'Marcus/Kevin Menang Terus Tidak Bagus Juga, Nanti Lengah'

18 April 2019 14:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo di babak pertama Singapura Terbuka 2019. Foto: Dok. PBSI
zoom-in-whitePerbesar
Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo di babak pertama Singapura Terbuka 2019. Foto: Dok. PBSI
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sejak kalah di babak pertama All England 2019 pada awal Maret lalu, tren kemenangan Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo terhenti.
ADVERTISEMENT
Sudah dua turnamen beruntun mereka lalui setelah All England, tetapi belum ada kabar baik dari ganda putra terbaik Indonesia --juga dunia-- ini. Di Malaysia Terbuka 2019, pada pekan pertama April, 'Minions' --begitu Marcus/Kevin dijuluki-- kalah di perempat final.
Lalu di Singapura Terbuka 2019, yang dihelat 9-14 April, Marcus/Kevin hanya melaju sampai semifinal. Mereka kandas di tangan ganda putra Jepang, Takeshi Kamura/Keigo Sonoda.
Bagi penggemar, Marcus/Kevin kalah adalah hal yang hampir mustahil. Mereka begitu digdaya hingga menelurkan rekor delapan gelar BWF plus satu emas Asian Games musim lalu --memecahkan rekor mereka sendiri dengan tujuh gelar BWF di 2017.
Atlet bulu tangkis asal Indonesia, Kevin dan Marcus, menjuarai cabang olahraga bulu tangkis ganda putra di ajang Asian Games 2018, Jakarta (28/08/2018) Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Meski begitu, kekalahan Marcus/Kevin disikapi biasa-biasa saja oleh Herry Iman Pierngadi sang pelatih. Pria yang kerap disapa Herry IP ini membenarkan bahwa penampilan ganda asuhannya ini menurun. Ia juga tidak menutup kemungkinan adanya faktor non-teknis di balik penurunan performa keduanya.
ADVERTISEMENT
"Minions itu ada sedikit penurunan. Tapi, saya belum ngobrol secara individu ke mereka, apakah penurunan ini karena mereka jenuh, apakah tantangannya sudah tidak ada, atau seperti apa?" kata Herry saat ditemui di Pelatnas Cipayung.
"Kalau saya berpikir positifnya, menjelang Olimpiade kalau menang terus, nanti jadi tanda tanya. Kalah terus pun tidak bagus, jadi kita atur juaranya di mana. Karena level Marcus/Kevin sudah tinggi, musuh yang mempelajari mereka."
"Apalagi Marcus/Kevin belum dapat gelar juara dunia dan emas Olimpiade, jadi target utamanya dua kejuaraan itu," imbuhnya menyoal kekalahan di tiga turnamen terakhir.
Pun jelang Kejuaraan Bulu Tangkis Asia atau Badminton Asia Championships (BAC) 2019 yang berlangsung 23-28 April di Wuhan, China, Herry tidak mematok gelar kepada Marcus/Kevin. Apalagi, mereka hanya punya waktu seminggu untuk berlatih sepulang dari Singapura.
ADVERTISEMENT
"Saya fokus mengembalikan kondisi anak-anak saja. Saya tidak terlalu fokus di BAC (2019) ini, karena BAC juga 'kan jadi penutup periode hitungan poin terakhir 2020 nanti," tutur Herry.
Aksi Marcus Gideo/Kevin Sanjaya pada All England 2019. Foto: Dok. Media PBSI
Lalu, muncul asumsi bahwa kekalahan Marcus/Kevin adalah bagian dari strategi untuk menyokong peringkat kompatriot, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto.
Sebelum Fajar/Rian naik menjadi peringkat lima dunia di pekan ke-16 BWF pada 16 April lalu, keduanya berada di peringkat enam. Dari situ, undian pada hampir setiap turnamen selalu mempertemukan keduanya dan Marcus/Kevin pada perempat final.
Soal strategi tersebut, Herry tidak memungkirinya. "Ada suatu yang harus dihindari agar mereka (Fajar/Rian dan Marcus/Kevin) tidak bertemu di delapan besar melulu. Kalau rangking (Fajar/Rian) naik, nanti ketemunya di semifinal atau final," ujar pelatih berjuluk 'Naga Api' ini.
ADVERTISEMENT
Fajar/Rian kalahkan Marcus/Kevin di perempat final Malaysia Terbuka 2019. Foto: Dok. PBSI
Marcus/Kevin sendiri kalah dari Fajar/Rian di Malaysia Terbuka 2019. Sementara di All England 2019, mereka takluk di tangan ganda kawakan China, Liu Cheng/Zhang Nan.
Sebelum tiga kekalahan beruntun dari All England hingga Singapura Terbuka itu, Marcus/Kevin sudah menyegel gelar di Malaysia Masters dan Indonesia Masters --keduanya adalah turnamen Super 500.
Berikutnya, Herry akan terus memantau dan mengevaluasi setiap hasil pertandingan 'Minions'. Musim 2019 sendiri menjadi krusial sebagai tahun perhitungan kualifikasi jelang Olimpiade 2020 di Tokyo.
"Turnamen yang wajib diikuti dalam setahun ada 12, sisanya kami pilih lagi. Pemain kalau menang-menang terus, nanti lengah. Tapi, jangan terlalu sering kalah juga, kalau empat sampai lima kali kalah itu lampu merah. Juga jangan hanya lihat hasil, lihat persiapannya, kalau tidak cukup, jangan menuntut prestasi tinggi," tutup Herry.
ADVERTISEMENT