news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Menunggu Matangnya Sektor Tunggal Indonesia

26 Mei 2018 17:52 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jonatan Christie di Piala Thomas. (Foto: Antara/Puspa Perwitasari)
zoom-in-whitePerbesar
Jonatan Christie di Piala Thomas. (Foto: Antara/Puspa Perwitasari)
ADVERTISEMENT
Hilangnya generasi di sektor tunggal putra maupun putri bulu tangkis Tanah Air terlihat jelas dari lesunya prestasi beberapa tahun terakhir. Di sektor tunggal putra, belum ada suksesor yang pantas untuk Taufik Hidayat, Sony Dwi Kuncoro, bahkan Hendrawan.
ADVERTISEMENT
Nama yang saat ini menjadi andalan Indonesia adalah Anthony Sinisuka Ginting, Jonatan Christie, dan Ihsan Maulana Mustofa. Ketiganya punya dua kesamaan: berusia di bawah 23 tahun dan masih perlu dimatangkan untuk menjadi ujung tombak skuat putra.
Nah, teranyar, kekalahan pahit baru ditelan Indonesia dari China di semifinal Piala Thomas pada Jumat (25/5/2018) di Impact Arena, Bangkok, Thailand. Kemenangan hanya direngkuh ganda terbaik Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo dan Indonesia harus menyerah 1-3.
Di laga lain, Anthony kalah dari Chen Long, sementara Jonatan yang berjuang tiga gim pun tetap dibungkam oleh Shi Yuqi. Di pertandingan keempat, ganda kawakan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan gagal menyamakan skor. Melihat hasil Tim Thomas, komentar pun keluar dari bibir Broto 'Happy' Wondomisnowo.
ADVERTISEMENT
Komentator gaek yang akrab disapa Bung Broto itu lebih menyoroti sektor tunggal Indonesia. Kelas Anthony, kata Bung Broto, memang masih jauh ketimbang tunggal terbaik negara lain. Di semifinal, Anthony sejatinya sempat membuat kedudukan 20-20 di gim pertama lawan Chen Long. Sayangnya, ia tidak bisa menjaga momentum dan terus tertinggal.
"Anthony pemain muda, jadi nomor satu Indonesia, dan harus bertemu pemain top dunia. Ada Chen Long dan Lee Chong Wei. Lawan kualitasnya jauh, tapi yang bisa dievaluasi dari Anthony adalah kematangan. Anthony masih belum bisa seperti yang diharapkan, mungkin 1-2 tahun lagi," ungkap Bung Broto ketika dihubungi kumparanSPORT, Sabtu (26/5).
"Kurangnya adalah dia selalu kehilangan angka di poin kritis. Nah, itulah. Pemain muda kadang pengalamannya kurang, jadi belum tahu caranya di saat posisi genting. Sementara, Jonatan juga kadang tidak konsisten. Bisa jadi dipengaruhi kondisi fisik yang tidak bugar ketika pertama tiba di Bangkok," imbunya.
ADVERTISEMENT
Bagaimana dengan Ihsan dan Firman Abdul Kholik? Bung Broto menilai bahwa dari segi mental, Ihsan sudah kuat dan siap menjalani tanggung jawab besar di berbagai turnamen. Sedangkan, Firman masih terbilang muda dan punya banyak waktu untuk terus berlatih.
Ihsan Maulana Mustofa (Foto: Humas PBSI)
zoom-in-whitePerbesar
Ihsan Maulana Mustofa (Foto: Humas PBSI)
Ucapan terima kasih sendiri diberikan kepada Marcus/Kevin dan Ahsan/Hendra. 'Minions' -- sebutan Marcus/Kevin -- yang kembali membuktikan taringnya sebagai ganda terbaik dunia. Untuk Ahsan/Hendra, Bung Broto memuji dedikasi kedua pemain senior itu untuk bulu tangkis Indonesia dan diharapkan pengalamannya menjadi contoh bagi pemain muda lain.
"Intinya di semifinal ini amunisi kita tidak kuat banget. China memang harus diakui lebih baik dan lebih rapat. Saya malah berpikir kalau pertandingan kelima dimainkan, horor sekali untuk Ihsan, apalagi lawannya Lin Dan," kata Bung Broto.
ADVERTISEMENT
Lantas, apa kabar Tim Uber Indonesia yang lebih dulu terhenti di perempat final? Sama seperti skuat putra, Bung Broto menilai kekutaan sektor tunggal belum mampu menopang penampilan tim.
"Fitriani kalah karena memang kualitasnya sebagai tunggal pertama jauh dengan pemain nomor satu negara lawan. Waktu lawan Ratchanok Intanon, kalah pun tanpa perlawanan berarti. Kalah semua faktor memang. Jam terbang Fitriani sudah lumayan, tapi memang kemampuannya sulit digeber," kata Bung Broto.
Ekspresi kekecewaan Fitriani. (Foto: Antara/ Puspa Perwitasari)
zoom-in-whitePerbesar
Ekspresi kekecewaan Fitriani. (Foto: Antara/ Puspa Perwitasari)
"Senjata kita memang Gregoria Mariska Tunjung. Menang terus dan penampilannya ngotot, cerdas, pantang menyerah, ulet, dan kemarin ada teknik-teknik pukulan aneh yang keluar. Tapi, dia masih butuh jam terbang. Pintar-pintarnya PBSI mengatur turnamen apa yang diikuti," imbuhnya.
"Kalau Ruselli Hartawan kemarin gagal sebagai penentu karena tekanan. Memasuki lapangan saja sudah dibuat gemetar untuk lawan tuan rumah. Piala Uber 2018 pun baru debutnya dia," pungkas Bung Broto.
ADVERTISEMENT
Di perempat final, Fitriani dan Ruselli kalah dua gim. Sementara, dua poin disumbang oleh Gregoria dan Greysia Polii/Apriyani Rahayu. Kekalahan Tim Uber Indonesia 2-3 dari Thailand pun menjadi salah satu pintu bagi skuat Negeri Gajah Putih itu untuk merebut tiket ke final pertama kalinya.
Publik pun hanya bisa menunggu waktu merekahnya kematangan tunggal putra dan putri, sehingga sektor paling kaya prestise itu bisa kembali menjadi kebanggaan Indonesia.