Praveen: Kalau Indonesia Menang 3-0, Enggak Ada Sejarahnya buat Kami

24 Mei 2019 17:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pebulu tangkis ganda campuran Indonesia Praveen Jordan (kiri) dan Melati Daeva Oktavianti (kanan) mengembalikan kok pada babak penyisihan grup 1B Piala Sudirman 2019 di Guangxi Sports Center Gymnasium, Nanning, China, Minggu (19/5). Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
zoom-in-whitePerbesar
Pebulu tangkis ganda campuran Indonesia Praveen Jordan (kiri) dan Melati Daeva Oktavianti (kanan) mengembalikan kok pada babak penyisihan grup 1B Piala Sudirman 2019 di Guangxi Sports Center Gymnasium, Nanning, China, Minggu (19/5). Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
ADVERTISEMENT
Beban berat berada di pundak Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti saat masuk ke lapangan Guanxhi Sports Center Gymnasium, China, Jumat (24/5/2019) siang WIB. Bukan tanpa pasal, ganda campuran peringkat tujuh dunia itu menjadi penentu lolos atau tidaknya Indonesia ke babak semifinal Piala Sudirman 2019.
ADVERTISEMENT
Menghadapi wakil Taiwan, Wang Chi-Lin/Hsieh Pei Shan, Praveen/Melati dihadapkan pada skor imbang 2-2 antara Indonesia dan Taiwan. Jika Praveen/Melati keok, maka skuat ‘Merah Putih’ mesti angkat koper. Sebaliknya, jika menang, maka mereka adalah pahlawan karena mengantarkan Indonesia ke semifinal.
Turun gelanggang dengan situasi seperti itu, diakui Melati, menghadirkan tekanan. Tapi, berkat kerja sama apiknya bersama Praveen, serta faktor mental yang juga menyerang wakil Taiwan, Praveen/Melati berhasil memetik kemenangan dua gim langsung dengan skor 21-17 dan 21-15.
"Ada rasa tegang sedikit, namanya main di partai penentu. Tapi lawan juga tegang, kami tidak memikirkan jadi penentu, yang penting main semaksimal mungkin," ujar Melati.
Sementara itu, menurut Praveen, keberhasilannya bersama Melati tak lepas dari hasrat menuliskan nama dalam sejarah bulu tangkis Tanah Air. Ya, sejarah menyoal penentu kemenangan Indonesia di Piala Sudirman yang merupakan turnamen beregu.
ADVERTISEMENT
"Kami sudah tahu main di partai terakhir. Inginnya, sih, Indonesia menang 3-0, tapi sempat terpikir, kalau begitu kami enggak main, enggak ada sejarahnya buat saya sama Melati. Saya enggak mendoakan tim kalah,” kata Praveen.
“Dan saat Greysia/Apri main, kami harap semoga mereka menang, lalu kami main jadi tumpuan. Tapi, kenapa malah saya jadi tegang, ya, di awal? Padahal tadi berharap turun main. Ada gugupnya, tapi ada rasa ingin juga," tuturnya.
Debut Praveen/Melati di Piala Sudirman 2019. Foto: Dok. PBSI
Selepas kesuksesan Indonesia melaju ke semifinal, Jepang sudah menanti sebagai lawan berikutnya. Menyoal bentrokan dengan Negeri Sakura, Praveen mengaku harus memperbaiki sejumlah aspek dari permainannya.
Upaya perbaikan sudah dimulai Praveen sejak pertandingan melawan Taiwan. Dia intens berkomunikasi dengan Melati untuk menenangkan diri dan mengatur strategi kembali. Terlebih, di gim kedua Wang/Hsieh sempat mengejar poin menjadi 14-18.
ADVERTISEMENT
"Kalau matanya belum melihat mata saya, jadi diomongin terus. Saya enggak pernah marah selama main sama dia. Terkadang ekspresi kita bukan kesal, tapi sayang (poinnya). Takutnya nanti kebawa pikirannya dia," jelas Praveen.
"Kami saling mengingatkan, komunikasi terus, walau poin jauh jangan lengah," tambah Melati.