news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

PBSI Akui Sulit Pulangkan Hendrawan Sebelum Olimpiade 2020

6 Juli 2019 19:47 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hendrawan, mantan pelatih Lee Chong Wei di Malaysia. Foto: Dok. Twitter @BA_Malaysia
zoom-in-whitePerbesar
Hendrawan, mantan pelatih Lee Chong Wei di Malaysia. Foto: Dok. Twitter @BA_Malaysia
ADVERTISEMENT
Bagi pencinta bulu tangkis Tanah Air, Hendrawan selalu mendapatkan tempat spesial. Masih ingat 'kan bagaimana atlet kelahiran Malang itu menentukan kemenangan Indonesia atas Malaysia di final Piala Thomas 1998?
ADVERTISEMENT
Setelah pensiun sebagai atlet pada 2003, sosok kelahiran 27 Juni 1972 ini menjadi pelatih tunggal putra Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) hingga 2009. Ada beberapa nama top yang ditanganinya, salah satunya Simon Santoso dan Sony Dwi Kuncoro.
Kemudian, Hendrawan memilih bekerja di Malaysia dan menjadi pelatih Lee Chong Wei, si tunggal putra legendaris Negeri Jiran, per Mei 2015. Empat tahun lamanya mereka bekerja sama sampai Lee Chong Wei memutusan gantung raket bulan lalu.
Cukup erat hubungan keduanya. Lee Chong Wei sampai memohon status Permanent Resident (visa tanpa batas waktu) untuk Hendrawan kepada Pemerintah Malaysia. Tak heran, jika Hendrawan merasa berutang budi dan berjanji untuk menangani Lee Chong Wei sampai pensiun.
ADVERTISEMENT
Karena Lee Chong Wei telah gantung raket, maka banyak penggemar bulu tangkis Indonesia yang meminta Hendrawan kembali ke Tanah Air. Terlebih lagi, sektor tunggal putra PBSI mengalami seret prestasi di bawah asuhan Hendri Saputra.
"Tugas utama saya adalah melatih Lee Chong Wei, tapi setelah dia pensiun, tugas saya usai," kata Hendrawan dilansir The Star.
Sang pelatih pun tidak menutup kemungkinan untuk kembali ke Tanah Air, menangani talenta-talenta Indonesia untuk dibawa ke takhta bulu tangkis dunia. Kepada kumparanSPORT, Hendrawan berujar akan mempertimbangkan pulang ke Indonesia jika ada tawaran yang datang kepadanya.
"Kalau memang dibutuhkan untuk membantu PBSI, saya siap," ujar Hendrawan.
Sikap terbuka juga ditunjukkan Susy Susanti sebagai Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI. Dia mengatakan tak akan menghalangi andai Hendrawan ingin kembali dan tentu kontraknya dengan Malaysia telah usai.
ADVERTISEMENT
Ya, silakan menggarisbawahi kata kontrak. Karena sebelu Lee Chong Wei pensiun, Hendrawan terikat dengan Badminton Association of Malaysia (BAM) sampai Olimpiade 2020.
"Kami senang (dengan komentar Hendrawan, red), tentunya mau pelatih-pelatih terbaik bisa berkontribusi di tim nasional. Kami sangat terbuka," ucap Susy saat ditemui di Pelatnas Cipayung.
Namun, Susy menegaskan terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk menjadi pelatih bagi para atlet andalan Indonesia, salah satunya program yang diusung.
"Lalu juga berapa lama melatih, prestasi apa yang sudah dicapai, menciptakan (atlet) siapa saja, attitude juga apakah dia pernah ada masalah atau tidak," tutur Susy.
"(Kadang) kalau kami mau (tertarik), tapi kasusnya dia ada (melatih) di luar (negeri) jadi susah. Tapi masyarakat bilang, panggil-panggil, padahal tidak bisa. Kalau ganti-ganti pelatih pun, hancurlah itu atlet," imbuh peraih emas Olimpiade 1992 ini.
ADVERTISEMENT
Susy mencontohkan pelatih anyar tunggal putri PBSI, Rionny Mainaky, yang harus menyesuaikan program beberapa minggu setelah tiba di Cipayung. Selain program yang diusung, karakter pun menjadi sorotan PBSI dalam menakar kualitas seorang pelatih.
Pasalnya, sambung Susy, pelatih adalah sosok orangtua bagi atlet di lapangan. Peran itu penting agar program yang dijalankan tidak dipukul rata terhadap karakter pemain yang berbeda-beda.
"Karena pelatih itu seperti pengganti orangtua atlet. Kalau dia ke sana ke mari maki-maki, atlet akan kesusahan. Maka, apakah dia cocok (dengan atlet)?" kata Susy.
Jonatan Christie (kiri) dan Anthony Sinisuka Ginting (kanan) berlatih jelang melawan Denmark di Piala Sudirman 2019. Foto: Dok. PBSI
Susy pun tidak memungkiri adanya pertimbangan non-teknis seperti kecocokan dengan pemain sebelum memilih pelatih. Meski begitu, dia menegaskan PBSI tetap terbuka dalam memilih pelatih.
ADVERTISEMENT
"Betul, ada banyak pertimbangan, itu yang kami terapkan. Tapi semua (rekrutmen) terbuka, kami terbuka untuk semua yang ingin masuk," ucap Susy.
"Sebelum Rionny 'kan banyak yang masukin CV (curriculum vitae), kami lihat kebutuhan masuk apa tidak, masuk apa tidak, lalu karakter juga."
"Saat ini, kontrak para pelatih sampai 2020. Tapi kami akan lihat (evaluasi) per tahun, ada promo-degradasi pelatih. Jika melanggar hukum, (berdampak) jelek untuk PBSI, bisa dalam setahun diputus kontrak," ujar Susy mengakhiri.
Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI, Susy Susanti, usai konferensi pers Blibli Indonesia Open 2019 di Jakarta, Rabu (26/6). Foto: Karina N. Shabrina/kumparan
Sementara itu, BAM telah memutuskan untuk mempertahankan Hendrawan di jajaran pelatih lewat rapat komite pada Juli 2019. Bahkan, dia mendapatkan promosi dari jabatan asisten pelatih menjadi pelatih utama untuk sektor tunggal putra.
Dengan begitu, Hendrawan bakal menangani Lee Zii Jia, Soong Joo Ven, dan Cheam June Wei dalam persiapan menuju Olimpiade 2020. Pemilik nama pertama juga sempat memberikan pujian khusus kepada sang pelatih.
ADVERTISEMENT
"Hendrawan adalah pelatih hebat. Meski tidak berlatih di bawahnya, kami punya banyak momen hebat ketika menang di Taiwan Terbuka saat dia memimpin tim," ucap Lee Zii Jia, seperti dilansir oleh Badminton Planet.
Sementara, Zulkarnain sebagai tunggal putra yang pernah dilatih Hendrawan, berujar sang pelatih adalah harta berharga yang dimiliki BAM.
"Jika tidak melatih tunggal putra, dia (Hendrawan) seharusnya diutus ke sektor lain misalnya tunggal putri," kata Zulkarnain.
"Dia menerapkan hubungan dari hati ke hati kepada setiap pemain. Itulah mengapa banyak pemain merasa nyaman di bawah arahannya," pungkasnya.