Pelatih: Marcus/Kevin Latihan seperti Bertanding

12 November 2018 17:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Marcus dan Kevin di Final All England 2018 (Foto: Bergas Agung/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Marcus dan Kevin di Final All England 2018 (Foto: Bergas Agung/kumparan)
ADVERTISEMENT
Ada alasan mengapa ganda putra andalan Indonesia, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, 'keras kepala' menjadi yang terbaik tak hanya di rumah sendiri, tapi juga di dunia —merujuk tidak tergantikannya mereka di takhta ganda putra peringkat satu dunia.
ADVERTISEMENT
Kemampuan oke pasti jadi alasan, disiplin sebagai atlet pun harus dijaga. Selain itu, faktor terpenting hingga Marcus/Kevin begitu digdaya, sulit dikalahkan, dan sukses menyegel tujuh gelar BWF (delapan dengan emas Asian Games, red) sampai awal November ini, tak lain tak bukan: Mental.
Menurut sang pelatih, Herry Iman Pierngadi atau disapa Herry IP, karakter Marcus/Kevin lahir dengan meleburkan mental kedua pemain andal itu. Contohnya saat merengkuh hat-trick gelar di Fuzhou China Terbuka 2018.
Saat melawan He Jiting/Tan Qiang (China) di final yang berlangsung Minggu (11/11/2018), 'Minions' —sebutan Marcus/Kevin— menahan begitu keras upaya He/Tan untuk unggul gim pertama, meski akhirnya Marcus/Kevin tetap tertinggal 25-27.
Di gim kedua, mereka unggul 21-17 dan memaksa adanya gim ketiga, yang juga berakhir manis dengan skor 21-15. Meski tertinggal di gim pertama, Marcus/Kevin bisa kembali menguasai keadaan dan sukses mengamankan gelar Fuzhou China Terbuka.
ADVERTISEMENT
Kemenangan itu menambah enam gelar turnamen BWF lain di Indonesia Masters, India Terbuka, All England, Indonesia Open, Jepang Terbuka, dan Denmark Terbuka, serta satu gelar di perorangan Asian Games. Maka, (lagi-lagi) Marcus/Kevin mempertegas kehadirannya sebagai entitas sendiri sekaligus momok bagi sektor ganda putra dunia.
"Memang motivasi dan karakter mereka tercermin dari mental. Mental itu berpengaruh ke semuanya. Menurut saya saat Marcus/Kevin bertanding dan latihan, motivasi, rasa tidak mau kalah, dan ngotot semuanya jadi satu, itulah mental yang bagus," ujar Herry IP kepada kumparanSPORT, saat dihubungi Senin (12/11).
"Marcus/Kevin setiap bertanding tidak mau kalah, saat latihan pun seperti bertanding. Setelah Ahsan/Hendra, Marcus/Kevin yang sekarang jadi role model pemain di pelatnas, termasuk Fajar/Rian yang setelah Asian Games masih naik-turun," katanya menambahkan.
ADVERTISEMENT
Marcus Fernaldi Gideon dan Kevin Sanjaya (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Marcus Fernaldi Gideon dan Kevin Sanjaya (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Koleksi tujuh gelar seri BWF milik Marcus/Kevin itu bisa bertambah dengan sisa turnamen Hong Kong Terbuka dan BWF World Tour Finals di Guangzhou pada Desember mendatang. Namun, bagi Koh Herry pekerjaan rumah dari PBSI di All England dan Asian Games sudah selesai, menyisakan target pribadi bagi Marcus/Kevin.
"Sisa turnamen saya tidak terlalu membebankan mereka. Semua target sudah lewat dan tercapai. Jadi pengujung musim ini tinggal dinikmati saja, kasarnya cari bonus berupa uang. (Pecah rekor) lebih baik, lebih bagus," ujar Koh Herry.
Well, bicara Marcus/Kevin sebagai andalan terbaik Indonesia, belum sah jika tidak menyinggung pendahulu mereka, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan. Dua berjuluk 'The Daddies' ini sudah berumur, tapi masih bisa menyamakan motivasi dengan pemain muda. Buktinya, juara dunia 2015 itu bisa mencapai semifinal Fuzhou China Terbuka 2018 meski kalah dua gim, 14-21 dan 15-2, lawan He/Tan. Nama terakhir, dibungkam oleh Marcus/Kevin di final.
ADVERTISEMENT
"Ahsan/Hendra on fire saya bilang tidak, mereka tahu sudah berumur. Tapi ini masa-masa akhir menuju retired, jadi mereka mungkin mau membuktikan diri. Kelebihan mereka memang pengalaman dan jam terbang yang di atas rata-rata," puji Koh Herry.
"Kekurangan mereka adalah kecepatan dan tenaga. Kalau latihan dan motivasi tidak kalah sama yang muda, masih mau terus (berjuang). Pencapaian Ahsan/Hendra cukup bagus sampai semifinal (di Fuzhou). Saya lihat di sana karena kalah cepat dan power," ujarnya.