Menjaga Kans Emas Olimpiade di Tangan Marcus/Kevin dan Fajar/Rian

4 Mei 2019 16:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Marcus/Kevin kalahkan Fajar/Rian di perempat final Singapura Terbuka 2019. Foto: Dok. PBSI
zoom-in-whitePerbesar
Marcus/Kevin kalahkan Fajar/Rian di perempat final Singapura Terbuka 2019. Foto: Dok. PBSI
ADVERTISEMENT
Pada 17 Agustus 2016, tepat ketika Republik Indonesia berulang tahun ke-71 , bendera Merah-Putih berkibar dan lagu Indonesia Raya berkumandang di Riocentro Pavilion, Rio de Janeiro, Brasil.
ADVERTISEMENT
Ada momen spesial, tentu saja. Di hadapan bendera itu, sepasang atlet Tanah Air, Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir, berdiri tegak. Di leher mereka, medali emas terkalung.
Itu bukan medali emas biasa. Owi dan Butet --demikian Tontowi dan Liliyana biasa disapa-- baru saja memenangi medali paling prestisius di Olimpiade. Mereka berjaya usai mengalahkan Chan Peng Soon/Goh Liu Ying (Malaysia), 21-14 dan 21-12.
Owi dan Butet pun mendapatkan pujian dari segala penjuru. Mereka sukses mengembalikan tradisi bulu tangkis Indonesia, yakni menyumbang medali di Olimpiade, yang sempat gagal dilakukan pada 2012.
Pasangan legendaris itu kini tinggal sejarah. Butet sudah gantung raket, sementara Owi masih lanjut bermain dengan pasangan berbeda. Tahun depan, pada Olimpiade 2020 di Tokyo, ada kewajiban untuk melanjutkan tradisi yang sudah dikembalikan oleh Owi dan Butet itu.
ADVERTISEMENT
Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo serta Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto kini memanggul asa tersebut. Khusus untuk Marcus/Kevin, ini juga sebuah ujian.
Meski belum berstatus juara dunia, Marcus/Kevin adalah duet sensasional. Mereka punya rekor 8 gelar terbanyak dari BWF World Tour pada 2018, plus satu emas Asian Games di tahun yang sama. Catatan itu sekaligus mengalahkan rekor 7 gelar dalam setahun yang mereka torehkan sendiri pada 2017.
Masalahnya, performa duet berujuluk 'The Minions' itu tengah menurun. Setelah tersingkir pada babak pertama All England, Maret lalu, Marcus/Kevin menelan tiga kekalahan beruntun.
Usai kandas di All England, Marcus/Kevin juga gagal di Malaysia Terbuka, Singapura Terbuka, dan kalah di final Badminton Asia Championships. Namun, selalu ada garis keperakan di tiap awan mendung. Menurut pelatih kepala ganda putra PBSI, Herry Iman Pierngadi (Herry IP), kekalahan-kekalahan itu justru membantu keduanya memetakan kekuatan lawan.
ADVERTISEMENT
Marcus/Kevin diberi arahan oleh sang pelatih, Herry IP. Foto: ANTARA FOTO/INASGOG/Hadi Abdullah
"Dari kekalahan, kita jadi bisa pelajari kelebihan musuh. Itu salah satu strategi perang," kata Herry IP saat ditemui di Pelatnas Cipayung, Jumat (3/5/2019).
Herry IP pun tidak khawatir. Supaya 'Minions' lolos ke Olimpiade, ia hanya meminta keduanya untuk fokus mendulang poin di turnamen-turnamen penting, khususnya Kejuaraan Dunia.
"Kalau menang terus, lengah. Pentingnya 'kan Kejuaraan Dunia dan Olimpiade. Dua-tiga kali kalah (di BWF World Tour, red) bagi saya tidak perlu panik, saya tahu kapasitas mereka," ujarnya.
"Artinya kalau kalah dari pemain-pemain di luar perhitungan, misal pemain baru, atau dari Prancis atau Belanda, saya kira wajar dapat tanda merah. Kalau ini (empat kali) kalahnya juga dari pemain level atas. (Rangking) 1-8 'kan perbedaan tipis, terutama Top 5, siapa yang lebih siap saja yang bisa menang," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Selain fokus di Kejuaraan Dunia dan turnamen bergengsi lain seperti All England, China Terbuka, dan Indonesia Open Super 1000, Marcus/Kevin juga bakal "dijaga" tim khusus dari PBSI yang mengawal strategi di atas kertas.
"Jadi secara khusus untuk perhitungan poin Olimpiade, setelah Piala Sudirman baru kami bicarakan detail seperti apa. Saat ini masih bikin tim, setelah New Zealand Open dan Piala Sudirman, saya dan pemain akan berbincang soal strategi," kata Herry IP.
Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto di babak kedua Singapura Terbuka 2019. Foto: Dok. PBSI
Fajar/Rian juga mendapatkan perlakuan yang sama. Per 30 April 2019, Fajar/Rian berada di peringkat lima dunia. Satu peringkat di atas keduanya, ada ganda putra profesional Indonesia, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan.
Bagi Herry IP, kualitas Fajar/Rian meningkat dan hampir menyamai penampilan Marcus/Kevin. Indikasinya jelas: Fajar/Rian sukses mengalahkan Marcus/Kevin di Malaysia Terbuka 2019. Padahal, pada tiga pertemuan sebelumnya, Fajar/Rian selalu kalah dari 'Minions'.
ADVERTISEMENT
"Menurut saya teknik permainan hampir sama, ya. Yang membedakan adalah 'Minions' sering juara. Tapi, saya lihat grafiknya Fajar/Rian bagus, terutama masalah eror. Sekarang (masalah eror saat pertandingan) masih ada, tapi turun lebih dari 50 persen. Dengan sisa waktu yang ada sampai Olimpiade, saya inginnya mereka bisa lebih save (bermain aman, red) dan matang," ucap Herry IP.
Periode kualifikasi untuk Olimpiade 2020 dimulai pada 29 April 2019 hingga 26 April 2020. Turnamen yang masuk perhitungan di antaranya adalah Piala Thomas dan Uber, Piala Sudirman, Kejuaraan Dunia, Grade 2 BWF Level 1-6, hingga Grade 3 BWF. Penentuan rangking dunia ke Olimpiade 2020 baru dirilis pada 30 April 2020.
Setelah Susy Susanti, Taufik Hidayat, serta Owi/Butet, bisakah Marcus/Kevin atau Fajar/Rian melanjutkan tradisi emas itu?
ADVERTISEMENT