Menunggu Dongeng Tercipta di Melbourne Park

23 Januari 2018 18:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petenis Korea Selatan, Chung Hyeon. (Foto: REUTERS/Toru Hanai)
zoom-in-whitePerbesar
Petenis Korea Selatan, Chung Hyeon. (Foto: REUTERS/Toru Hanai)
ADVERTISEMENT
Sudah 40 tahun berlalu sejak Chris O'Neil menjadi kampiun nomor tunggal putri Australia Terbuka. Artinya, sudah empat dekade berlalu sejak terakhir kali ada petenis non-unggulan yang berhasil menjadi kampiun Australia Terbuka.
ADVERTISEMENT
Well, Serena Williams memang berhasil melakukannya kembali pada tahun 2007. Namun kita tentu tahu sebesar apa reputasi Serena sebelum menderita cedera, absen cukup panjang, dan kemudian kembali bertanding di Australia Terbuka 2007 sebagai petenis non-unggulan.
Bagi para petenis yang benar-benar berstatus non-unggulan, Australia Terbuka bukanlah ajang yang ramah. Melbourne Park bukanlah panggung megah bagi mereka. Dalam beberapa tahun terakhir, Melbourne Park memang berhasil memunculkan juara-juara baru, tapi mereka sebelumnya sudah 'punya nama' di kancah olahraga tenis.
Para petenis non-unggulan memang beberapa kali datang sampai babak semifinal, tapi kemudian sampai di situ saja. Mereka tak pernah melangkah lebih jauh, menahbiskan diri menjadi kampiun di Rod Laver Arena. Kejutan yang mereka ciptakan, kerap terhenti di tangan para petenis-petenis jagoan.
ADVERTISEMENT
Namun, asa untuk melihat momen seperti yang dilakukan Chris O'Neil kala menumbangkan Betsy Nagelsen dan menjadi kampiun di 1978 lalu bisa kita harapkan kembali terulang di tahun ini. Sebab, sampai babak perempat final ini, kejutan-kejutan begitu marak terjadi.
Di dunia tenis sendiri, dongeng di mana petenis non-unggulan keluar sebagai juara Grand Slam terakhir kali terjadi di tahun 2017. Kala itu Jelena Ostapenko, petenis muda asal Latvia, keluar sebagai kampiun nomor tunggal putri pada ajang Prancis Terbuka.
Kini, di Australia Terbuka 2018, hingga babak perempat final, ada lima petenis non-unggulan yang bertarung dan bahkan satu di antaranya bahkan sudah berhasil memastikan tiket ke semifinal. Dia yang memastikan tiket ke semifinal itu adalah Kyle Edmund, petenis putra non-unggulan asal Inggris.
ADVERTISEMENT
Petenis Inggris, Kyle Edmund. (Foto: REUTERS/Issei Kato)
zoom-in-whitePerbesar
Petenis Inggris, Kyle Edmund. (Foto: REUTERS/Issei Kato)
Di sektor tunggal putra, dua petenis non-unggulan lainnya, Tennys Sandgren dan Chung Hyeon, bakal bertarung, sehingga satu tiket semifinal lain dipastikan bakal menjai milik mereka. Itu artinya, di nomor tunggal putra dua tempat di semifinal sudah pasti jadi milik petenis non-unggulan.
Pada sektor tunggal putri, Elise Mertens jadi petenis non-unggulan pertama yang berhasil mendapat tempat di semifinal, sedangkan satu petenis non-unggulan lain, Carla Suarez Navarro, akan berjuang terlebih dahulu melawan petenis unggulan dua turnamen, Caroline Wozniacki.
Menariknya, apa yang dilakukan lima petenis di atas sejauh ini begitu memukau dan potensi mereka begitu besar. Edmund misalnya, baru saja menyingkirkan petenis unggulan ketiga turnamen, Grigor Dimitrov, untuk menyegel tiket semifinal. Pada laga itu, Edmund bermain tenang, tak gugup, dan di usianya baru 23 tahun, dia sudah menunjukkan kedewasaan.
ADVERTISEMENT
Kemarin (22/1) Chung Hyeon baru saja membuat mata penonton Melbourne Park terbelalak setelah pada partai 16 besar berhasil menyingkirkan juara Australia Terbuka enam kali, Novak Djokovic. Hyeon yang cuma duduk di peringkat 58 dunia itu, menunjukkan bila dongeng-dongeng di dunia olahraga itu memang nyata.
Lawannya, Tennys Sandgren, juga tak kalah heroik. Dia berhasil membuat Dominic Thiem, petenis unggulan kelima turnamen, kelabakan sepanjang pertandingan sampai akhirnya takluk dalam pertarungan sengit lima set. Mereka tak hanya punya harapan, tapi juga punya keberanian untuk menang.
Kejutan Tennys Sandgren terus berlanjut. (Foto: Reuters/Edgar Su)
zoom-in-whitePerbesar
Kejutan Tennys Sandgren terus berlanjut. (Foto: Reuters/Edgar Su)
Lalu, ada Elise Mertens, petenis putri Bulgaria yang kariernya di level teratas baru seumur jagung, yang berhasil mengenggam tiket semifinal usai menaklukkan Elina Svitolina, unggulan keempat turnamen, hanya dalam pertarungan dua set saja. Mertens menunjukkan bakatnya benar-benar besar.
ADVERTISEMENT
Mereka semua memang harus melalui perjalanan yang lebih berat lagi untuk bisa menuliskan dongeng masyhur, terlebih di sektor tunggal putra, para petenis non-unggulan itu masih harus bersaing dengan nama-nama seperti Rafael Nadal dan Roger Federer --yang pada saat artikel ini selesai ditulis belum menyelesaikan laga semifinalnya.
Sementara pada sektor tunggal putri, nama-nama jagoan seperti Simona Halep, Karolina Pliskova, Angelique Kerber, sampai Madison Keys masih ada di babak perempat final dan siap menjadi lawan berat bagi para petenis non-unggulan di babak semifinal nanti.
Namun, kita tentu ingat, dongeng David versus Goliath atau cerita tentang 'keroco' yang bisa menumbangkan 'raksasa' sudah benar-benar terjadi, dan itu sering di dunia olahraga. Karena itu, tak ada salahnya bila turut berharap bila ada asa untuk melihat hal itu tercipta di Melbourne Park pada pengujung pekan nanti.
ADVERTISEMENT