Membedah Regulasi FIM dalam Kasus Ducati di Qatar

27 Maret 2019 15:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Andrea Dovizioso dan swingarm barunya di GP Qatar 2019. Foto: KARIM JAAFAR/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Andrea Dovizioso dan swingarm barunya di GP Qatar 2019. Foto: KARIM JAAFAR/AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
MotoGP 2019 dibuka dengan situasi panas. Ya, pada seri perdana, Grand Prix (GP) Qatar, kemenangan Andrea Dovizioso (Mission Winnow Ducati) diwarnai protes dari Aprilia Racing Team Gresini, Red Bull KTM Factory Racing, Suzuki Ecstar, dan Repsol Honda.
ADVERTISEMENT
Keempat tim menilai swingarm yang digunakan Dovizioso dan rekan setimnya, Danilo Petrucci, juga rider Alma Pracam, Jack Miller, lebih dari sekadar alat untuk membuang air dan mendinginkan ban belakang.
Direktur Teknik MotoGP, Danny Aldridge, sudah mengonfirmasi bahwa alat tersebut digunakan untuk menghalau hujan dan tidak memberikan efek aerodinamis. Yamaha sendiri telah mencoba alat serupa di akhir 2018.
Meski begitu, usai Dovizioso memenangi GP Qatar 2019, banyak yang menilai 'spoon' itu bagian dari alat yang bisa meningkatkan aerodinamika motor.
"Kami lihat, di bagian ban belakang itu udara berjalan cepat. Semakin cepat aliran udara, bahkan dengan wing yang kecil, cukup untuk menghasilkan tekanan," kata Bos Tim Aprilia, Massimo Rivola, dilansir GP One.
ADVERTISEMENT
Swing Arm yang digunakan Ducati pada MotoGP Qatar 2019. Foto: twitter/motogp
Rivola juga mempertanyakan alasan Ducati yang menyebut 'spoon' itu digunakan untuk mendinginkan ban, sesuatu yang jadi masalah bagi pebalap bertubuh besar seperti Petrucci.
"Alat ini juga digunakan Dovizioso, yang lebih ringan. Juga katanya untuk mendinginkan ban, padahal di Qatar justru kebalikannya, saat malam (race) suhu menurun. Tidak masuk akal!" katanya.
Well, jawaban diberikan oleh Direktur Teknik Ducati, Luigi 'Gigi' Dall'Igna. "Salah satu yang saya dengar, katanya ban tidak butuh didinginkan di Qatar yang (suhu) sudah dingin. Saya yakin semua orang di TV lihat asap yang keluar dari motor Suzuki di Tikungan 11 'kan?" ujar Gigi kepada GP One.
"Saya juga yakin ini solusi yang tepat. Kenapa tim lain memaksa saya untuk tidak menggunakannya? Kami juga sudah mendapat persetujuan dari Direktur Teknik FIM. Hanya dia yang berhak memutuskan legal atau tidak."
ADVERTISEMENT
"Yang terpenting, sistem ini tidak bertujuan untuk meningkatkan aerodinamika. Tujuannya adalah mendinginkan ban dan menghindarkan dari air atau puing. Karena winglet yang sudah ada membuat aliran udara cepat dan membawa panas," tegasnya.
"Saya meningkatkan perfoma motor dengan sistem ini (swingarm), tapi bukan karena itu menghasilkan tekanan, tapi karena itu mendinginkan ban belakang. Dan sekali lagi, kunci kemenangan balapan adalah menjaga ban belakang," kata Gigi.
Pebalap Ducati, Andrea Dovizioso tampil sebagai pemenang MotoGP Qatar 2019. Foto: twitter/motogp
Jika tadi adalah delik antartim, bagaimana FIM memproses protes Aprilia, Suzuki, KTM, dan Honda? Diawali laporan yang masuk pada 10 Maret, FIM MotoGP Stewards Panel yang terdiri Freddy Spencer (Amerika Serikat), Bill Cumbow (Amerika Serikat), dan Ralf Bohnhorst (Jerman) menolak protes keempat tim.
Keempat tim lanjut mengajukan banding ke FIM Appeal Stewards yang ditetapkan oleh Qatar Motorcycle Federation (QMMF). Kasus ini lantas dibawa ke MotoGP Court of Appeal (Pengadilan Banding MotoGP) sesuai Artikel 3.3.3.2 di FIM World Championship Grand Prix Regulations.
ADVERTISEMENT
Lalu, pada Selasa (26/3/2019), FIM telah mengumumkan hasil sidang dengar terbuka di Mies pada 22 Maret. Keputusannya ada tiga poin: (1) Banding Aprilia, Suzuki, Honda, dan KTM diterima; (2) Hasil GP Qatar 2019 sudah final; (3) Permohononan untuk menyebut alat itu ilegal dan melarangnya untuk balapan selanjutnya, ditolak.
Sesuai Artikel 3.4.6, keempat tim masih bisa ajukan ke Court of Arbitration of Sport (CAS) di Lausanne, Swiss, lima hari setelah pengumuman.
Bicara CAS, salah satu kasus besar MotoGP adalah saat Valentino Rossi mengajukan banding atas keputusan Race Stewards yang menghukumnya atas kasus GP Malaysia 2015.
Saat itu, Rossi mendapat penalti tiga poin dan harus memulai di urutan terakhir pada GP pamungkas di Valencia. Dalam arbitrasenya, 'The Doctor' meminta agar penaltinya ditarik, atau setidaknya poin hanya dikurangi satu. Permintaannya ditolak, dan Rossi pun saat itu melepas titel juara yang sudah di depan mata.
ADVERTISEMENT
Selain Rossi, kasus MotoGP yang berlanjut hingga ke CAS adalah kasus doping pebalap Moto2, Anthony West. Pada 20 Mei 2012, West diketahui memakai Methylhexaneamine sebagai stimulan. Tapi dalam kasus tersebut, yang mengajukan banding adalah World Anti-doping Agency (WADA).
Sidang dilakukan pada 21 Agustus 2013 di Lausane dan dihadiri ketiga pihak. Pada akhirnya, West dilarang balapan 18 bulan.
Jika dalam lima hari usai putusan, keempat tim masih mau melanjutkan arbitrase ke CAS, hasil akhir akan diputuskan berdasarkan Code of Arbitration untuk MotoGP, seperti disebut dalam Artikel 3.9 FIM World Championship Grand Prix Regulations.