Pesan Ni Made Arianti pada Difabel: Kalian Spesial, Jangan Minder Lagi

11 Oktober 2018 17:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ni Made Arianti Putri rayakan torehan perak di nomor lari 100 meter putri T13 (Foto: The Jakarta Post Images: INAPGOC/Steffan sihombing;)
zoom-in-whitePerbesar
Ni Made Arianti Putri rayakan torehan perak di nomor lari 100 meter putri T13 (Foto: The Jakarta Post Images: INAPGOC/Steffan sihombing;)
ADVERTISEMENT
Perhelatan Asian Para Games 2018 di Jakarta menjadi momentum besar untuk para penyandang disabilitas. Ranah kompetisi ini membuktikan bahwa keterbatasan bukan halangan untuk menunjukkan eksistensi dan meraih prestasi.
ADVERTISEMENT
Ni Made Arianti Putri, misalnya, atlet difabel Indonesia dari cabor atletik yang namanya melejit usai meraih dua perak. Medali pertama didapat pada nomor lari 100 meter T13, Rabu (10/10). Teraktual, perak di 400 meter T13, direngkuh pada Kamis (11/10).
Menariknya, Arianti awalnya tidak ditargetkan meraih medali di pesta olahraga difabel se-Asia ketiga ini. Namun, Arianti mengaku, motivasi dan semangatnya meningkat berkali lipat karena ada hasrat besar untuk menunjukkan pada masyarakat Indonesia: Tak ada yang tidak mungkin, selama seseorang mau berusaha.
"Motivasi saya adalah seluruh rakyat Indonesia yang sudah sangat antusias untuk memberi dukungan di Asian Para Games. Hal itu memberi saya kepercayaan diri lebih," kata Arianti kepada para pewarta di mixed zone Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK).
ADVERTISEMENT
"Medali ini saya persembahkan untuk teman-teman semua (difabel), jangan pernah menyerah karena kalian semua itu spesial. Kita tidak tahu rencana Tuhan. Kita harus terus berjuang, jangan minder lagi. Jangan takut untuk mencoba dan gagal," tuturnya menambahkan.
Arianti sendiri termasuk ke dalam kategori disabilitas low visual atau memiliki keterbatasan penglihatan. Arianti bercerita kepada awak media bahwa ia sempat terpuruk lantaran menyadari ada kekurangan padanya.
Ni Made Arianti (kiri) bersama Endang Sari Sitorus (tengah) dan Putri Aulia (kanan) merayakan kemenangan di final lari 100 meter putri T13. (Foto: The Jakarta Post Images: TJPimages/Charisa Vanessa G/Don/18))
zoom-in-whitePerbesar
Ni Made Arianti (kiri) bersama Endang Sari Sitorus (tengah) dan Putri Aulia (kanan) merayakan kemenangan di final lari 100 meter putri T13. (Foto: The Jakarta Post Images: TJPimages/Charisa Vanessa G/Don/18))
Arianti kecil kemudian menemukan tempat untuk memupuk kepercayaan diri saat menjajal olahraga lari di lapangan belakang Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 1 Denpasar, Bali. Hingga akhirnya menggeluti atletik dengan serius pada 2009, yang membawanya terbang tinggi serta melepas belenggu keterbatasan jarak pandang.
Pada 2009, Arianti menyabet satu emas dan satu perunggu di Pekan Paralimpiade Pelajar Nasional (Peparpenas) di Yogyakarta. Kariernya melesat di 2012 pada ajang Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) di Riau dengan meraih tiga medali emas.
ADVERTISEMENT
Prestasi ini membawa Arianti mentas pada ajang internasional pertamanya di ASEAN youth Para Games 2012 Malaysia dan meraih perunggu. Lantas, pada ASEAN Para Games 2017 di Malaysia, Arianti gemilang dengan raihan tiga perak.
"Waktu masih kecil tidak tahu bahwa mata saya bermasalah, saya merasa seperti orang biasanya (pada umumnya -red). Ketika saya tahu kalau saya low vision, saya waktu itu marah. Kenapa orang tua saya tidak pernah bilang, justru guru saya yang mengatakan bahwa saya itu tidak bisa melihat dengan jelas," kenang Arianti.
Ni Made Arianti Putri di final lari 100 meter putri T13. (Foto: The Jakarta Post Images: INAPGOC/Dewi Nurcahyani)
zoom-in-whitePerbesar
Ni Made Arianti Putri di final lari 100 meter putri T13. (Foto: The Jakarta Post Images: INAPGOC/Dewi Nurcahyani)
"Saya disekolahkan di sekolah luar biasa dan akhirnya saya menemukan jati diri. Saya kemudian menemukan anggapan seperti ini: Oh, ternyata saya tidak sendiri."
"Mulai di atletik sejak sejak SMP tahun 2009. Guru saya di SLB, I Wayan Sukade, yang mengenalkan saya kepada dunia atletik, kemudian beliau meneruskan saya kepada I Komang Tri Praja Kencana yang memang basic-nya seorang atlet. "
ADVERTISEMENT
Kini, pada debutnya di Asian Para Games, dara kelahiran Denpasar 22 tahun lalu ini menunjukkan performa menawan. Banyak harapan yang terlontar darinya untuk kejuaraan lain di masa mendatang dan kita pun boleh berharap untuk lebih sering melihat Arianti tersenyum di atas podium juara.
"Dari ayah saya sendiri, ia tidak pernah menganggap saya punya kekurangan dan beliau selalu memberi dukungan. Pesan beliau yang selalu saya ingat adalah, yang penting saya bahagia, apa pun yang terjadi dan melakukan yang terbaik," tutup Arianti.