Maman Nurjaman, Sopir Angkot yang Kini Jadi Kontingen Asian Para Games

29 September 2018 10:19 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Atlet Asian Para Games 2018, Maman Nurjaman. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet Asian Para Games 2018, Maman Nurjaman. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Tuhan kadang menyelipkan selembar kebahagian bagi para makhluk-Nya. Dari hal kecil hingga besar bisa terjadi kapan pun selama Dia berkehendak.
ADVERTISEMENT
Maman Nurjaman, pria asal Majalengka, Jawa Barat, kelahiran tahun 1980 contohnya. Kisahnya adalah rupa dari kuasa sang Khalik yang tak terelakkan.
Maman tumbuh dengan kondisi kaki yang tak biasa. Ibunya bertutur, polio telah menyerang Maman sejak umur 6 bulan. Lima tahun lamanya dia terjerembab dalam sakit hingga berdiri pun tak mampu.
Meski begitu, Maman enggan terpuruk akan keadaan. Dia bangkit dan justru berdiri kukuh sebagai tulang punggung keluarga.
Dulu, dari pagi hingga sore Maman menyopir angkotnya keliling kota. Keringatnya bercucuran, tapi dia enggan berhenti padahal kaki kirinya terbilang lemah karena digerogoti polio. Pikirnya, dia ingin kerja kerasnya itu mampu menutup segala kebutuhan keluarganya, dari orang tua hingga istri dan anak.
ADVERTISEMENT
Bila sore tiba, Maman bergegas menghentikan angkotnya. Kala lelah masih tertahan, dia sempatkan waktu luang bermain bulu tangkis bersama teman-teman di kampung.
Atlet bulu tangkis difabel Ukun Rukaendi (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet bulu tangkis difabel Ukun Rukaendi (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Jangan dibayangkan dia bermain di sebuah gedung besar yang tertutup dari serbuan angin. Maman bermain di sebuah lapangan terbuka. Di sana, ada kalanya tiupan angin menjadi batu sandungan untuk terus bermain. Akhirnya Maman hanya bisa berhenti dan kembali pulang ke rumahnya.
Tahun demi tahun dilalui Maman dengan rutinitas tersebut. Namun, suatu hari yang mengubah kehidupannya ke depan akhirnya datang. Pada hari itu seorang teman mengajak Maman untuk ikut seleksi bulu tangkis. Dia pun sempat bimbang mendengar ajakan tersebut.
“Apakah mungkin seorang sopir angkot seperti dirinya bisa menjadi atlet bulu tangkis?” pikirnya kala itu.
ADVERTISEMENT
Namun, Maman terus melaju. Perlahan dia ayunkan raketnya dan berlaga di seleksi daerah. Waktu itu dia sama sekali tidak mengetahui aturan bermain di kategori penyandang disabilitas, terkhusus untuk nomor tunggal putra.
Atlet bulu tangkis, Maman Nurjaman. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet bulu tangkis, Maman Nurjaman. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Dirinya yang biasa bermain dengan satu lapangan penuh harus berdamai dengan peraturan yang ditetapkan. Ya, saat berlaga di kategori tunggal Maman hanya bisa bermain setengah lapangan.
Meski terbilang “buta” aturan, Maman mampu membuktikan keunggulannya.
“Alhamdulillah di seleksi itu kepanggil. Ikut namanya Pelatda (Pemusatan Latihan Daerah). Ikut kegiatan sebelum Peparnas (Pekan Paralimpiade Nasionai) itu saya ikutin terus ke pelatihan di Bandung berapa bulan lupa lagi. Terus dari situ saya dapat perak,” kenang Maman kepada kumparan (25/9).
ADVERTISEMENT
Tak hanya berjaya di Peparnas, Maman ternyata mampu menunjukkan tajinya dengan meraih medali perak di Kejuaraan Nasional. Berkat capaian apiknya, Maman dipanggil untuk mengikuti Pemusatan Latihan Nasional (Pelatnas) bulu tangkis bagi penyandang disabilitas di Solo. Saat itu, Pelatnas bulu tangkis tengah mempersiapkan diri untuk menghadapi ASEAN Para Games 2017 di Kuala Lumpur, Malaysia.
Akan tetapi, sebelum mantap melangkah menuju Pelatnas Maman terlebih dahulu harus mendapat restu sang istri. Restu yang begitu sulit didapat.
Dilarang Istri
Saat dipanggil oleh Pelatnas, istri Maman praktis hanya tinggal bersama dua orang anaknya. Ayah dan Ibu Maman baru meninggal saat dia mengikuti Pelatda dan persiapan menuju Pelatnas. Kondisi tersebutlah yang membuat istri Maman galau setengah mati saat akan ditinggal suaminya ke Pelatnas.
ADVERTISEMENT
“Awalnya iya, takutnya istilahnya maklumlah belum terbiasa ditinggal sama suami. Belum terbiasa kalau jauh,” sebut Maman.
Berulang kali Maman meyakinkan istrinya, pilihan bergabung ke Pelatnas adalah hal terbaik saat itu. Terus dibujuk Maman, sang istri pun perlahan luluh meski dengan mengajukan beberapa syarat.
“Untuk perjalanan sebelumnya satu bulan dua bulan banyak aturan lah istri, usahakan sepuluh hari pulang. Kan jauh harus gimana akhirnya ngobrol kasih solusi sama istri,” Maman berkisah.
Bagi Maman, restu sang istri adalah hal utama baginya. Tanpa izin itu dia tidak akan bergegas maju. Pikirnya, buat apa maju ke Pelatnas tapi harus mengorbankan keharmonisan rumah tangga.
Lepas dari sulitnya mendapat rida istri, Maman mulai melangkahkan kaki ke Pelatnas. Dia dihadapkan dengan teman-teman baru yang kebanyakan lebih berpengalaman ketimbang dirinya. Meski begitu, Maman enggan minder menerima kenyataan itu. Dia terus berjuang dan berprinsip, apa pun kejuaraannya harus ada medali untuk Indonesia.
ADVERTISEMENT
Tak pelak, dari prinsip yang telah mengakar di hati itu Maman berhasil mengukir debut manis di kejuaraan internasional pertamanya. Dia meraih medali perunggu di nomor tunggal putra, bulu tangkis ASEAN Para Games 2017.
Dari capaian apiknya itu, Maman mengaku kini hidupnya lebih sejahtera daripada saat menjadi sopir angkot dulu. Istrinya pun kini 100 persen mendukung perjuangan sang suami membela Indonesia.
Memasuki tahun 2018, Maman kembali dipanggil untuk berlatih di Pelatnas. Dia didapuk menjadi skuat Merah Putih di gelaran Asian Para Games Oktober mendatang. Di ajang itu Maman akan turun di nomor tunggal putra. Dia berharap bisa menyumbangkan medali untuk Indonesia.
Atlet bulu tangkis, Maman Nurjaman. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet bulu tangkis, Maman Nurjaman. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Supaya targetnya tercapai, Maman berharap banyak masyarakat Indonesia yang akan mendukungnya langsung berlaga di arena.
ADVERTISEMENT
“Iya berharap banget, berharap banyak penonton, berharap banyak yang mendoakan, ya banyak harapan saya,” pungkas Maman.
kumparan akan menyajikan story soal atlet-atlet penyandang disabilitas kebanggaan Indonesia dan hal-hal terkait Asian Para Games 2018 selama 10 hari penuh, dari Kamis (27/9) hingga Sabtu (6/10). Saksikan selengkapnya konten spesial dalam topik ‘Para Penembus Batas’.