Pengaruh Sepeda Terhadap Penampilan Para Atlet

9 Oktober 2018 20:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para pesepeda di cabor para sepeda Asian Para Games 2018. (Foto: Sandi Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Para pesepeda di cabor para sepeda Asian Para Games 2018. (Foto: Sandi Firdaus/kumparan)
ADVERTISEMENT
Terkadang, dalam sebuah kompetisi olahraga yang menggunakan alat, kemampuan seorang atlet tidaklah cukup. Perlu alat olahraga yang apik juga sehingga kemampuan sang atlet bisa tersalurkan dengan maksimal. Hal inilah yang juga terjadi di cabang olahraga para sepeda Asian Para Games 2018.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini, dari dua hari penyelenggaraan, cabor para sepeda sudah menyumbangkan medali yang cukup banyak bagi kontingen Indonesia di ajang Asian Para Games 2018. Total, sudah empat perak dan lima perunggu disumbangkan oleh cabor para sepeda. Namun, tak ada satu medali emas di situ.
Soal kemampuan atlet, sebenarnya para sepeda memiliki beberapa atlet dengan kemampuan yang apik seperti M. Fadli, Ni Kadek Karyadewi, serta Somantri. Namun, beberapa atlet Indonesia seakan tidak mampu menunjukkan kemampuan apiknya dalam beberapa momen. Tampak atlet para sepeda Indonesia begitu berat mengayuh sepeda yang mereka naiki, di tengah terik Sirkuit Internasional Sentul yang menguras stamina.
Hal ini pun disoroti oleh Sondi Sampurno, Race Director Ikatan Sepeda Sport Indonesia (PB ISSI). Menurutnya, ajang olahraga para (yang melibatkan atlet-atlet difabel) memiliki beberapa kategori, mulai dari C, B, H, dengan segala turunannya. Banyaknya kategori ini memengaruhi sepeda yang digunakan para atlet. Namun, Sondi melihat ada sesuatu yang kurang di sini.
ADVERTISEMENT
"Jadi gini, Anda lihat itu sepedanya orang Korea, handbike-nya Korea itu bagus banget. Harganya mahal banget. Itu lebih mahal daripada sepeda balap biasa. Sepedanya lebih ringan," ujar Sondi.
"Tapi yang orang Indonesia, mohon maaf, dari besi ini (rangkanya), jadi memang dari sepedanya sendiri belum seimbang, belum seragam. Tapi, selama ukurannya benar, panjangnya benar, lebarnya benar --'kan ada yang ngukur itu-- memenuhi syarat, oke bertanding," tambahnya.
Pendapat yang sama juga diutarakan oleh Puspita Mustika, pelatih kepala para sepeda Indonesia. Dia menyebut ada perbedaan antara sepeda yang dinaiki oleh para atlet Indonesia dan, dia memberi contoh, Korea Selatan. Saat rangka sepeda atlet Indonesia masih mengenakan aloy, rangka sepeda atlet Korea sudah mengenakan bahan yang lebih ringan. Hal ini berpengaruh terhadap performa atlet.
ADVERTISEMENT
"Ini aloy (sambil menunjuk sepeda yang dipakai Dayu). Yang Korea Selatan itu sudah karbon (bahan rangkanya). Murah itu, hahahaha, murah. Ya, jadi bikin beda lah itu. Kalau aloy ini 'kan beratnya 15-20 kg. Kalau karbon paling cuma 10 sampai 7 kg. Harganya? Murah. Yaa... sekira 25.000 dolar (sekitar Rp 380 juta,red) lah," ujarnya.
"Ya, pasti berpengaruh ini (ke penampilan atlet), jadi berat. Tapi, ini sudah beberapa ada yang karbon. Jadi olahraga ini adalah olahraga orang melarat. Bikin orang melarat. Tapi kita alhamdulillah sepeda kita aman," katanya menambahkan.
Para pesepeda di cabor para sepeda Asian Para Games 2018. (Foto: Sandi Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Para pesepeda di cabor para sepeda Asian Para Games 2018. (Foto: Sandi Firdaus/kumparan)
Menyoal bantuan yang hadir dari pihak NPC (National Paralympic Committee), Puspita menyebut bahwa NPC, selaku badan yang menaungi olahraga para sepeda, sudah memberikan bantuan yang maksimal kepada para sepeda yang baru lahir pada 2017 silam.
ADVERTISEMENT
"NPC adalah satu dari tiga badan olahraga setelah KOI dan KONI. NPC itu khusus untuk Para, dan semua atlet kami ada di bawah naungan NPC.
"Alhamdulillah kita udah TC 10 bulan, anak-anak digaji juga, sepeda dibelikan, alhamdulillah dalam waktu dua tahun sudah baik. Kalau awalnya memang modal sendiri," ujar Puspita.
Meski baru dua tahun berdiri, bukan berarti para sepeda Indonesia miskin prestasi. Salah satunya adalah pada ajang ASEAN Para Games 2017 silam di Malaysia. Di ajang tersebut, para sepeda sukses menyumbangkan dua emas, tiga perak, dan tujuh perunggu bagi Indonesia, berbekal M. Fadli, Ni Kadek Karyadewi, Saori Sufyan, dan I Wayan Damai.