news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Lorenzo: Hanya Saya yang Bisa Memutus Dominasi Marquez di MotoGP

11 Desember 2018 14:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lorenzo, Rossi, dan Marquez di atas podium. (Foto: REUTERS/Jon Nazca)
zoom-in-whitePerbesar
Lorenzo, Rossi, dan Marquez di atas podium. (Foto: REUTERS/Jon Nazca)
ADVERTISEMENT
Tiga pekan setelah resmi pindah dari Tim Ducati Corse ke Repsol Honda, Jorge Lorenzo akhirnya angkat bicara. Pebalap berpaspor Spanyol itu berujar mampu menyaingi Marc Marquez dalam perburuan juara dunia MotoGP 2019 mendatang, Lorenzo optimistis karena sempat mematahkan dominasi rekan anyarnya itu.
ADVERTISEMENT
Marquez sendiri muncul sebagai sosok fenomenal di MotoGP. Sejak pertama kali naik kelas ke MotoGP pada 2013, Marquez tercatat sudah mengoleksi lima trofi juara dunia di kelas balapan utama yakni pada 2013, 2014, 2016, 2017, dan 2018. Hampir saja beruntun selama enam musim, bukan?
Ya, memang hampir, karena pada 2015 muncul Lorenzo yang mematahkan dominasi Marquez. Saat itu Lorenzo masih berseragam Yamaha dan kini, ketika usianya sudah 33 tahun, ia optimistis bisa kembali mengulang prestasi serupa di muism depan, apalagi ia akan menggunakan motor yang sama dengan Marquez.
"Saya sudah belajar banyak dari dia (Marquez), karena dia sudah berada di Honda dalam beberapa tahun. Tapi, saya yakin dia pun bisa belajar beberapa hal dari diri saya --ketika mengendarai motor Honda," kata Lorenzo dilansir GPOne.
ADVERTISEMENT
"Saya adalah satu-satunya pebalap yang mampu merebut gelar juara dunia di tengah dominasi Marquez. Saya tidak melihat sebuah alasan bahwa saya tidak bisa mengulanginya lagi. Saya akan melakukan yang terbaik, meskipun tidak akan mudah pastinya," ujarnya menambahkan.
Di lain sisi, berpindah ke Honda menghadirkan sebuah pertanyaan besar buat Lorenzo: mampukah ia beradaptasi? Bukan tanpa sebab, penampilan Lorenzo nyatanya amburadul ketika berpindah tim, seperti ketika memutuskan pergi dari dari Yamaha ke Ducati pada 2017 silam.
Dari 18 seri yang tersaji di musim 2017, tiga kali pria kelahiran Mallorca itu gagal finis (DNF). Hingga musim perdanannya di Ducati rampung, Lorenzo hanya sanggup naik podium tiga kali --tanpa ada menjadi yang pertama. Jika ditotal, Lorenzo mengumpulkan 137 poin selama musim 2017 dan berada di posisi 7 klasemen akhir.
ADVERTISEMENT
Lorenzo merayakan kemenangan. (Foto: REUTERS/Jon Nazca)
zoom-in-whitePerbesar
Lorenzo merayakan kemenangan. (Foto: REUTERS/Jon Nazca)
Di musim keduanya atau 2018, Lorenzo memang membaik dengan meraih kemenangan perdana saat mentas di GP Italia. Total, empat kali ia naik podium dengan tiga di antaranya menjadi yang pertama. Namun, crash menghambat penampilannya dan kudu puas ada di posisi 9 klasemen akhir musim.
Segala kenangan tidak mengenakan saat memutuskan pindah, rupanya tidak menyurutkan tekad Lorenzo. Menurutnya, waktunya di Ducati telah memberi banyak pengalaman soal mengendarai motor yang berbeda dan mengatasi rasa depresi.
"Hidup diisi oleh tantangan, Anda harus belajar dan berkembang. Di Yamaha, saya menjadi juara dunia dan untuk mendapat motivasi itu lagi, saya pindah ke Ducati. Tapi, sangat berat dijalanni. Saya kaget waktu pertama mencoba motor, harus megubah total gaya membalap. Tapi, saya terus berlatih dan akhirnya menang."
ADVERTISEMENT
"Dalam jangka waktu pendek, berpindah tim mungkin keputusan buruk karena harus memulai dengan motor baru. Di lain sisi, pindah tim justru memberi motivasi lagi. Bisa diibaratkan seperti, Anda biasanya menulis dengan tangan kanan dan harus menggunakan tangan kiri. Sekarang, saya bisa pakai dua-duanya," pungkas Lorenzo.