news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

PASI: Mengasah Teknik dan Menjaga Asa untuk Olimpiade 2020

13 September 2018 23:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lalu Muhammad Zohri di Asian Games 2018. (Foto: Antara/Andika Wahyu)
zoom-in-whitePerbesar
Lalu Muhammad Zohri di Asian Games 2018. (Foto: Antara/Andika Wahyu)
ADVERTISEMENT
Pada 12 Juli 2018, cabang olahraga (cabor) atletik Indonesia seakan terlahir kembali berkat torehan Lalu Muhammad Zohri di Kejuaraan Dunia U-20. Ia menjadi juara dunia lari 100 meter putra, mengalahkan para pelari andalan Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Hujan pujian muncul karena tak satu pun menyangka "Indonesia Raya" bisa berkumandang di Tampere, kota yang berjarak tempuh 2 jam dari Helsinki, ibu kota Finlandia. Atlet berusia 18 tahun asal Lombok ini, langsung meroket dan dielu-elukan se-Indonesia dengan catatan 10,18 detiknya.
Kemudian pada 30 Agustus, dalam final nomor estafet 4x100 meter putra Asian Games 2018, nama cabor atletik kembali melejit usai kejutan medali perak yang dipersembahkan empat pelari, termasuk Zohri.
Pun Sapwaturrahman, yang lebih dulu memberi kejutan lewat sumbangan perunggunya dari nomor lompat jauh putra. Sementara, Emilia Nova, atlet lari gawang andalan Tanah Air, ikut menyumbang perak dari nomor 100 meter lari gawang putri.
Nah, dari sederet peningkatan prestasi cabor atletik itu, ada satu nama besar di baliknya. Ialah Harry Marra, pelatih atletik kenamaan dunia asal Amerika Serikat, yang kurang lebih satu tahun terakhir menjadi konsultan Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI).
ADVERTISEMENT
Emilia Nova (kanan) atlet lari gawang putri Indonesia di Asian Games 2018. (Foto: Antara/M Agung Rajasa)
zoom-in-whitePerbesar
Emilia Nova (kanan) atlet lari gawang putri Indonesia di Asian Games 2018. (Foto: Antara/M Agung Rajasa)
Hasilnya, 5 emas, 7 perak, dan 3 perunggu disumbang cabor atletik di SEA Games 2017 Malaysia. Hasil 2 perak dan 1 perunggu di Asian Games 2018 pun masih masuk dalam hasil program Harry Marra bersama tim pelatih PB PASI.
Nah, meski awalnya dikontrak hingga Asian Games, tangan dingin Harry Marra masih akan meracik program pembinaan atletik Indonesia. PASI memperpanjang kerja sama dengan pelatih terbaik International Association of Athletics Federations (IAAF) 2016 itu dengan target jangka panjang untuk Olimpiade 2020 Tokyo.
Apa saja bocoran program latihannya? Ditemui di Asrama PASI, Kebayoran Lama, Jakarta, Sekretaris Jenderal PASI, Tigor Tanjung, mengatakan berlatih di kolam renang adalah salah satu cara mempertajam teknik berlari.
ADVERTISEMENT
"Setiap 40 ayunan, lalu istirahat 30 detik. Lari di air dengan teknik cepat bisa menghindari cedera," kata Tigor.
"Harry Marra dengan program barunya, kami harap sampai Olimpiade 2020. Tapi 'kan bertahap, dia bersama tim pelatih PASI menyusun dengan untuk satu tahun ke depan dulu. Pelatih kami pun mampu meneruskan ke atlet bagaimana latih teknik yang benar," imbuhnya.
Untuk musim 2019, PASI sendiri menatap tiga turnamen besar, yaitu Kejuaraan Asia (April), Kejuaraan Dunia (September), dan SEA Games (November-Desember). Di sela-sela itu, PASI dihadang tugas berat kualifikasi Olimpiade 2020, dengan pintar-pintar memilih lima turnamen rekomendasi IAAF.
Ketum PASI, Bob Hasan & Sekjen Tigor Tanjung (Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ketum PASI, Bob Hasan & Sekjen Tigor Tanjung (Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan)
Sejak kedatangan Harry Marra, PASI pun fokus memperbaiki teknik para atletnya. Hal itu, diakui Tigor, merupakan kunci utama keberhasilan di cabor atletik. Zohri termasuk salah satu yang disebutnya cepat memperbaiki teknik berlari.
ADVERTISEMENT
"Dari Harry Marra, kami tahu masih banyak pelari yang tekniknya salah. Mereka merasanya sudah benar, tapi tangannya terlalu kebelakang. Kalau Zohri termasuk yang cepat bisa mengubah (kebiasaan), kadang-kadang kalau pelari yang sudah cukup senior itu yang agak susah diubah," kata Tigor.
Merangkum latihan teknik dari Harry Marra itu, disiplin para atlet dijaga lewat nilai-nilai yang dipegang tegas oleh Ketua Umum PASI, Bob Hasan. Apalagi, pengusaha yang juga mantan Menteri Perindustrian dan Perdagangan itu mengatakan bahwa atlet punya pekerjaan rumah berat hingga Olimpiade 2020.
"Latihan lebih keras. Syarat Olimpiade Tokyo 2020 berat, kalau tidak masuk kualifikasi tidak bisa bertanding. Makan juga dijaga, tak bisa hanya karbohidrat. Ikan, ayam, dan telur, maka protein masuk. Teknik baru juga dimanfaatkan," ucap Bob Hasan.
ADVERTISEMENT
"Terobosan sudah dilakukan, tapi balik lagi ke atlet. Kalau (tubuh) tidak lentur, tidak disiplin berlatih, tidak disiplin makan, tidak menjaga kelakuan, maka akan susah (maju). Atlet juga harus bisa bahasa Inggris. Harus sekolah, kalau tidak dipulangkan ke daerahnya,".