news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pemburu Tiket Indonesia Open: Dari China, Jepang, hingga Denmark

26 Juni 2019 20:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana khidmat Indonesia Open 2018 di Istora GBK saat lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang. Foto: Dok. PBSI
zoom-in-whitePerbesar
Suasana khidmat Indonesia Open 2018 di Istora GBK saat lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang. Foto: Dok. PBSI
ADVERTISEMENT
"Kami siap menerima atlet dunia dan para penggemar," ucap Achmad Budiharto selaku Ketua Panitia Pelaksana Indonesia Open 2019.
ADVERTISEMENT
Penuturan yang tak berlebihan dari Budi. Karena Indonesia Open, dengan status satu dari tiga turnamen di level BWF Super 1.000, selalu menyedot perhatian luar biasa. Baik itu dari penonton lokal maupun suporter pendatang.
Hal serupa berlaku untuk Indonesia Open tahun ini. Budi sempat mendapatkan informasi bahwa ada puluhan suporter Denmark yang memburu tiket untuk turnamen di Istora Gelora Bung Karno (GBK) itu.
"Iya, 40 orang butuh tiket. Saya lihat email ternyata (mereka) pesan sudah lama. Penonton biasa, seperti All England biasa mengumpulkan orang (dalam) tur. Kalau hotel mereka sudah pesan sendiri, tiket saja belum dapat," ucap Budi saat ditemui di konferensi pers Indonesia Open 2019, Rabu (26/6/2019).
Pebulu tangkis Denmark, Viktor Axelsen. Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/ama/18
Selain suporter asal Eropa, penggemar tepak bulu dari Jepang dan China juga kerap meramaikan Istora untuk menyaksikan idolanya bertanding memperebutkan total hadiah 1,25 juta dolar Amerika Serikat atau Rp 17 miliar.
ADVERTISEMENT
"Denmark saja (yang berasal) dari Eropa. Mereka rutin (menonton turnamen Bulu Tangkis), seperti di All England juga. Kalau China rombongannya kecil, 10-20 orang tapi banyak kelompoknya," imbuh Budi.
Bagi para suporter tamu, mendapatkan tiket Indonesia Open bukanlah perkara mudah. Dari jalur online saja, tiket sudah ludes terjual sejak hari pertama, Senin (10/6) lalu.
"Hari pertama lepas (penjualan) untuk semua hari (turnamen), dari tanggal 16 sampai 21. Itu satu jam hilang (di Blibli com), tiket.com malah lebih sadis, 7 menit (ludes)," kata Budi.
Shi Yuqi (kedua dari kanan) menjadi penentu kemenangan bagi China di final Piala Sudirman 2019 lawan Jepang. Foto: Wang Zhao/AFP
Karena tingginya antusiasme penonton, Budi pun berharap pemerintah membangun venue bulu tangkis baru dengan kapasitas lebih besar ketimbang Istora GBK. Ya, venue ini cuma bisa menampung sekitar 7.000 penonton.
ADVERTISEMENT
"Inginnya bisa (kapasitas) 15 ribu penonton. Justru saya lagi menyindir pemerintah. Saya baca, pemerintah mau bangun sekian venue, tapi saya lihat fokusnya di daerah-daerah. Bikin venue dong (di Jakarta). Kami berharap jangan mengandalkan Djarum (Foundation) saja," pungkasnya.