Piala Thomas yang Tak Pernah Ramah untuk Hendra Setiawan

28 Mei 2018 18:11 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hendra Setiawan tak pasang target muluk. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Hendra Setiawan tak pasang target muluk. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Hendra Setiawan adalah sosok senior di tengah banyaknya darah muda di pemusatan latihan nasional (Pelatnas) Cipayung milik PBSI. Era kejayaannya memang sudah tergerus waktu, tapi sumbangsihnya selama bergabung di Tim Nasional (Timnas) selalu diingat.
ADVERTISEMENT
Pada Piala Thomas 2018 yang berlangsung 20-25 Mei di Impact Arena, Bangkok, Thailand, Hendra menjabat sebagai kapten tim putra Indonesia. Namun, kekalahan dari China di semifinal membuat pria 33 tahun ini harus puas dengan medali perunggu.
Medali itu, sepertinya, bakal menjadi medali terakhir yang terkalung di leher Hendra. Selepas seremoni yang digelar Minggu (27/5/2018), peraih emas Olimpiade Beijing 2008 itu berpamitan lewat akun Instagram-nya.
"Hari ini (27/5) akan selalu mendapat tempat di benak saya. Mungkin saja ini adalah Piala Thomas terakhir yang bisa saya ikuti dan rasa cinta saya kepada tim (Indonesia) tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata," tulis Hendra.
"Meskipun kali ini kami belum bisa membawa pulang Piala Thomas ke Tanah Air, tapi saya sangat mengapresiasi semua kerja keras dan pengorbanan dalam usaha untuk merebut gelar ini. Pepatah bilang: Ini semua tentang sebuah (proses) perjalanan, bukan apa tujuannya," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Penggemar dan sejumlah insan bulu tangkis pun membanjiri unggahan itu dengan pesan dukungan. Mereka sama sekali belum lupa bagaimana Hendra pernah membuat nama Indonesia bergaung di kancah dunia.
Sayang, Piala Thomas memang bukan turnamen yang ramah bagi Hendra. Selama berkarier, tak sekali pun dia berhasil membawa Indonesia menjadi juara.
Termasuk tahun ini, pria kelahiran Pemalang 25 Agustus 1984 itu sudah tujuh kali menjajal turnamen Piala Thomas. Keikutsertaannya pertama kali adalah pada Piala Thomas 2006 di Jepang. Saat itu, Hendra mencicipi semifinal dalam debutnya di turnamen prestisius dua tahunan itu.
Berikutnya, ia tidak pernah absen. Di Piala Thomas 2008 yang saat itu berlangsung di Jakarta, Indonesia juga terhenti di semifinal usai kalah dari China. Di edisi berikutnya yakni 2010, Hendra dan sosok kawakan lain seperti Taufik Hidayat, Sony Dwi Kuncoro, Simon Santoso, serta Markis Kido harus puas cuma menjadi runner-up, juga setelah dikalahkan China.
ADVERTISEMENT
Kemudian, di Piala Thomas 2012 yang berlangsung di Wuhan, China, Indonesia hanya mencapai perempatfinal dan titel kembali diamankan tuan rumah.
Pada gelaran 2014 di New Delhi, India, Hendra bersama debutan seperti Ihsan Maulana Mustofa dan Ricky Karanda Suwardi lagi-lagi terhenti di semifinal. Padahal, tahun itu adalah tahun emas bagi dirinya dan sang pasangan, Mohammad Ahsan.
Hendra/Ahsan pada 2014 itu berhasil menjadi juara All England dan mempersembahkan medali emas Asian Games. Mereka pun sempat menjadi pasangan urutan satu dunia, tepatnya pada 6 Mei. Sayang, Piala Thomas masih lepas dari genggaman.
Lalu, di Piala Thomas 2016, Hendra yang kala itu juga mengemban tugas sebagai kapten tinggal satu langkah lagi merebut gelar. Setelah mengalahkan Korea Selatan 3-1 di semifinal, Indonesia ditekuk Denmar 2-3 di partai puncak.
ADVERTISEMENT
Dalam final edisi 2016 itu, Hendra/Ahsan menyelamatkan kedudukan menjadi 1-1 usai Tommy Sugiarto kalah. Sayangnya, kekalahan Anthony Ginting membuat Indonesia tertinggal 1-2.
Angga Pratama/Ricky sebenarnya bisa menyamakan skor menjadi 2-2. Namun, Ihsan gagal menjadi penyelamat Indonesia dan Piala Thomas pun melayang.
Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan. (Foto: Dok. Humas PBSI)
zoom-in-whitePerbesar
Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan. (Foto: Dok. Humas PBSI)
Pada 2018 ini, Hendra dipersatukan kembali dengan Ahsan. Sebelumnya, pasangan ini 'bercerai' pada 2016. Hendra kemudian keluar dari Pelatnas dan berpasangan dengan pebulu tangkis Malaysia, Tan Boon Heong. Sedangkan, Ahsan kemudian disandingkan dengan Rian Agung Saputro.
Kembalinya Hendra/Ahsan yang akrab disapa 'The Daddies' ini diharapkan menjadii angin segar bagi skuat putra Indonesia. Mereka didapuk menjadi ganda kedua di bawah Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo.
Pada laga semifinal melawan China, Jumat (25/5) lalu, 'The Daddies' harus mengakui keunggulan Li Junhui/Liu Yuchen dalam pertarungan tiga gim 17-21, 21-18, dan 21-12. Sebelumnya, Indonesia sudah tertinggal 1-2 setelah dua pemain tunggal, Anthony dan Jonatan Christie, menelan kekalahan. Satu poin Indonesia didapat lewat kemenangan Marcus/Kevin.
ADVERTISEMENT
Perjuangan Hendra/Ahsan terhenti dan Indonesia pun masuk kotak. Di turnamen (yang mungkin jadi turnamen) terakhirnya, Hendra gagal meraih gelar. Kegagalan itu jelas tak bisa dipisahkan dari usia Hendra yang telah senja. Pengalaman boleh kaya, tetapi fisik tak bisa diakali.
Yang pasti, satu yang tidak akan hilang adalah kecintaan Hendra kepada bulu tangkis Indonesia. Tulisan sang kapten di Instagram mengingatkan kita untuk tidak takut menghadapi akhir dari sebuah perjalanan. Hendra sudah sampai di ujung jalan dan kita, mau tidak mau, harus melepasnya dengan lapang dada.