Mohammad Ahsan: Panutan Tidak Harus Saya dan Hendra

10 Mei 2019 12:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan menjuarai All England 2019. Foto: Dok. PBSI
zoom-in-whitePerbesar
Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan menjuarai All England 2019. Foto: Dok. PBSI
ADVERTISEMENT
Jauh sebelum era Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, Indonesia punya idolanya sendiri di sektor ganda putra: Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan.
ADVERTISEMENT
Sebelum kata 'tua' melekat kepada Ahsan/Hendra, mereka adalah pasangan ganda putra terbaik yang dimiliki PBSI.
Selama berduet, 'The Daddies' --sebutan Ahsan/Hendra setelah keduanya tak lagi bujangan-- berhasil meraih gelar juara dunia 2013 dan 2015. Pada 2014, emas multiajang terbesar se-Asia, Asian Games, turut dipersembahkan.
Sebelumnya, di level Asia Tenggara, Ahsan/Hendra langganan menjadi ujung tombak Tim Indonesia dan sukses merengkuh emas SEA Games beregu pada 2009 dan 2011, serta perorangan pada 2011.
Di turnamen BWF, Ahsan/Hendra 12 kali menjadi juara, di antaranya Jepang Terbuka 2013, BWF Super Series Finals 2013 dan 2015, Hong Kong Terbuka 2014, Singapura Terbuka 2018, dan teranyar kemenangan yang menyelamatkan nama Indonesia di All England 2019.
ADVERTISEMENT
Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan berfoto dengan pelatih Herry IP menjuarai All England 2019. Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan
Kendati sudah menghaturkan sederet prestasi, Ahsan tak menganggap dirinya dan Hendra sebagai satu-satunya panutan bagi sektor ganda putra Tanah Air. Dia berharap junior-juniornya di Cipayung bisa mengambil berbagai hal positif dari banyak ganda putra andal dunia lainnya.
"Untuk junior-junior, (panutan) tidak harus ke saya dan Hendra. Ke siapa saja harus punya idola. Setiap juara itu pasti punya nilai positif, jadi tidak mesti mencontoh hanya kami. Bisa dari atlet luar juga, untuk ambil ilmu itu tidak ada yang salah," ujar Ahsan kepada kumparanSPORT.
Lantas, saat ditanya suksesornya yakni Marcus/Kevin yang belum pernah menjadi juara dunia meski berstatus pemegang rekor delapan gelar terbanyak di turnamen BWF, Ahsan tak ambil pusing. Baginya, selama Marcus/Kevin masih membuktikan diri sebagai yang terbaik di Indonesia bahkan dunia, gelar juara dunia hanyalah masalah takdir yang belum terjadi.
ADVERTISEMENT
"Dari segi permainan mereka (Marcus/Kevin) masih yang terbaik saat ini. Tapi namanya di lapangan tidak ada yang bisa memastikan siapa yang juara. Semua orang berusaha, latihan sama. Balik lagi ke takdir. Berdoa juga sama-sama berdoa, latihan juga sama-sama keras," komentar Ahsan.
"Pemain naik-turun itu wajar. Kadang orang saja yang terlalu berlebihan kalau kalah sekali. Namanya permainan, wajarlah begini-begini (kalah-menang, red). Pertandingan 'kan setiap minggu, bukan hanya satu tahun sekali. Jadi tidak mungkin setiap minggu tidak ada kalahnya."
Marcus dan Kevin di Indonesia Open 2018. Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA
"Tapi ekspektasi orang seperti apa tidak tahu. Berkaca dari diri saya sendiri pun, juara satu tahun hanya bisa berapa kali, sih? Artinya kalahnya lebih banyak. Semua atlet di sini 'kan berjuang, kalau kalah, siapa yang mau?" ujar Ahsan.
ADVERTISEMENT
Selain Minions --julukan Marcus/Kevin, ada pula Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto yang kini tengah membuktikan kapasitasnya untuk ikut membawa tongkat estafet ganda putra 'Merah-Putih'.
Musim lalu, Fajar/Rian menjuarai Malaysia Masters, mendapat perak Asian Games 2018 usai dikalahkan Marcus/Kevin, serta juara di Syed Modi International Badminton Championships. Tahun ini, mereka juara di Swiss Terbuka setelah menjejak semifinal All England.
Kini, Fajar/Rian merupakan ganda peringkat lima dunia, mengekor Ahsan/Hendra di nomor empat serta Marcus/Kevin yang masih kukuh sebagai nomor satu dunia.
Fajar/Rian kalahkan Marcus/Kevin di perempat final Malaysia Terbuka 2019. Foto: Dok. PBSI
Soal Fajar/Rian yang masih tergolong muda (Fajar kelahiran 1995 dan Rian kelahiran 1996) dan kerap kesulitan menghadapi poin-poin kritis turnamen, Ahsan mengatakan percaya ganda andalan ketiga Indonesia itu bisa semakin dewasa seiring semakin seringnya mereka bertanding.
ADVERTISEMENT
"Saat tertekan 'kan kadang dua-duanya (Fajar dan Rian) lupa bagaimana caranya (menyerang), terutama poin kritis. Berjalannya waktu mereka akan matang secara alami," tutur Ahsan.
"Komunikasi di lapangan dengan pasangan sangat penting. Kalau lagi juara komunikasi itu mudah, justru sulitnya dalam kondisi down. Bagaimana cara membangkitkannya," ujar Ahsan mengakhiri.
Saat ini, Ahsan/Hendra sendiri adalah pebulu tangkis profesional di luar skuat resmi PBSI. Meski begitu, ganda kawakan ini masih mengikuti program latihan sektor ganda putra PBSI di Pelatnas Cipayung.