Melawan Nadal, Cara Federer Angkat Kualitasnya di Lapangan Tanah Liat

5 Juni 2019 14:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Roger Federer dan Rafael Nadal di final Shanghai Masters 2017. Foto: Chandan KHANNA / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Roger Federer dan Rafael Nadal di final Shanghai Masters 2017. Foto: Chandan KHANNA / AFP
ADVERTISEMENT
Prancis Terbuka 2019 baru sampai pada semifinal, laga serupa final sudah digelar. Penyebabnya apa lagi kalau bukan duel antara Roger Federer dan Rafael Nadal di semifinal tunggal putra pada Jumat (7/6/2019)?
ADVERTISEMENT
Kemenangan Nadal atas Kei Nishkori di babak perempat final mengantarkannya pada duel melawan seteru, sekaligus kawan abadinya, Federer. Di sisi lain, tiket empat besar diamankan Federer usai menundukkan rekan senegaranya, Stan Wawrinka, di perempat final.
Nadal memasuki turnamen sebagai 'Raja Lapangan Tanah Liat'. Gelar itu didapat berkat keberhasilannya 11 kali menaklukkan Roland Garros. Bahkan, tahun ini Nadal datang ke Prancis dengan status juara bertahan.
Aksi Rafael Nadal di Prancis Terbuka 2019. Foto: Thomas SAMSON / AFP
Musim 2018 milik Federer tidak sebaik Nadal. Tak ada satu gelar Grand Slam pun yang direngkuhnya musim lalu. Bahkan ini kali pertama Federer kembali Prancis Terbuka setelah absen tiga musim beruntun.
Hanya, bukan berarti Federer tidak datang ke Prancis tanpa nama besar. Hingga kini, Federer berstatus sebagai petenis yang paling banyak menyegel gelar juara Grand Slam di nomor tunggal putra. Sejak turun menjadi petenis profesional hingga sekarang, Federer sudah mengoleksi 20 gelar juara.
ADVERTISEMENT
Menghadapi lawan yang seperti ini jelas menjadi tantangan tersendiri bagi Nadal. Apalagi, ia tahu betul seperti apa kualitas Federer. Petenis asal Swiss itu memang tidak bermain dengan daya ledak yang besar seperti Nadal.
Tapi di ranah tenis sana, siapa pula yang tak memuja keindahan dan efektivitas pukulan backhand Federer? Di atas lapangan tenis, Federer adalah silent assassin. Tenang, tapi mematikan.
'Tentu saja berhadapan dengan Roger (Federer) di semifinal menjadi tugas ekstra. Kami berbagi momen-momen penting di sepanjang karier masing-masing. Ini adalah episode yang berbeda dalam perjalanan kami," jelas Nadal, dilansir The Guardian.
"Bagaimana bisa saya tidak gembira dan bersemangat karenanya? Laga ini akan menjadi momen spesial. Jadi, bersiap-siaplah untuk hal sespesial ini," ucap Nadal.
ADVERTISEMENT
Federer menyegel kemenangan di babak pertama Prancis Terbuka 2019. Foto: REUTERS/Christian Hartmann
Federer boleh menyandang status sebagai petenis yang paling sering menjuarai Grand Slam tunggal putra, tapi Nadal bukan lawan yang mudah untuknya. Menilik rekam jejak pertemuan keduanya saja, Nadal unggul jauh. Keduanya sudah bertemu di atas lapangan yang sama sebanyak 38 kali.
Dari 38 pertemuan itu, Nadal menang 23 kali. Artinya, ya, Federer cuma menang 15 kali. Kalau mau hitung-hitungan persentase, kemenangan Nadal mencapi 61%. Cukup berjarak, bukan?
Di Prancis Terbuka, keduanya terakhir kali bertemu pada final 2011. Laga itu mengantarkan Nadal pada gelar juara Prancis Terbuka keenamnya. Nadal berhasil menundukkan Federer dalam duel empat set 7-5, 7-6 (3), 5-7, 6-1.
Namun, ada baiknya untuk tidak menelan mentah-mentah rekam jejak yang seperti berpihak pada kemenangan Nadal itu. Meski unggul jauh, terakhir kali Nadal menang atas Federer pada semifinal Australia Terbuka 2014. Pertemuan itu merupakan duel ke-32 mereka.
ADVERTISEMENT
Meski kita menyingkirkan pertemuan terakhir pada semifinal Indian Wells 2019 karena Nadal cedera sehingga retired, Federer tetap mendominasi dalam lima pertandingan sebelumnya.
Tapi, tenis tetaplah tenis. Siapa pun yang menjadi lawan, selalu akan ada kemungkinan untuk menang. Federer menyadari kemungkinan ini. Baginya, tak ada keniscayaan sampai pertandingan tuntas.
Toh, penonton yang menyaksikan laga secara langsung di stadion pun tidak ada yang mengetahui dengan pasti apa yang dibawa oleh setiap petenis dalam duel tersebut. Bisa saja lawan Federer sedang mengalami masalah atau sakit. Bukannya tak mungkin Federer sedang dalam performa terbaik, sementara lawannya kepayahan meski berusaha menutupi sedapat mungkin.
Atau, tidak mustahil faktor-faktor eksternal macam cuaca mempengaruhi performa. Bisa saja karena cuaca buruk laga mesti ditunda sampai entah berapa kali sehingga mempengaruhi penampilan setiap petenis.
ADVERTISEMENT
"Itu mengapa kamu harus menempatkan diri dalam posisi lawan, untuk memahami lawan dengan lebih dalam. Buat saya, memahami Rafa (Nadal) tidak sederhana. Saya membutuhkan lima kemenangan dulu untuk memahaminya," jelas Federer.
"Bagi saya, jika seorang petenis ingin merengkuh pencapaian tinggi di lapangan tanah liat, ia harus mengalahkan Rafa. Begitu saya memutuskan untuk bermain di tanah liat, saya langsung mengharapkan laga ini. Jika saya tidak datang dengan pola pikir seperti ini, sebaiknya saya tidak bertanding di turnamen tanah liat," ucap Federer.