Menanti Ranumnya Fajar/Rian di Olimpiade 2020

18 April 2019 17:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto di babak kedua Singapura Terbuka 2019. Foto: Dok. PBSI
zoom-in-whitePerbesar
Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto di babak kedua Singapura Terbuka 2019. Foto: Dok. PBSI
ADVERTISEMENT
Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto kehilangan momentumnya di akhir musim lalu. Padahal, saat menjejak final nomor perorangan Asian Games 2018 --multiajang tertinggi di Asia--, keduanya lahir sebagai bintang.
ADVERTISEMENT
Pada Agustus lalu, Fajar/Rian sukses berikan perlawanan sengit kepada Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, meski berakhir sebagai runner-up setelah kalah 21-13, 18-21, dan 22-24.
Kemenangan Marcus/Kevin itu bukanlah sebuah kejutan, mengingat mereka merengkuh medali emas dengan status sebagai pemain terbaik dunia. Sementara bagi Fajar/Rian, final Asian Games 2018 itu seharusnya menjadi katalis performa mereka.
Sebelum Asian Games, Fajar/Rian hanya sekali merengkuh gelar, yakni Malaysia Masters 2018 Super 500 pada Januari. Di ajang bergengsi seperti All England pada Maret 2018, keduanya kandas di babak pertama.
Lalu di Kejuaraan Bulu Tangkis Asia (BAC) pada April, Fajar/Rian hanya sampai babak kedua. Begitu juga di Malaysia Terbuka Super 750, akhir Juni 2018, di mana mereka tersingkir di babak yang sama.
ADVERTISEMENT
Ya, perak Asian Games pada bulan Agustus itu semestinya menjadi pelecut performa mereka.
Fajar (kiri) dan Rian (kanan) dengan medali perak Asian Games 2018. Foto: ANTARA FOTO/INASGOC/Nafielah Mahmudah
Sayangnya, absen di Denmark dan Prancis Terbuka 2018 pada Oktober membuat momentum itu hilang. Meski mendapat satu gelar Super 300 satu bulan setelahnya, target Fajar/Rian untuk lolos BWF World Tour Finals tidak tercapai.
Well, setelah melewati fase naik-turun itu, Fajar/Rian sukses ditempa menjadi andalan baru Indonesia. Teranyar, Fajar/Rian sukses meraup kemenangan pertama atas Marcus/Kevin di perempat final Malaysia Terbuka 2019, awal April lalu.
Poin demi poin yang dikumpulkan Fajar/Rian pun mampu membawa peringkat mereka naik dari nomor sembilan hingga menjadi ganda putra kelima dunia di peringkat BWF pekan ke-16 pada 16 April 2019.
Melihat perkembangan Fajar/Rian, Herry Iman Pierngadi sang pelatih menilai kedua pemain sudah lebih baik karena mampu mengurangi kesalahan sendiri di poin krusial.
ADVERTISEMENT
Pelatih kepala ganda putra Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI), Herry Iman Pierngadi, ditemui di Pelatnas Cipayung, Jakarta, Rabu (27/2/2019). Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan
Karena itu pula, Pelatih Ganda Putra PBSI, Herry Iman Pierngadi, menaruh asa kepada Fajar/Rian untuk membuktikan diri di Olimpiade --ajang olahraga tertinggi di dunia-- pada 2020 yang berlangsung di Tokyo, Jepang.
"Dari dulu Fajar/Rian ingin juara, cuma mengatur (pola) di lapangannya belum bisa, masih buru-buru. Itu ciri pemain muda, sementara yang senior lebih tenang. Mental juara di lapangan itu yang sebelumnya tidak dimiliki Fajar/Rian," ucap pria yang akrab disapa Herry IP ini saat ditemui di Cipayung.
"Nah, kalau sekarang sudah ada. Saya berharap kalau mereka lolos ke Olimpiade, itu matangnya akan di sana. Sesuai usia dan kemajuan mereka," imbuh pelatih berjuluk 'Naga Api' ini.
Selain keberhasilan 'pecah telur' head to head dengan Marcus/Kevin di Malaysia, penampilan Fajar yang lahir di Bandung, 7 Maret 1995, dan Rian yang merupakan atlet asal Bantul kelahiran 13 Februari 1996, di awal musim 2019 pun mumpuni.
ADVERTISEMENT
Di All England Super 1000 pada Maret 2019, keduanya menjejak semifinal. Di Swiss Terbuka Super 300, mereka jadi jawara. "Fajar/Rian ada kemajuan, grafiknya naik. Meski masih ada error, tapi persentasenya berkurang banyak," kata Herry.
Fajar/Rian sujud syukur usai dipastikan lolos ke semifinal Malaysia Terbuka 2019. Foto: Dok. PBSI
"Sekarang kepercayaan dirinya meningkat, lawan siapa saja mereka tidak terlalu khawatir. Itu mulai kelihatan sejak Asian Games 2018, sudah naik tapi memang kebentur tidak ikut di turnamen Eropa," ujarnya mengingatkan.
Sementara di luar lapangan, usia Fajar dan Rian yang terpaut hanya satu tahun bisa membuat keduanya kompak. "Fajar/Rian masih sama-sama bujangan, jadi hobi dan cara pikir sama. Hal itu berpengaruh karena mereka jadi lebih kompak di lapangan," tutur Herry.
Kini dengan masuknya Fajar/Rian ke Top 5 dunia, Herry sukses menaruh tiga nama bagi Indonesia. Selain Marcus/Kevin yang kukuh di puncak, ada ganda kawakan, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan di peringkat empat.
ADVERTISEMENT
Berikutnya, Fajar/Rian bakal melakoni BAC (Badminton Asia Championship) 2019 yang berlangsung 23-28 April di Wuhan, China. Lantas pekerjaan rumah lainnya adalah mengumpulkan poin di turnamen-turnamen bergengsi BWF Super 500, 750, dan 1000 untuk melaju ke Olimpiade 2020.
Selain itu, tantangan Fajar/Rian adalah melewati ganda putra andal dunia lain di Top 5 yakni Li Junhui/Liu Yuchen (China) dan Takeshi Kamura/Keigo Sonoda (Jepang), termasuk Marcus/Kevin dan Ahsan/Hendra tadi.