Pelatih: Semoga Miftah Bangkit Usai Didiskualifikasi karena Jilbab
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pelatih tim judo Indonesia di Asian Para Games 2018 yang berasal dari Norwegia, Stig Traavik, menceritakan kesedihan Miftah usai didiskualifikasi. Traavik yang juga mantan Duta Besar Norwegia di Indonesia mengatakan, selama menemani Miftah berlatih ia melihat semangat yang begitu membara.
"Miftah berjuang begitu keras sebelum berkompetisi untuk pertama kalinya di Asian Para Games. Saya telah menemani dia dan atlet lainnya juga para pelatih dalam beberapa bulan terakhir. Saya sangat terkesan dengan kerja keras dan progres cepat mereka," ujar Traavik melalui pesan singkat kepada kumparan, Rabu (10/10).
Ia sedih ketika tahu Miftah didiskualifikasi karena miskomunikasi soal peraturan menggunakan hijab. Usaha Miftah berlatih selama sepuluh bulan pun hilang gara-gara keteledoran itu.
ADVERTISEMENT
"Saya sangat sedih Miftahul gagal bertanding di Asian Para Games. Dia adalah atlet yang sangat berbakat. Saya berharap dia akan bangkit dari kekecewaannya setelah didiskualifikasi," ungkap dia.
Selain itu, Traavik juga setuju dengan pernyataan Menteri Pemuda dan Olahraga RI Imam Nahrawi yang meminta adanya perubahan aturan di kompetisi judo internasional. Khususnya, untuk mengakomodir atlet-atlet yang menggunakan jilbab.
"Saya sangat sepakat dengan Menpora untuk berbicara dengan federasi judo internasional untuk mengubah peraturan yang lebih mengakomodir atlet-atlet Muslim yang menggunakan jilbab. Namun tentu saja, tanpa mengenyampingkan keselamatan para atlet," ungkap dia.
Di Indonesia, lanjut dia, banyak atlet judo yang berlaga di kompetisi nasional. Dan Traavik melihat di Indonesia tidak pernah ada masalah berarti terkait hal ini.
ADVERTISEMENT
"Semoga federasi judo internasional mempertimbangkan dan negara-negara lain juga memperjuangkan hal yang sama," tutur dia.
Dilansir Antara, penanggung jawab pertandingan judo Asian Para Games 2018 Ahmad Bahar mengatakan, Miftah enggan melepas jilbab ketika bertanding karena tidak mau auratnya terlihat lawan jenis.
"Kami sudah mengarahkan atlet, tapi dia tidak mau. Bahkan, dari Komite Paralimpiade Nasional (NPC), tim Komandan Kontingen Indonesia sudah berusaha dan mendatangkan orang tua dari Aceh untuk memberi tahu demi membela negara," katanya tentang dukungan kepada atlet tunanetra itu.
Sementara itu, menurut Direktur Sport Indonesia Asian Para Games Organizing Committee (INAPGOC), Fanny Riawan, aturan pertandingan selalu dijelaskan, termasuk dalam pertemuan manajer sebelum pertandingan.
"Pada artikel 4 poin 4, aturan judo internasional, disebutkan tidak boleh ada apa pun yang menduduki kepala, melindungi kepala. Setelah aturan itu dibahas, semua manajer sepakat, stick to the rules, dan mulai bertanding. Jika ada pembicaraan lain di luar rapat itu, kami dari INAPGOC tidak tahu rangkaiannya," ucap Fanny
ADVERTISEMENT