KONTEN SPESIAL SPORT MANDALIKA, Pembalap MotoGP saat melakukan start

MotoGP: Tiga Kepentingan Bertemu di Mandalika

23 Maret 2019 11:22 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pembalap MotoGP saat melakukan start. Foto: AFP/VINCENZO PINTO
zoom-in-whitePerbesar
Pembalap MotoGP saat melakukan start. Foto: AFP/VINCENZO PINTO
ADVERTISEMENT
Operasi berlangsung senyap dalam dua tahun terakhir. Sekalinya bersuara ke media, Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) atau PT. Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) membawa kabar bahagia: MotoGP 2021 resmi digelar di Mandalika, Lombok.
ADVERTISEMENT
ITDC--BUMN yang mengelola Mandalika--tak mau gembar-gembor. Mereka bukan 'pemain' di dunia balap, melainkan pengembang kawasan, yang mana rapor kesuksesannya terpapar lewat Nusa Dua yang kini memiliki 19 hotel dengan 5.400 kamar.
Dalam pembangunan Mandalika, ITDC menyewakan lahan-lahan yang nantinya dibangun oleh investor. Dari situlah, BUMN yang berada di bawah Kementerian BUMN ini mendapatkan revenue share.
Yang menjadi persoalan dalam mengembangkan Mandalika adalah bagaimana membuat investor yakin untuk melakukan pembangunan di daerah seluas 1.175 hektare tersebut. Pertanyaan itulah yang mengemuka ketika Vinci--perusahaan konstruksi asal Prancis--merapat pada 2017.
Foto area Kuta Beach Park the Mandalika di kawasan KEK Mandalika di Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Praya, Lombok Tengah,NTB. Foto: ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi
"Jadi bukan mengejar sirkuit dulu. Kami mengejar agar kawasan Mandalika bisa hidup. Dari situ kami mengindentifikasi ada atraksi kelas dunia bernama MotoGP," kata Direktur Utama ITDC, Abdulbar M. Mansoer, dalam wawancara bersama kumparanSPORT di Menara BCA, Jakarta, Rabu (20/3/2019).
ADVERTISEMENT
MotoGP sebagai atraksi Mandalika lantas masuk paket yang ditawarkan ke Vinci. Demi mengikat salah satu perusahaan konstruksi terbesar di dunia, ITDC pun berani membuka komunikasi dengan Dorna. Pertemuan berlangsung di Sirkuit Sepang pada perhelatan GP Malaysia, Oktober 2017.
Carmelo Ezpeleta selaku CEO Dorna mengaku belum pernah mendengar Mandalika dalam perjumpaan itu. Yang terdengar lebih nyaring saat itu justru keinginan Alex Noerdin menghelat MotoGP di Sirkuit Jakabaring, Palembang.
Bukan berarti Dorna menutup pintu terhadap Mandalika. ITDC tetap diizinkan untuk mengajukan konsep dan desain sirkuit. Jadi di sinilah operasi MotoGP Mandalika dimulai.
Direktur Utama Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), Abdulbar M Mansoer. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Pihak ITDC semakin percaya diri dalam penggarapan proposal. Pasalnya, dukungan Vinci menjadi permanen seiring kontrak senilai USD 1 miliar untuk hak sewa lebih dari 15 tahun. Kesepakatan tersebut mencakup tanah seluas 131 hektar yang diproyeksikan untuk pembangunan sirkuit.
ADVERTISEMENT
Investasi melahirkan komitmen dari Vinci. Sampai-sampai mereka mengontrak Populus guna merancang sirkuit. Kualitas Populus sendiri telah teruji mengingat perusahaan arsitektur yang sudah berdiri sejak 1983 ini berperan di balik pembangunan venue-venue olahraga kelas dunia, termasuk Stadion Emirates dan Stadion Etihad.
Setelah desain sirkuit rampung, ITDC kembali menemui Dorna di Sirkuit Losail, Qatar, Maret 2018. Responsnya tak langsung lampu hijau. Penyebabnya, konsep yang diusung adalah sirkuit jalanan, sedangkan semua venue MotoGP merupakan sirkuit permanen.
Alhasil, ITDC harus melakukan revisi berkali-kali demi meyakinkan Dorna dalam hal keamanan. Di tahapan ini, ITDC berhadapan dengan Franco Uncini sebagai Kepala Keamanan Grand Prix FIM dan Loris Capirossi selaku Pengawas Keamanan Dorna.
CEO Dorna, Carmelo Ezpeleta, melakukan kunjungan ke Kantor ITDC di Menara BCA, Jakarta. Foto: Dok. ITDC
"Franco meminta sesuai standar Dorna, sedangkan Loris menyoroti keselamatan pebalap. Mereka khawatir karena inilah sirkuit jalanan pertama. Kami memang banyak first-nya, dari first street circuit, first di tengah-tengah resor di pinggir pantai, lalu first green karena kami mintanya kayak Nusa Dua," ujar Abdulbar.
ADVERTISEMENT
Agar Dorna luluh, Abdulbar coba melayangkan invitasi melihat Mandalika secara langsung. Ezpeleta memenuhi undangan tersebut pada Oktober 2018. Kebetulan, pria Spanyol itu bisa mampir karena memiliki waktu luang antara GP Australia dan GP Malaysia musim 2018.
Dorna awalnya dijamu di Nusa Dua terlebih dahulu. Masih terasa kemewahan di kawasan seluas 350 hektare itu setelah acara Annual Meeting IMF-World Bank Group pada pertengahan Oktober 2018. Baru setelah itu, ITDC dan Dorna terbang menggunakan helikopter untuk menengok Mandalika.
