Menjaga Prestasi Lalu Zohri, Bukan Sekadar Merenovasi Rumahnya

13 Juli 2018 21:14 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelari Indonesia, Lalu Muhammad Zohri.  (Foto: Lehtikuva/Kalle Parkkinen via REUTERS)
zoom-in-whitePerbesar
Pelari Indonesia, Lalu Muhammad Zohri. (Foto: Lehtikuva/Kalle Parkkinen via REUTERS)
ADVERTISEMENT
Lalu Muhammad Zohri melesat. Ia mengentak jagat atletik lewat gelar juara nomor 100 meter putra pada World U-20 Championships di Finlandia. Namanya melambung dan banyak yang berlomba-lomba tampil dengan menghujaninya hadiah dan ucapan selamat.
ADVERTISEMENT
Zohri, yang berasal dari Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), langsung mendapatkan berkah: Rumahnya direnovasi, beasiswa dan bonus diberikan, dan janji untuk memberangkatnya umrah diapungkan. Bukan hal yang buruk, memang. Sah-sah saja ada atlet berprestasi mendapatkan penghargaan dan perhatian sedemikian derasnya.
Namun, ada yang tidak boleh dilupakan: Bagaimana caranya menjaga karier dan prestasi Zohri agar tetap berada di trek yang tepat?
***
Berlomba di Ratina Stadium, Kota Tampere, Rabu (11/7/2018) pukul 20:02 setempat atau Kamis (12/7) dini hari WIB, Zohri dinobatkan sebagai juara dunia usai finis tercepat 10,18 detik sekaligus menorehkan sejarah bagi Tanah Air. Hasil terbaik Indonesia hanya posisi kedelapan di turnamen yang sama pada 1986.
Di Tampere, torehan emas didapatkan Zohri usai mengalahkan dua sprinter andalan Amerika Serikat, Anthony Schwartz yang finis 10,22 (.211) detik dan Eric Harrison dengan 10,22 (.220) detik. Di bawahnya lagi, ada pelari lain asal Afrika Selatan, Jamaika, Inggris, Swedia, hingga Jepang.
ADVERTISEMENT
Kini, optimisme dijunjung tinggi. Zohri, yang masih duduk di bangku kelas 3 SMA itu, sudah diadang tugas berat untuk terus mengibarkan Merah-Putih di kancah dunia. Lantas, bagaimana tanggung jawab pemerintah mengawal Zohri untuk terus berprestasi di level senior?
Jangan sampai perhatian kepada Zohri (maupun atlet lain) hanya diberikan ketika masa jayanya. Jangan sampai sang atlet sendiri terlena dan mengaburkan talenta emasnya. Jawaban pun coba diberikan oleh Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Imam Nahrawi.
"Saya setuju statement itu. Harus ada pelatih yang tepat, Zohri harus dijaga orang yang benar sehingga prestasi terjaga sampai senior. Saya akan minta PASI dan tentu dukungan kita semua untuk menyiapkan tempat latihan yang nyaman," kata Imam saat jumpa pers di Kantor Kemenpora, Jumat (13/7).
ADVERTISEMENT
"Saya juga berharap Stadion Madya tetap jadi pelatnas jangka panjang untuk cabang olahraga atletik. Di sana nyaman sesuai standar. Selain itu, sport science juga fundamental dan harus diterapkan. Saya harap Zohri tidak berubah dan termotivasi menjadi pelari senior tercepat dunia di masa yang akan datang," katanya mengimbuhkan.
Lalu M Zohri, pemuda Indonesia menjadi juara dunia lari 100 M untuk U-20. (Foto: Dok. Kemenpora)
zoom-in-whitePerbesar
Lalu M Zohri, pemuda Indonesia menjadi juara dunia lari 100 M untuk U-20. (Foto: Dok. Kemenpora)
Selain itu, untuk terus menajamkan teknik serta kemampuan berlari Zohri, Imam menyoroti pentingnya kompetisi berkesinambungan. Bersama tim yang sudah ada, Zohri pun harus rutin berlatih.
"Tentu dengan pelatih yang sudah mengetahui watak dan psikologi para atlet. Harus ada pembinaan berkelanjutan dan kompetisi berjenjang serta pelatnas yang baik juga," ucapnya.
"Apresiasi ini sudah bagus. Terus terang kita harus menjaga ekspektasi, tetapi di Asian Games yang akan dihadapi adalah pelari senior. Mereka sudah punya jam terbang dan waktu yang lebih cepat dari Zohri," kata Menpora.
ADVERTISEMENT
"Jangan kemudian membuat Zohri kehilangan arah, kehilangan semangat karena penghargaan yang berlebihan. Tapi sebaliknya, ayo kita support Zohri jadi yang tercepat di Asian Games," pungkas Imam.
Jelang Asian Games 2018 yang akan berlangsung di Jakarta dan Palembang, Zohri didaftarkan di nomor 100 meter dan estafet 4x100 meter. Namun, 100 meter yang membuatnya menjadi juara dunia tak bakal menjadi nomor andalannya.
"Di Asian Games fokus estafet. Di nomor perorangan 100 meter, atlet dari Qatar dan China itu larinya sudah dibawah 10 detik. Jangan sampai dipaksakan lawan pelari senior, Zohri 'kan junior. Persaingan tidak main-main di Asian Games," ucap Sekretaris Jenderal Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) Tigor Tanjung beberapa waktu lalu saat ditelepon kumparanSPORT.
ADVERTISEMENT
Pelari Indonesia, Lalu Muhammad Zohri (tengah) menjadi juara dunia lari 100 M untuk U-20. (Foto: Charlie Crowhurst/Getty Images for IAAF)
zoom-in-whitePerbesar
Pelari Indonesia, Lalu Muhammad Zohri (tengah) menjadi juara dunia lari 100 M untuk U-20. (Foto: Charlie Crowhurst/Getty Images for IAAF)
Di multievent terbesar se-Asia itu, juara 100 meter putra di edisi 2014 adalah Femi Ogunade (Qatar) dengan waktu 9,93 detik. Pada test event Asian Games Februari lalu, Zohri sendiri menorehkan emas di nomor estafet 4x100 meter dan perak di nomor 100 meter.
Adapun, Zohri yang disebut Tigor sebagai atlet berbakat, berani, dan tekun berlatih teknik itu sebelumnya diam-diam menyabet gelar di Kejuaraan Atletik Asia Junior di Gifu, Jepang, 8 Juni lalu. Kala itu, dia menorehkan waktu 10,27 detik.
Nah, catatan waktu 10,18 detik sebagai juara dunia U-20 sekaligus mengubah rekor nasional (rekornas) junior pribadinya dari 10,25 detik saat test event Asian Games Februari 2018.
Di usia mudanya, rekornas Zohri itu hanya selisih 0,01 detik dari rekornas senior 10,17 detik milik Suryo Agung Wibowo. Jadi, siapkah kita mengawal metamorfosis Zohri menjadi atlet senior tercepat dunia?
ADVERTISEMENT