Mendengar Curhat Syuci Indriani, Perenang Tunagrahita Andalan Bangsa

28 September 2018 10:05 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Atlet Asian Para Games 2018, Syuci Indriani. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet Asian Para Games 2018, Syuci Indriani. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Di dalam lintasan air Syuci Indriani terus melaju. Sekilas, fisiknya normal tak seperti atlet renang disabilitas di sekelilingnya. Namun, perempuan 17 tahun itu adalah seorang penyandang tunagrahita. IQ-nya di bawah rata-rata manusia pada umumnya.
ADVERTISEMENT
Pagi di bulan September itu langit Sukoharjo tampak cerah. kumparan berkesempatan melihat dan berbincang dengan Syuci saat dia latihan. Sembari menunggu, salah satu pelatih Syuci, Dinda, membuka lembaran cerita perihal sang atlet.
Dinda menyebut, sebagai remaja dengan IQ di bawah 75, Syuci masih bisa diajak bicara layaknya orang biasa. Tapi untuk hal mendalam atau berhubungan dengan sesuatu yang matematis dia akan mengalami kesulitan.
“Kadang dia juga mood swing, mood-nya berubah cepat. Jadi harus pandai-pandai mengaturnya” kata Dinda kepada kumparan.
Atlet Asian Para Games 2018, Syuci Indriani. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet Asian Para Games 2018, Syuci Indriani. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Obrolan di pinggir kolam renang itu tak berlangsung lama. Masih dengan pakaian renangnya, Syuci tiba-tiba melintas di depan kami. Dia berhenti sejenak saat diberitahu akan diwawancara. Senyumnya melebar mendengar ajakan tersebut.
ADVERTISEMENT
“Ditanya apa? Jangan sulit-sulit ya,” ucapnya berkelakar.
Syuci pun meminta sedikit waktu untuk membilas tubuhnya sebelum perbincangan diteruskan.
Sembari duduk di tepi kolam, Syuci yang kala itu memakai topi pelatihnya--untuk melindungi wajah dari sinar matahari--mulai mengalunkan cerita. Tak begitu panjang, tapi cukup mudah untuk dimengerti.
Renang adalah olahraga yang menjadi cinta pertama Syuci. Sedari usia 6 tahun ayahnya memperkenalkannya dengan olahraga tersebut.
Atlet renang penyandang disabilitas. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet renang penyandang disabilitas. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Syuci kemudian dimasukkan ke dalam klub renang di Riau. Bakat alaminya mulai terasah di sana. Dia berhasil meraih emas di kejuaraan pertamanya, yaitu di Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN).
Sajak bahagia pun berkumandang di hati Syuci. Dia lalu melangkah ke jenjang yang lebih serius. Pada 2013 dia pergi ke Solo untuk mengikuti pemusatan latihan nasional (pelatnas).
ADVERTISEMENT
Tahun demi tahun, Syuci merantau ke Solo kala menghadapi persiapan sebuah kejuaraan. Dia meninggalkan keluarga dan juga sekolahnya.
Tidak sekolah di SLB
Tentang sekolah, Syuci kini tengah menginjak kelas 3 SMA Olahraga Provinsi Riau jurusan IPS. Kendati menyandang tunagrahita, orang tua Syuci memasukkannya ke dalam sekolah biasa bukan sekolah luar biasa seperti yang seharusnya.
Oleh karena kondisi yang dialami, Syuci mengaku kesulitan mengikuti pelajaran di sekolah.
“Ya sama guru dibantu,” katanya.
Dia juga terlampau sering meninggalkan sekolahnya karena kegiatan Pelatnas yang dihadapi. Gurunya pun harus memaklumi karena Syuci pergi untuk memberikan yang terbaik bagi Indonesia.
“Ya pulang cuma ujian doang,” sebut perempuan yang selama ini gemar menyantap pecel lele itu.
ADVERTISEMENT
Di satu sisi, dari lubuk hatinya yang terdalam Syuci sebenarnya hanya ingin fokus pada satu bidang. Namun, apa bisa dikata sekolah adalah titah wajib dari kedua orang tua.
“Kalau aku sih renang aja, kurang fokus di pelajaran,” jelasnya.
Sementara itu dari uraian sang pelatih selama di Pelatnas, Syuci juga tak terlalu ambil pusing soal sekolahnya. Dia hanya fokus renang, renang, dan renang, dari pagi hingga sore.
Atlet National Paralympic Committee (NPC) cabang olahraga renang mengikuti latihan Pelatnas Asian Para Games 2018. (Foto: ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet National Paralympic Committee (NPC) cabang olahraga renang mengikuti latihan Pelatnas Asian Para Games 2018. (Foto: ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha)
Ketika matahari mulai meninggi, perbincangan dengan Syuci pun turut diakhiri. Dia harus segera bergegas untuk mengikuti tes IQ yang hasilnya nanti akan menjadi persyaratan mengikuti Asian Para Games renang di kelas yang diikuti.
Pelatih Syuci pun berharap hasil tes IQ-nya itu tidak berubah signifikan. Bila melampaui ambang batas, perenang muda terbaik Asia Paralympic Committee 2016 itu terpaksa tak bisa mengikuti Asian Para Games nantinya. IQ Syuci justru tak boleh meningkat lebih dari 75, atau dia gagal diturunkan di cabor renang nomor tunagrahita.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut sangatlah dihindari mengingat Syuci adalah salah satu kartu As tim renang Indonesia. Dari National Paralympic Committee (NPC), renang adalah salah satu cabang olahraga andalan Indonesia di Asian Para Games nanti. Medali emas diprediksi akan diraih Indonesia dari renang.
Untuk Syuci, dia diharapkan bisa meraih dua medali emas. Meski usianya masih muda, Syuci tak menganggap target yang disematkan kepadanya sebagai beban. Dia justru mengharap rapalan doa dari segenap masyarakat Indonesia supaya target tersebut bisa terwujud.
“Untuk masyarakat Indonesia, dukung kami di Asian Para Games, tetap support kami. Walaupun kami ini difabel, tetaplah dukung kami biar sukses,” tutur atlet kelahiran 28 Januari 2001 itu dengan nada bersemangat.
ADVERTISEMENT
kumparan akan menyajikan story soal atlet-atlet penyandang disabilitas kebanggaan Indonesia dan hal-hal terkait Asian Para Games 2018 selama 10 hari penuh, dari Kamis (27/9) hingga Sabtu (6/10). Saksikan selengkapnya konten spesial dalam topik ‘Para Penembus Batas’.