Meski Tak Secepat Marquez, Dovi Punya Strategi Menangi GP Austria

12 Agustus 2019 10:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Andrea Dovizioso menangi GP Austria 2019. Foto: REUTERS/Lisi Niesner
zoom-in-whitePerbesar
Andrea Dovizioso menangi GP Austria 2019. Foto: REUTERS/Lisi Niesner
ADVERTISEMENT
Barangkali hampir di setiap balapan MotoGP kita mengira Marc Marquez yang berdiri di podium puncak. Apa boleh buat, Marquez memang pebalap ulung.
ADVERTISEMENT
Enam dari 10 seri sebelumnya ditutup dengan kemenangan Marquez. Catatan retired cuma sekali, sementara sisanya berakhir di podium kedua. Tapi jika segalanya sudah menjadi suratan seperti itu, apakah yang menarik dari balapan berkepanjangan?
Andrea Dovizioso tahu itu. Ia membatalkan 'suratan' di GP Austria 2019.
Pebalap Ducati Corse, Andrea Dovizioso, Foto: twitter/ducatimotor
Marquez memulai balapan yang digelar pada Minggu (11/8/2019) sebagai Marquez. Tancap gas, menggeber motornya segila mungkin, mengamankan posisi terdepan sesegera mungkin.
Balapan thriller sudah muncul dalam lima putaran pertama. Dalam kurun ini ada tiga pebalap yang terlibat: Marquez, Fabio Quartararo, dan Dovizioso.
Lama kelamaan balapan Quartararo tersingkir dari perburuan podium puncak. Dovizioso menjadi satu-satunya pebalap yang secara konsisten bersaing ketat dengan Marquez. Selisih waktu mereka bahkan tak pernah lebih dari 0,3 detik.
ADVERTISEMENT
Marquez dan Dovizioso bersaing habis-habisan, terlebih ketika balapan menyisakan dua putaran. Dalam momen ini Marquez masih memimpin. Namun Dovizioso belum habis. Ia berhasil menyalip di tikungan terakhir putaran terakhir.
Pada akhirnya Dovizioso naik ke podium puncak. Ini pencapaian pertama setelah terakhir kali digapai di GP Qatar 2019 alias seri pembuka.
Meski menang, Dovizioso menyebut bahwa kecepatannya saat itu tak sehebat Marquez. Namun, kemenangan membutuhkan strategi. Dan strategi merupakan hasil kawin silang antara keunggulan dan kelemahan.
Selebrasi Marc Marquez usai memenangi balapan. Foto: REUTERS/David W Cerny
"Sebenarnya saya tidak secepat Marc. Tapi, saya memiliki grip yang lebih kuat untuk terus mempertahankan posisi depan. Pengereman Marc memang lebih baik. Namun dengan daya cengkeram itu saya tetap bisa menempelnya dan menciptakan kegilaan di tikungan terakhir," jelas Dovizioso, dilansir Crash.
ADVERTISEMENT
Meski berhasil menciptakan hal paling gila yang terjadi di sepanjang GP 2019, bukan berarti Dovizioso kalis dari ketakutan. Yang perlu digarisbawahi, setiap pebalap memiliki prinsip yang sama: Mengalahkan diri sendiri, baru mengalahkan lawan.
"Sepanjang balapan sebenarnya saya merasa tidak baik. Setiap mengerem kami berusaha untuk menjaga ban supaya tidak cepat tergerus. Tapi, kami juga sudah ada di limit. Segala sesuatunya bakal lebih sulit jika posisimu di belakang pebalap lainnya," jelas Dovizioso.
"Pada akhirnya saya sangat bahagia untuk Ducati karena kami butuh merebut kemenangan dengan cara seperti ini. Pencapaian ini akan memberi kami energi untuk menatap rangkaian seri selanjutnya," ujar Dovizioso.