Ratih Widyanti: Diananda Memang Sudah Juara sejak SD

28 Agustus 2018 16:43 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Atlet panahan Indonesia, Diananda Choirunisa, kalah dari atlet panahan asal China, Zhang Xinyan (28/08/2018). (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet panahan Indonesia, Diananda Choirunisa, kalah dari atlet panahan asal China, Zhang Xinyan (28/08/2018). (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Dari pinggir lapangan, sosok itu dengan serius terus memperhatikan Diananda Choirunisa. Ketegangan juga tampak dari wajahnya yang sudah sedikit layu dimakan usia. Dialah Ratih Widyanti, ibu dari Diananda.
ADVERTISEMENT
Bersama sang suami, Zaenudin, Ratih menyaksikan Diananda berlomba di partai final cabang olahraga panahan nomor recurve tunggal putri. Di Lapangan Panahan Gelora Bung Karno, Selasa (28/8/2018), mereka menjadi saksi kekalahan Diananda dari Zhang Xinyan, atlet asal China, dengan total set points 3-7.
Ketika diwawancarai seusai perlombaan, sisa kegugupan itu belum enyah sepenuhnya dari wajah Ratih. Dengan sisa kekuatan yang ada, ia mengungkapkan perasaan deg-deg-annya tersebut. Dalam final tadi, Diananda dan Zhang memang tampil cukup seimbang, terutama dalam tiga set awal.
"Ya, yakin saja. Bismillah. Kalau memang rezekinya segitu, ya, mau gimana lagi. Tapi, tadi deg-degan juga, sih, tadi lihatnya," ujar Ratih.
Setelah mampu menguasai diri, Ratih mulai bercerita. Perempuan berusia 45 tahun ini mulai banyak mengisahkan perihal perkenalan Diananda dengan dunia panahan. Dia ingat bahwa pertama kali Anis, sapaan akrab Diananda, mengenal dunia panahan adalah saat dia masih kelas 2 SD.
ADVERTISEMENT
"Latihan sudah lama. Terjun di panahan itu sejak kelas dua SD. Dia sering ikut saya latihan. Saya atlet juga. Kalau saya dan papanya latihan, papanya atlet silat, tapi akhirnya mau ke panahan. Silat sakit semua katanya. Biasanya, dulu latihan di Lapangan KONI Kertajaya Indah, Surabaya," kenang Ratih.
"Kelas dua SD itu masih main-main, latihan, ya, saya biarkan saja sampai dia senang. Alhamdulillah juga selama ini dia tidak pernah jenuh, tidak pernah mengeluh, tidak pernah bilang bosan," tambahnya.
Ayah dan ibu Diananda, Ratih Widyanti, di final panahan Asian Games 2018. (Foto: Sandy Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ayah dan ibu Diananda, Ratih Widyanti, di final panahan Asian Games 2018. (Foto: Sandy Firdaus/kumparan)
Meski akhirnya Diananda menggeluti dunia panahan ini dengan lebih serius, dia masih bersekolah seperti anak-anak kebanyakan. Anis tidak disekolahkan di sekolah khusus, dan dia tetap seperti anak-anak lain, bersekolah di sekolah umum. Bersekolah di sekolah umum, nyatanya, membuat Anis tetap memiliki waktu untuk serius menggeluti panahan.
ADVERTISEMENT
"Mulai SD sudah juara panahan. SD sudah dapat enam emas dan satu perak, SD kelas empat. Itu lomba tingkat daerah di Blitar, kalau tidak salah. Sedangkan untuk latihannya setiap hari, kalau ada waktu dia latihan. Gurunya ini, ya, kami, orang tuanya," ujarnya.
Setelah meraih medali perak ini, ke depannya, ibunya menyebut bahwa Diananda mungkin akan berlibur untuk sementara, paling lama sekitar satu bulan, sebelum akhirnya mulai latihan kembali. Untuk ke depan, selain ajang SEA Games 2019 yang sudah menanti di Filipina, sang ibu menyatakan dengan mantap target yang ingin dicapai oleh atlet kelahiran Surabaya tersebut.
"Dia itu (Diananda) pengennya Olimpiade," ujar Ratih.