseleksi lagi apakah kami anggap berpotensi untuk dibina lagi menjadi pemain dunia. Saya penerima saringan-saringan (pemain) dari pilihan para legenda (pemandu bakat). Dari banyak kota itu, nanti finalnya di Kudus sebagai babak akhir audisi. Kami filter terakhir," kata Fung mengimbuhkan.
ADVERTISEMENT
Masa depan dan kehidupan atlet-atlet yang lolos audisi final jadi hal serius selanjutnya yang kudu diperhatikan. PB Djarum sadar betul tugas mereka belum selesai untuk mewujudkan asa para atlet ini jadi atlet bulu tangkis Indonesia yang berprestasi.
"Setelah lolos dari filter terakhir para atlet diberikan beasiswa bulu tangkis dari PB Dajrum. Selain dibina, mereka diberikan fasilitas asrama, peralatan bulu tangkis, dan memberangkatkan ke turnamen-turnamen selama masa pembinaan baik di dalam dan luar negeri. Jika berprestasi di dalam negeri, kami kirim ke luar negeri," jelas Fung.
Namun, PB Djarum punya aturan jelas soal tenggat waktu perkembangan atlet. Setelah satu tahun pasca-lolos audisi, akan dilakukan evaluasi pada tiap atlet. Dan ini tidak main-main. Bagi mereka yang dirasa lambat dalam mengembangkan diri dan tidak cocok dengan sistem pembinaan, beasiswa yang diberikan bakal disetop.
ADVERTISEMENT
Fung Permadi ketika melatih M. Ahsan. (Foto: PB Djarum.)
zoom-in-whitePerbesar
Fung Permadi ketika melatih M. Ahsan. (Foto: PB Djarum.)
Datang, berkembang, melejit, lalu sukses. Atau datang, stagnan, begitu-begitu saja, meredup, kemudian menghilang adalah dua fase yang bakal terwujud nantinya dari para atlet yang lolos audisi. Dengan waktu yang cukup lama berada di hajat ini, Fung sadar betul kondisi tersebut tak bisa disangkalkan.
Hal ini dinilai Fung disebabkan karena beberapa faktor dan jadi tantangan untuknya, untuk kawan-kawannya, membina dan membentuk mereka menjadi pelapis generasi demi generasi atlet-atlet bulu tangkis.
"Semua proses selama 11 tahun sangat berkesan, kalau dijelaskan satu per satu sangat panjang dan sulit. Karena kerja saya seperti itu (melatih anak kecil), ya, kenakalan remaja biasa. Kami berusaha bersabar untuk terus membimbing karena itu proses yang harus terus dilalui setiap hari."
ADVERTISEMENT
"Mereka datang dari latar belakang yang berbeda, kemudian kami berusaha memasukkan mereka dalam sistem kami. Kesulitan mereka harus beradaptasi dan dalam adaptasi ini, banyak juga tindakan yang kami anggap melanggar peraturan. Mereka dalam masa pertembuhuan."
"Intinya, jika mereka mau jadi juara mereka harus mengorbankan banyak hal besar. Yang pertama tentunya waktu-waktu bermain sebagai remaja, keceriaan anak-anak remaja pasti hilang karena setiap hari latihan. Kami sadar betul kesulitan mereka dan tekanan yang dirasakan."
Fung Permadi dan timnya meraih trofi. (Foto: PB Djarum)
zoom-in-whitePerbesar
Fung Permadi dan timnya meraih trofi. (Foto: PB Djarum)
Kegagalan dan kesuksesan sudah sering disaksikan Fung semasa hidupnya di bulu tangkis, baik sebagai pemain atau pelatih. Kegagalan membikin kecewa, tapi kesuksesan selalu membekas. Fung coba mengingat atlet-atlet binaan PB Djarum yang melejit dan jadi andalan Indonesia sebagai pemicu semangatnya untuk terus melahirkan atlet-atlet berbakat.
ADVERTISEMENT
Kevin Sanjaya Sukamuljo adalah salah satu contoh atlet keluaran Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis yang dianggapnya bisa jadi contoh, betapa kemauan yang keras akan menghasilkan prestasi yang berkelas.
"Untuk saat ini yang paling moncer dari audisi ada Kevin Sanjaya yang ikut audisi 2007. Kevin dari kecil sudah kelihatan tidak mau kalah, kemauannya besar dalam segala hal, baik saat latihan dan pertandingan tidak mau kalah. Kalau dalam pertandingan kalah pernah dia nangis. Dia kalau merasakan kekalahan menyesalnya luar biasa dan itu membuktikan keinginannya untuk menang sangat luar biasa."
Ya, Fung tak asal ucap. Kevin saat ini dikenal sebagai juara dunia di nomor ganda putra bersama pasangannya, Marcus Fernaldi Gideon. Sebelum Kevin, nama-nama macam Lim Swie King dan Tontowi Ahmad, adalah atlet-atlet yang melejit usai ditempa di PB Djarum.
ADVERTISEMENT
Dulu, sekarang, hingga sampai tidak diketahui kapan, Fung Permadi masih ingin melanjutkan bulu tangkis sebagai rangkaian cerita yang terus beranak cucu pada dirinya, untuk Indonesia, lewat Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis. Jika ada hal lain yang diminta untuk dilakukan? Percayalah, Fung akan tetap memilih bulu tangkis.
"Kalau boleh saya bilang, bulu tangkis adalah napas hidup saya, saya dari umur delapan tahun sudah main bulu tangkis. Dari kecil taunya itu, kalau sekarang saya diminta jadi akuntan (misalnya) saya tidak bisa. Boleh dibilang seumur hidup, saya sadar saya hanya bisa melakukan sesuatu dan itu adalah bulu tangkis," tutup Fung.