Obituarium Jana Novotna: Dia yang Menangis dan Tertawa di Wimbledon

21 November 2017 17:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Novotna bersama trofi Wimbledon. (Foto: PASCAL PAVANI / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Novotna bersama trofi Wimbledon. (Foto: PASCAL PAVANI / AFP)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Petang itu, 3 Juli 1993, di All England Club, seorang petenis muda menangis di pundak Istri Pangeran Edward, Katharine. Petenis muda itu begitu tersedu.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, di tempat yang sama, final Wimbledon pertama untuknya baru saja berakhir. Pada partai mahapenting itu, dia kalah. Dia takluk dari unggulan pertama turnamen asal Jerman, Steffi Graf.
Pertandingan sebenarnya berlangsung imbang. Graf hanya unggul 7-6 pada set pertama, sebelum di set kedua petenis putri itu membalas dan menang 6-1. Di set ketiga, di mana semuanya ditentukan, kesalahan-kesalahan datang dari tangan sang petenis. Dia kalah 4-6 di set terakhir tersebut.
Setelah itulah tangis pecah. Pudak Katharine yang datang sebagai tamu kehormatan menjadi tempatnya meluapkan kekecewaan. Tapi, dari situ pula petenis muda itu belajar banyak hal. Dia belajar menjadi lebih baik, menjadi lebih tenang, dan menjadi lebih hebat.
ADVERTISEMENT
"Jana, saya percaya kamu akan bisa mendapatkannya (gelar Wimbledon), jangan khawatir," ujar Katharine, dilansir The Star, guna menenangkan petenis muda itu.
Sisa cerita ini, kemudian, adalah sejarah. Bahkan, dia hanya perlu lima tahun untuk mengubah tangis kecewa menjadi tangis bahagia.
Di tempat yang sama, pada 1998, dia tampil di petang yang sama, petang final Wimbledon. Katharine hadir di situ. Tapi, ceritanya berbeda karena, petenis ini, keluar sebagai juara. Dia berhasil menumbangkan lawannya, petenis asal Prancis bernama Nathalie Tauziat, dengan skor 6-4, 7-6 (tie break 7-2).
Sesudahnya, tak ada lagi tangis di pundak Katharine. Sang petenis masih tetap menghampiri Sang Putri, tapi kali ini dia menggengam tangannya dengan sukacita. Air mata memang masih jatuh, tapi itu adalah air mata bahagia.
ADVERTISEMENT
Itu adalah gelar Wimbledon pertama dan terakhir, baginya di nomor tunggal putri. Satu gelar yang sudah cukup membuatnya menjadi salah satu petenis putri paling memorial di Grand Slam tenis tertua di dunia itu.
Petenis itu bernama Jana Novotna. Ia lahir di Brno, Republik Ceko, 2 Oktober 1968 silam. Memulai karier sebagai petenis sejak 1987, Novotna mampu menorehkan namanya sebagai salah satu petenis putri tersukses yang pernah dilahirkan Ceko.
Dari tangannya, hadir satu gelar Grand Slam di nomor tunggal putri--yang kita tahu, tercipta di Wimbledon. Selain itu, di sektor ganda putri, ada 12 gelar Grand Slam yang berhasil diraihnya. Sementara di nomor ganda campuran, tiga gelar mampu ia rengkuh.
Tak hanya itu, dia juga sukses merengkuh satu medali perak Olimpiade 1988 Seoul untuk nomor tunggal putri dan empat tahun sebelumnya, dia berhasil meraih satu perak dan satu perunggu di Olimpiade Atlanta. Sepanjang kariernya, posisi tertingginya di peringkat tenis dua berada di posisi dua, yang didapatnya di tahun 1997.
ADVERTISEMENT
Petenis Republik Ceko, Jana Novatna. (Foto: REUTERS/Jacky Naegelen)
zoom-in-whitePerbesar
Petenis Republik Ceko, Jana Novatna. (Foto: REUTERS/Jacky Naegelen)
Pada tahun 2005, berkat serangkaian kesuksesannya itu, petenis yang terkenal lewat permainan servis-volinya itu mendapatkan gelar International Tenis Hall of Fame. Nama Novotna memang harum, dan dua momennya bersama Katharine itu selalu menjadi imaji yang diingat banyak orang.
***
2010, selepas tutup buku dari pelbagai hal menyoal tenis, Novotna kembali ke kampung halamannya, Brno. Di sana, bersama sepi, dia menghabiskan sisa hidupnya. Novotna hengkang dari segala keriuhan di dunia tenis yang sudah membesarkan dan mengharumkan namanya.
Keputusan itu sendiri baru diketahui karena ada monster bernama kanker yang hidup dalam tubuhnya. Kanker itu tak pernah dia buka ke publik, dan hanya dia ceritakan kepada orang-orang terdekat. Sampai kemudian, 19 November kemarin Novotna berpulang.
ADVERTISEMENT
Ia sudah tak sanggup lagi berjuang melawan kanker yang terus menggerogoti tubuhnya. Dia meninggal dalam tenang di kampung halamannya, jauh dari hiruk-pikuk dunia yang tenis yang dicintainya.
"Hidup saya sangat bergantung pada tenis. Sehari tanpanya akan sangat mengerikan," kata dia kepada BBC di tahun 2015 lalu.
Andai saja kanker tak pernah menyerangnya, mungkin dia masih di dunia tenis, mungkin juga menjadi pelatih sebagaimana yang pernah dilakukannya, atau juga menjadi komentator. Tapi, hidup harus berpindah, Novotna sudah melakukan yang terbaik untuk (sisa) hidupnya.
Kini, nama Novotna akan selalu dikenang sebagai seorang legenda. Jika ada petenis muda yang ingin berkaca atau mencari contoh soal bagaimana seorang atlet berjuang sampai menemukan titik tertinggi kariernya, tengoklah Novotna.
ADVERTISEMENT
Dan tawa hingga air mata di Wimbledon itu, biarlah tetap menjadi imaji untuk mengenangnya. Selamat jalan, Jana.