Mengapa Ahsan/Hendra Masih Didampingi oleh Pelatih PBSI?

11 Maret 2019 14:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan menjuarai All England 2019. Foto: Dok. PBSI
zoom-in-whitePerbesar
Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan menjuarai All England 2019. Foto: Dok. PBSI
ADVERTISEMENT
Dalam Surat Keputusan bertanda SKEP/001/0.3/I/2019 yang keluar pada Jumat, 4 Januari 2019, Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) mengumumkan daftar 98 pemain nasional yang masuk di pemusatan latihan nasional (pelatnas) Cipayung. Di dalamnya tidak ada nama Mohammad Ahsan dan Hendra Setiawan.
ADVERTISEMENT
Dari daftar itu, sektor ganda putra paling banyak memiliki atlet didegradasi. Dari lima nama, dua di antaranya Ahsan/Hendra yang notabene merupakan pasangan kawakan Indonesia. Ahsan berusia 31 tahun, sementara Hendra 34 tahun.
Cukup mengejutkan, pasalnya Hendra sendiri baru kembali ke pelatnas pada 2018 setelah pada 2017 memilih tampil sebagai atlet profesional bersama Tan Boon Heong (Malaysia). Sementara Ahsan yang masih berada di pelatnas sempat berpasangan dengan Rian Agung Saputro selama 2017.
Kini, Ahsan/Hendra sudah menyumbang satu gelar prestisius bagi Indonesia di awal 2019 meski berstatus profesional. Pada final All England 2019, duo berjuluk 'The Daddies' ini mengalahkan Aaron Chia/Soh Wooi Yik (Malaysia), 11-21, 21-14, dan 21-12.
Yang membuat beberapa orang bertanya, mengapa Ahsan/Hendra masih ditemani Herry Iman Pierngadi, pelatih kepala ganda putra PBSI, pada laga final All England 2019? Padahal sebagai atlet berstatus profesional --yang sudah di-beking sponsor sendiri-- mereka tidak masuk dalam SK pemain PBSI?
ADVERTISEMENT
Menurut Susy Susanti, Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI yang menjabat Manajer Tim Indonesia di All England 2019, Ahsan/Hendra sejatinya masih dianggap sebagai bagian dari PBSI. Ketika ditemui di Birmingham, Minggu (10/3), Susy mengatakan bahwa status non-pelatnas hanyalah hitam di atas putih bagi Ahsan/Hendra.
Pertandingan Ahsan/Hendra melawan ganda Jepang, Takeshi Kamura/Keigo Sonoda, di semifinal All England 2019. Foto: Dok. Humas PBSI
Hal itu dianggap menjadi solusi saling menguntungkan bagi PBSI yang masih membutuhkan jasa Ahsan/Hendra, serta sang atlet sendiri yang ingin bermain di liga-liga internasional.
Maka sehari-harinya, Ahsan/Hendra masih berlatih di Cipayung layaknya ganda putra PBSI lain. Juara dunia 2013 dan 2015 itu pun boleh mendapat pendampingan pelatih ketika ikut bermain di turnamen BWF bersama skuat PBSI.
"Ahsan/Hendra itu sparring, hanya statusnya saja (tidak pelatnas) karena aturan kalau mau bermain di liga tidak boleh ada di PBSI," ucap Susy kepada kumparanSPORT.
ADVERTISEMENT
"Secara latihan dan program sama seperti PBSI. Seumpama lagi bertanding bersamaan dengan tim, dan pelatih (PBSI) sedang tidak bertugas mendampingi atlet pelatnas kami, diperbolehkan (mendampingi Ahsan/Hendra)," imbuhnya.
Susy pun memberikan contoh spesial lain di All England 2019. Pada babak perempat final Tommy Sugiarto, tunggal non-pelatnas itu bertanding didampingi asisten pelatih ganda campuran, Nova Widianto. Sebelumnya, Hendra bersama Ahsan secara pribadi memilih menemani Tommy lebih dulu pada babak kedua.
"Sebetulnya siapa pun, seperti waktu itu Tommy bertanding, kami tawari. Saya tanya, Tommy mau ditemani tidak, dia jawab boleh. Kami tanya lagi inginnya (pelatih) siapa. Saya juga mesti tanya atlet, mana yang lebih nyaman. Bukan apa-apa, di lapangan komunikasi harus bagus. Jangan malah mengganggu konsentrasi," ucap Susy.
ADVERTISEMENT
Rujuknya Ahsan/Hendra sendiri bermula dari Kejuaraan Nasional PBSI di Bangka Belitung pada Desember 2017. Gelar juara Ahsan/Hendra di sana menjadi tiket mereka, khususnya Hendra, untuk kembali ke pelatnas.
Dengan gelar juara di All England 2019, Ahsan/Hendra semakin memperkuat sektor ganda putra Indonesia bersama andalan PBSI lainnya, yakni Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto.