Nostalgia Naomi Osaka di AS Terbuka

7 September 2018 18:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Naomi Osaka di laga semifinal AS Terbuka 2018, vs Madison Keys. (Foto: REUTERS/Mandatory Credit: Geoff Burke-USA TODAY Sports)
zoom-in-whitePerbesar
Naomi Osaka di laga semifinal AS Terbuka 2018, vs Madison Keys. (Foto: REUTERS/Mandatory Credit: Geoff Burke-USA TODAY Sports)
ADVERTISEMENT
Lewat ayunan raketnya, Naomi Osaka mencetak sejarah. Ia menjadi petenis wanita asal Jepang pertama yang mencapai final kompetisi Grand Slam di era terbuka.
ADVERTISEMENT
Melawan Madison Keys yang berstatus sebagai finalis AS Terbuka 2017, ia menang dengan skor 6-2, 6-4. Di usianya yang ke-20, Osaka meraih tiket final Grand Slam pertamanya. Kemenangan ini melengkapi torehan sejarahnya di AS Terbuka 2018.
Keberhasilan Osaka mencapai babak semifinal Grand Slam menjadi yang pertama bagi petenis wanita Jepang setelah 22 tahun. Pada 1996, Kimiko Date menjejak di semifinal Wimbledon. Sayangnya, langkahnya dijungkalkan oleh petenis asal Jerman, Steffi Graf, yang juga menutup kompetisi sebagai juara tunggal putri.
Itu belum ditambah dengan catatan sejarah lain yang dibuat Osaka dengan kompatriotnya yang bertanding di nomor tunggal putra, Kei Nishikori. Keberhasilan keduanya merebut tiket semifinal Grand Slam mematahkan rekor yang diukir petenis Jepang pada 1995. Kala itu, dua petenis Jepang berhasil masuk ke perempat final Wimbledon 1995. Di nomor tunggal putri ada Date. Di nomor tunggal putra ada Shuzo Matsuoka.
ADVERTISEMENT
"Semua pencapaian ini terasa aneh, apalagi saya belum pernah mengalahkan Madison (Keys). Ia adalah petenis yang hebat. Saya hanya mencoba untuk memikirkan tentang apa-apa yang belum pernah saya alami. Dan tentu saya begitu gembira bisa sampai di fase ini,” jelas Osaka, mengutip laman resmi AS Terbuka.
Tiket ini pulalah yang akan mempertemukannya dengan Serena Williams di Arthur Ashe Stadium, Billie Jean King National Tennis Center, pada Sabtu (8/9/2018). Billie Jean King NTC adalah area sakral bagi ranah tenis. Sejarah yang hidup di dalamnya tak hanya tentang keberhasilan Billie Jean King merebut 12 gelar Grand Slam di nomor tunggal putri, tetapi komitmennya untuk memperjuangkan kesetaraan petenis wanita dan petenis pria.
Bermain di arena yang mengandung nilai sejarah segila itu, ditambah dengan prestise yang dikandung oleh kompetisi Grand Slam itu sendiri, tak jarang membikin para petenis ciut nyali. Terlebih, bagi mereka yang masih berpredikat sebagai petenis muda.
ADVERTISEMENT
Namun, Billie Jean King National Tennis Center dan New York bukan tempat asing bagi Osaka. Ayahnya, Leonard Max Francois, adalah orang Haiti. Ibunyalah, Tamaki, yang orang Jepang asli. Nama Osaka-nya itu diambil dari Kota Osaka yang menjadi tempat kelahirannya. Saat usianya menginjak tiga tahun, Osaka dan keluarganya memutuskan untuk pindah ke AS, mulai dari Long Island hingga Florida.
“Bagi saya, New York selalu tentang nostalgia. Setiap kali saya datang kemari saya selalu terkenang dengan memori masa kecil. Waktu masih bocah dulu, saya suka berjalan-jalan di sini. Sekarang, segala sesuatunya terasa lebih kecil. Ini menjadi perasaan yang menarik. Tapi, yang jelas, saya merasa gembira setiap kali datang ke New York," ucap Osaka.
ADVERTISEMENT
“Saya selalu bermain di sini sewaktu kecil, jadi lapangan-lapangan di arena ini bukan tempat baru bagi saya. Saya selalu membayangkan, bila suatu saat saya memenangi Grand Slam, maka yang pertama adalah AS Terbuka. Alasannya sederhana. Saya tumbuh dan besar di sini. Orang tua dan kakek-nenek saya bisa ikut hadir dan menonton. Saya pikir, itu akan menjadi hari yang keren,” jelas anak asuh Sascha Bajin ini.
Osaka vs Vesnina di babak kedua AT 2018. (Foto: REUTERS/Edgar Su)
zoom-in-whitePerbesar
Osaka vs Vesnina di babak kedua AT 2018. (Foto: REUTERS/Edgar Su)
Cerita-cerita tentang masa kecil itu akan menjadi penopang yang manis bagi keseluruhan kisah Osaka di musim 2018 walau jalannya di kompetisi Grand Slam sudah terlanjur terjal. Di Australia Terbuka, langkahnya dihentikan oleh Simona Halep di babak keempat. Di Prancis Terbuka, Keys-lah yang memulangkannya di babak ketiga. Sementara, di Wimbledon, giliran Angelique Kerber yang menjegalnya di babak ketiga.
ADVERTISEMENT
Namun, musim 2018 milik Osaka tak suram melulu. Sebelum sampai ke AS Terbuka, ia menjadi juara di Indian Wells. Di turnamen ini, nama-nama besar berhasil ia kalahkan. Mulai dari Maria Sharapova, Karolina Pliskova, hingga Halep.
“Kemenangan adalah persoalan mental. Jadi, kalau bisa memenangi sejumlah laga dan sampai di final seperti ini, maka mental sayalah yang berbicara. Misalnya seperti di Indian Wells. Kalau mau jujur, saya sering mulai kehilangan fokus begitu bisa memimpin."
"Tapi, sekarang saya merasa lebih siap sehingga bisa merebut keunggulan dengan lebih cepat, secepat mungkin yang saya bisa. Di seluruh laga, saya memperjuangkan setiap poin. Di masa lalu, saya kesulitan dalam banyak aspek. Saya pikir, sekarang saya sudah lebih dewasa,” kata Osaka.
ADVERTISEMENT