Minus Gregoria di Mata Pelatih Usai Tersingkir dari Indonesia Open

18 Juli 2019 15:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gregoria Mariska saat bertanding pada babak kedua Indonesia Open 2019 di Istora Senayan, Jakarta, Kamis (18/7). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Gregoria Mariska saat bertanding pada babak kedua Indonesia Open 2019 di Istora Senayan, Jakarta, Kamis (18/7). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Di mata pelatih tunggal putri PBSI, Rionny Mainaky, penampilan Gregoria Mariska Tunjung masih jauh dari kata paripurna. Begitulah pandangan Rionny setelah anak asuhnya tersebut tersingkir di babak kedua Indonesia Open 2019.
ADVERTISEMENT
Adalah Ratchanok Intanon, si pebulu tangkis tunggal putri terbaik Thailand, yang menghentikan kiprah Gregoria di Istora Gelora Bung Karno (GBK). Kamis (18/7), Gregoria menelan kekalahan via rubber game.
Mulanya Gregoria terlihat sangat percaya diri. Serangan bola jauh khas Intanon dapat diantisipasi dengan baik oleh pebulu tangkis kelahiran 1996 itu pada gim pertama. Bahkan, Gregoria berhasil mendikte pebulu tangkis nomor tujuh dunia itu untuk mengikuti gayanya. Gim pertama pun berakhir dengan skor telak 21-13.
Namun, di gim kedua, Intanon menambah variasi serangan dengan mulai lebih sering bermain di dekat net. Strategi itulah yang membuat Gregoria kehilangan gim kedua dengan skor 19-21. Lalu, gim pemungkas yang diwarnai momen Gregoria mati langkah, berakhir dengan kedudukan 21-15 buat Intanon.
ADVERTISEMENT
Rionnny Mainaky (kanan) menemani Gregoria Mariska Tunjung (kiri). Foto: Arif Utama/kumparan
Dari situ, Rionny melihat bahwa determinasi Gregoria masih kurang. Pun demikian menyoal mentalitas bertanding, sosok kelahiran Wonogiri itu dianggap tak lebih baik dari sang lawan.
"Di awal sudah berjuang mati-matian, tetapi pada akhirnya usaha dia (Gregoria) masih kurang. Bisa jadi karena lapangan atau memang pengalaman. Saya melihat lawannya (Intanon) masih bisa mengontrol diri di situasi kritis. Dari gesture tubuhnya saja sudah terlihat lawannya lebih siap," ucap Rionny.
"Tadi juga harusnya dia bisa menunjukkan lebih banyak variasi serangan. Tapi itu tidak muncul. Padahal, saya sudah berharap dia menang," lanjutnya.
Inferioritas Gregoria dalam hal determinasi dan mentalitas, menurut Rionny, juga dilatarbelakangi stamina yang kurang. Untuk laga ini, energi Gregoria memang cukup terkuras lewat pertandingan berdurasi 65 menit. Bandingkan dengan duel babak pertama yang dituntaskannya hanya dalam 26 menit.
ADVERTISEMENT
Gregoria Mariska saat bertanding pada babak kedua Indonesia Open 2019 di Istora Senayan, Jakarta, Kamis (18/7). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Nah, berbagai evaluasi terkait performa melempem Gregoria tentu menjadi pekerjaan rumah Rionny untuk pemusatan latihan di Cipayung. Terlebih lagi, para pemain Indonesia memiliki agenda berat berikutnya, yakni Jepang Terbuka pada 23-28 Juli. Cukup bergengsi turnamen ini karena berkategori BWF World Tour Super 750 atau hanya satu tingkat di bawah Indonesia Open.
"Kalau fisik kuat, otomatis dia lebih percaya diri. Selain fisik, teknik juga harusnya diperbaiki. Saya berharap di Jepang daya juangnya dapat meningkat dengan perbaikan di dua titik itu," pungkasnya.