Merekrut Hafizh Syahrin adalah Pertaruhan Besar untuk Tech3

27 Maret 2018 15:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hafizh Syahrin di paddock Tech3. (Foto: Yamaha Tech3 Official Website)
zoom-in-whitePerbesar
Hafizh Syahrin di paddock Tech3. (Foto: Yamaha Tech3 Official Website)
ADVERTISEMENT
Siapa yang menyangka, jika pebalap yang tak punya prestasi moncer di ajang Moto2 dan berasal dari negara di belahan benua yang sangat jarang mengeluarkan pebalap top di ajang MotoGP, bakal dipilih oleh salah satu tim MotoGP sebagai pebalap andalannya.
ADVERTISEMENT
Sosok itu ada pada Hafizh Syahrin, pebalap asal Malaysia dari Asia Tenggara. Memang, sih, Malaysia sudah sejak tahun 1991 menjadi tempat diselenggarakannya balapan kelas motor premier ini, mulai dari Sirkuit Shah Alam, Johor, hingga saat ini di Sepang. Tetapi, baru 27 tahun kemudian pebalap asal Negeri Jiran itu muncul dan mentas di ajang MotoGP.
Hal ini terwujud saat Hafizh digaet oleh Tim Yamaha Tech3 untuk mengarungi musim balap 2018 sebagai pengganti Jonas Folger yang mengundurkan diri karena alasan kesehatan. Tak salah memang sebuah tim MotoGP merekrut pebalap muda, tapi pemilihan Hafizh menimbulkan pertanyaan. Memang tak ada pebalap lain?
Jika menilik sepak terjang Hafizh di kelas Moto2 (sebagai satu-satunya ajang balap kelas dunia yang ia ikuti sebelum MotoGP), raihannya tidaklah terlalu fantastis. Enam musim mengaspal di Moto2 atau sejak 2012, pebalap kelahiran Selangor itu tak pernah finis di posisi lima besar klasemen akhir. Raihan terbaiknya finis di posisi sembilan pada 2016.
ADVERTISEMENT
Lalu mengapa Tech3 tetap kukuh memilih Hafizh? Soal ini, manajer tim, Herve Poncharal, menjelaskan alasan-alasan yang jadi pertimbangannya memilih Hafizh sebagai pebalap di tim satelit Yamaha itu. Pertama ia menjelaskan awal mula melontarkan niatnya yang dibarengi dengan keraguan dari pelbagai pihak.
"Saya bertemu CEO Sirkuit Sepang, Ahmad Razali dan bilang kepadanya saya punya ide gila. Saya tanya padanya, 'Bagaimana jika Hafizh di MotoGP?' dan ia mengira saya sedang bercanda," kata Poncharal seperti dilansir situs resmi MotoGP.
"Para sponsor dan penyuplai bertanya juga, siapa yang sedang saya bicarakan itu, mereka tidak pernah mendengar Hafizh. Sejak saat itu saya harus meyakinkan semua orang bahwa ia adalah pebalap yang hebat dan saya akan terus melanjutkannya meski pun akan lebih banyak pertentangan. Kami ingin menikmati keputusan yang kami buat."
ADVERTISEMENT
Hafizh Syahrin di tes MotoGP. (Foto: Twitter: Yamaha Tech3)
zoom-in-whitePerbesar
Hafizh Syahrin di tes MotoGP. (Foto: Twitter: Yamaha Tech3)
Well, Poncharal memang kukuh dengan pendiriannya. Tapi, laiknya olahraga lain--misalnya sepak bola-- merekrut pemain dengan trek rekor yang tidak terlalu mumpuni pastilah memunculkan risiko tinggi. Soal ini, Poncharal sadar betul, tetapi risiko itu adalah tantangan dan ia menyukainya.
"Seperti yang pernah dikatakan oleh mendiang Ralf Waldmann (mantan pebalap MotoGP), selalu ada garis tipis antara tidak menjadi apa-apa dan menjadi pahlawan (zero and hero)."
"Ketika Anda memilih pebalap, selalu ada risiko di dalamnya. Saya suka orang yang mengambil risiko dan itu juga yang saya lakukan. Di sebuah kompetisi Anda harus menghadapi tantangan, jika tidak Anda berada di tempat yang salah," kata Poncharal
Sebagai tim satelit, Tech3 juga memiliki masalah soal merekrut pebalap karena mempunyai dana terbatas. Poncharal juga sadar hal ini tak bisa disangkalkan. Maka, jika Hafizh yang tersedia dengan duit yang ada dan segala potensi yang dirasa cukup, ia akan mengambilnya beserta risiko di dalamnya.
ADVERTISEMENT
"Manajer di tim pabrikan bisa memilih pebalap terbaik karena mereka punya uang untuk membayar mereka. Tentu saja mereka juga punya motor yang secara konstan berkembang, tapi itu bukan masalah buat kami."
"Alih-alih mendatangkan pebalap top karena memang tidak bisa, saya lebih suka mengambil risiko pada sesuatu yang bisa jadi menggairahkan. Semua pebalap top dengan usia rata-rata 30 tahun yang punya banyak pengalaman serta bisa kompetitif sudah dikontrak dan saya menghormati itu. Target kami tiap musimnya sederhana tanpa perlu ada banyak kegembiraan."
Kini, keputusan Poncharal sudah jadi kenyataan. Berkatnya, Hafizh menjadi pebalap Malaysia pertama di MotoGP dan usai Grand Prix (GP) Qatar pekan lalu, pebalap berusia 23 tahun itu menjadi pebalap asal Asia Tenggara pertama yang bisa meraih poin di kelas premier usai finis di posisi ke-14.
ADVERTISEMENT
***
Penampilan menjanjikan sudah Hafizh tunjukkan sejak pertama kali menjajal MotoGP pada tes pramusim di Thailand. Sejak saat itu, namanya kerap disandingkan dengan rookie yang dianggap paling moncer musim ini, Franco Morbidelli. Lalu, puaskah Poncharal sejauh ini? Ya, tentu saja.
"Sekarang saya sangat senang. Saya tidak bilang ia bakal jadi yang tercepat, tapi ia melakukannya dengan baik. Saya suka memilih pebalap yang tidak terlalu dikenal, tapi kami melihatnya musim lalu dan ia seperti memancarkan sesuatu. Saya melihat Hafizh bertarung dengan Xavi Vierge dan di sana saya melihat potensinya."
Perjalanan Hafizh di Tech3 masih panjang, ada 18 seri tersisa yang bakal mereka lakoni. Paling dekat ada GP Argentina, di mana Hafizh pernah mencatatkan finis di posisi enam pada kelas Moto2. Akankah memori manis itu meneruskan perjalanan manis Hafizh dan Tech3? Mari kita nantikan.
ADVERTISEMENT