CEO Dorna, Carmelo Ezpeleta, melakukan perjalanan via helikopter menuju Mandalika. Foto: Dok. ITDC
Dari pihak Dorna, Carmelo Ezpeleta tak sendiri. Turut hadir anaknya, Carlos Ezpeleta, yang menjabat sebagai Direktur Olahraga Dorna serta Mark Hughes selaku Direktur MRK1 Consulting--konsultan untuk venue balap motor.
"Ini yang paling bagus. Ini saja," tutur Carmelo Ezpeleta dengan Bahasa Spanyol dari helikopter.
ADVERTISEMENT
Memang begitu terpukau Ezpeleta atas keindahan Mandalika. Terbukti setelah kunjungan itu, Ezpeleta langsung mengajak pihak ITDC untuk membahas rancangan kontrak.
Sempat muncul kebimbangan di benak Abdulbar ketika kesepakatan sudah di depan mata. Alasannya yakni belum ada restu dari pemerintah. Namun, dia tak bisa menunggu lama lantaran Indonesia bukan calon tunggal. Masih ada Brasil yang juga tertarik untuk menggelar MotoGP pada 2021.
"Kalau saya tak teken, kita bisa kalah dari Brasil. Saya akhirnya memberanikan diri karena meyakini ini bagus untuk Indonesia," ujar Barry.
Saling Membutuhkan
Alasan Abdulbar cukup logis. Sudah lama sekali pecinta balap ingin menyaksikan rider-rider kelas dunia mengaspal lintasan Tanah Air. Seorang Valentino Rossi saja terakhir kali menjajal Sirkuit Sentul pada 1997. Itu pun cuma di kelas 125 cc.
ADVERTISEMENT
Paling dekat, penggemar Rossi harus terbang ke Malaysia demi melihat aksi ‘The Doctor’ secara langsung. Secara geografis, Sirkuit Sepang memang menjadi venue terdekat. Begitu pula menimbang hitung-hitungan akomodasi yang tak begitu mencekik dompet.
Setidaknya fenomena itu cuma bertahan sampai 2020. Musim berikutnya, mereka tak perlu lagi melewati gerbang imigrasi. Kans menikmati balapan Rossi seperti 22 tahun silam terbuka lagi. Ya, kalau pebalap veteran itu belum gantung helm.
"Carlos Ezpeleta sempat membisikkan kepada saya waktu di Istana Bogor, 'Ingatkan Presiden. Rossi sudah bilang tunda pensiun kalau Mandalika jadi. Dia tunda pensiun sampai balapan di situ'," tutur Abdulbar.
Selain memenuhi dahaga penggemar MotoGP Tanah Air, kehadiran Mandalika sebagai tuan rumah juga demi kepentingan pasar. Di seri GP Thailand tahun lalu saja, lebih dari 200.000 penonton datang ke Sirkuit Buriram atau menjadi jumlah terbanyak di antara seri lainnya.
ADVERTISEMENT
Itu baru Thailand. Sementara menurut data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia pada akhir 2018, Indonesia memiliki pasar sepeda motor nomor tiga di dunia setelah China dan India. Jumlahnya hampir mencapai 6 juta penjualan tahun lalu. Jadi, sangat mungkin rekor baru menyoal penonton terukir di Mandalika nanti.
"Indonesia, dengan pasar sepeda motor yang besar, tentu sangat penting. Jadi, setelah kesuksesan MotoGP di Malaysia, kemudian Thailand, kami mulai berpikir tentang Indonesia karena ketertarikan masyarakatnya terhadap sepeda motor," ujar Ezpeleta saat memenuhi undangan Presiden Joko Widodo di Istana Bogor, 11 Maret 2019.
Mengendus Jejak Dorna di Indonesia Foto: Sabryna Muviola/kumparan
Ya, pasar di Indonesia terlalu masif untuk diabaikan sehingga Dorna tetap menaruh kepercayaan kepada Indonesia, meski berkali-kali menuai kekecewaan. Setelah Sentul gagal, terbitlah wacana dari Palembang. Seusai Palembang juga tak menemukan titik terang, giliran Mandalika yang memberikan harapan untuk memenuhi pasar di Tanah Air.
ADVERTISEMENT
Kendati begitu, masa cuma pasar yang menjadi faktor penentu? Apakah Dorna turut menimbang bagaimana Mandalika menjamu para rider dan penonton nanti? Apakah kemewahannya seperti yang dinikmati tokoh-tokoh dunia saat menghadiri IMF World Bank Annual Meetings di Nusa Dua?
Wajar pertanyaan tersebut mencuat. Sebagai perbandingan, Nusa Dua membutuhkan lebih dari 40 tahun untuk menghadirkan infrastruktur seperti sekarang. Adapun, Mandalika cuma memiliki tenggat dua tahun sampai MotoGP digelar.
Merespons keraguan tersebut, ITDC bersikap realisitis. Kembali lagi ke motif pada 2017, MotoGP adalah atraksi untuk memikat investor datang ke Mandalika. Dengan mata dunia yang melihat Mandalika sebagai penyelenggara MotoGP, investasi dan infrastruktur diyakini akan bertumbuh dengan sendirinya.
Terbukti dengan iming-iming MotoGP, ITDC sukses menggaet Vinci. Telah menjadi komitmen perusahaan Prancis itu pula untuk membangun 11 hotel dalam 15 tahun ke depan.
ADVERTISEMENT
"ITDC berkepentingan membuat kawasan ini laku. Vinci menanamkan investasi dan membangun konstruksi. Dorna mencari pasar. Tiga kepentingan ini bertemu di tempat bernama Mandalika," ujar Abdulbar
*kumparanSPORT membahas jelang gelaran MotoGP Indonesia 2021 di Mandalika, Lombok. Anda bisa menyimaknya di topik 'Menyongsong MotoGP Mandalika'.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten