Rahasia Kecepatan Sapto: Membayangkan sedang Dikejar Anjing

10 Oktober 2018 0:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Atlet lari Indonesia di Asian Para Games 2018, Sapto Yogo Purnomo. (Foto: kumparan/Karina Nur Shabrina)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet lari Indonesia di Asian Para Games 2018, Sapto Yogo Purnomo. (Foto: kumparan/Karina Nur Shabrina)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sapto Yogo Purnomo hanyalah pemuda biasa dari Desa Ciberung, Kecamatan Ajibarang, Jawa Tengah. Tapi di atas trek lari, ayunan kaki Sapto mengantarkan dua emas untuk Indonesia di Asian Para Games 2018, multievent atlet disabilitas terbesar se-Asia.
ADVERTISEMENT
Jadi, alih-alih pemuda biasa, tahun ini ia mengukuhkan statusnya sebagai atlet tercepat se-Asia di nomor lari 100 meter dan 200 meter T37 putra. Pun tahun lalu, di ASEAN Para Games, Sapto juga meraih emas di dua nomor yang sama kelas T38.
Lebih luar biasa lagi, emas Sapto di nomor 100 meter T37 pada Selasa (9/10/2018) dengan catatan 11,49 detik sekaligus memecahkan rekor atlet se-Asia, yang sebelumnya dibukukan Liang Yongbin (China) di Paralimpiade London 2012 dalam waktu 11,51 detik.
Mendapat tepuk tangan meriah dari suporter di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) hingga dipuja-puji awak media di mixed zone usai pertandingan, ia hanya tersipu malu dan menjawab seadanya dengan logat Jawa kentalnya.
ADVERTISEMENT
"Ya pasti senang sekali, ya. Itu juga karena dukungan penonton dan saudara-saudara yang menonton langsung. Terutama juga orang tua yang hadir," kata Sapto.
"Dukungan di stadion juga meriah sekali dan itu berpengaruh karena saya jadi lebih semangat larinya. Tidak nyangka juga pecah rekor Asia," ujarnya menambahkan.
Selama ini, atlet kelahiran 17 September 1998 itu pun mengaku sangat jarang bertemu orang tua sejak tergabung di pemusatan latihan nasional (pelatnas) Asian Para Games 2018 di awal tahun. "Pengorbanan terberat itu meninggalkan kampung," katanya.
Dengan emas yang direngkuhnya di level Asia Tenggara, Sapto pun otomatis menjadi salah satu andalan Indonesia di level Asia. Melawan rasa gugupnya, Sapto bercerita bahwa ia hanya memikirkan untuk berlari cepat, cepat, dan cepat ketika start dimulai.
ADVERTISEMENT
"Saya malah membayangkannya dikejar anjing, soalnya dulu juga sudah kejadian. Pengalaman dikejar anjing," ucapnya polos.
Sebelum memecahkan rekor Asia, emas pertamanya lebih dulu diraih di nomor 200 meter T37 pada Senin (8/10) dengan catatan waktu 23,76 detik. Bakat larinya itu pun sudah tercermin sejak Sapto masih bersekolah.
Atlet difabel Indonesia, Sapto Yogo Purnomo. (Foto: Charles Brouwson/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet difabel Indonesia, Sapto Yogo Purnomo. (Foto: Charles Brouwson/kumparan)
"Sebelum jadi atlet, saya keseharian main saja. Lulus SMK tidak ada cita-cita, karena kondisi saya tidak senormal yang lain. Tapi kenal lari waktu sekolah, diarahkan guru," akunya.
"Kejuaraan pertama di Pekan Paralimpic Pelajar Nasional (Peparpenas) 2015 sudah dapat dua emas. Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) 2016 lima emas, debut di internasional di Malaysia (ASEAN Para Games) dapat dua emas dan satu perak," tutur peraih perak lompat jauh T38 ASEAN Para Games 2017 itu.
ADVERTISEMENT
Kini, ia dengan statusnya sebagai atlet 100 meter dan 200 meter T37 tercepat, Sapto akan menghadapi pekerjaan rumah yang lebih berat jelang Paralimpiade 2020 di Tokyo, multievent paling prestisius di dunia olahraga disabilitas.
"Saya, sih, siapkan dari sekarang saja, tinggal latihan terus," kata Sapto mengakhiri.
Dari dua emasnya di Asian Para Games 2018, bonus total Rp 3 miliar pun sudah pasti masuk dalam rekeningnya. Sapto pun masih bisa menambah statusnya sebagai atlet tersukses se-Tanah Air di ajang kali ini dengan kesempatannya di nomor 400 meter T37 yang dihelat Rabu (10/10).