Rockets Tukar Chris Paul dengan Russell Westbrook, Apa Dampaknya?

12 Juli 2019 14:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Chris Paul dan Russell Westbrook berganti seragam setelah ditukar oleh timnya masing-masing. Foto: Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Chris Paul dan Russell Westbrook berganti seragam setelah ditukar oleh timnya masing-masing. Foto: Reuters
ADVERTISEMENT
Teka-teki masa depan Russell Westbrook terjawab sudah. Megabintang NBA itu resmi bergabung dengan Houston Rockets. Untuk mendapatkan Westbrook, Rockets mesti mengirim beberapa asetnya ke Oklahoma City Thunder, termasuk Chris Paul.
ADVERTISEMENT
Kabar pertukaran yang dilakukan oleh Thunder ini pertama kali diwartakan oleh—siapa lagi—jurnalis ESPN sekaligus insider NBA yang ternama, Adrian Wojnarowski. Melalui akun Twitter pribadinya, Wojnarowski menyatakan bahwa Rockets memasukkan draft pick ronde pertama 2024 dan 2026, dan kesempatan untuk menukar draft pick 2021 dan 2025, dalam kesepakatan pertukaran Westbrook dan Paul ini.
Kepindahan Westbrook dari Thunder pada dasarnya hanya tinggal menunggu waktu. Setelah Paul George diakuisisi Los Angeles Clippers, Thunder memang disinyalir akan ‘membersihkan’ skuat mereka. Westbrook pribadi dikaitkan dengan beberapa tim, seperti Miami Heat dan Detroit Pistons.
Westbrook akhirnya merapat ke Rockets. Menurut Wojnarowski, Rockets memang destinasi yang diinginkan oleh pemain yang berposisi sebagai point guard itu. Westbrook disebut-sebut ingin bermain bersama eks partnernya di Thunder yang saat ini menjadi bintang utama Rockets, James Harden.
ADVERTISEMENT
Westbrook barangkali begitu bahagia dengan kesepakatan ini. Tak hanya karena ia dapat bermain bersama Harden, tetapi juga karena kesempatannya untuk mendapatkan titel juara NBA meninggi.
Tak dapat dimungkiri bahwa Rockets adalah tim yang lebih bagus, dalam segala aspek, ketimbang Thunder. Rockets memiliki roster yang komplet.
Harden dan Westbrook yang berposisi di perimeter akan disokong oleh kehadiran Clint Capela di paint area. Jika Harden dan Westbrook pampat (dan ini kemungkinannya kecil), Rockets masih memiliki opsi skorer yang apik dalam diri Eric Gordon dan Gerald Green.
Kumpulan pemain top itu kemudian dilatih oleh seorang pelatih jempolan dalam diri Mike D’Antoni. Pelatih berkebangsaan Amerika Serikat yang memiliki darah Italia ini merupakan salah satu pelatih terbaik dalam sejarah NBA. Dua gelar Coach of The Year yang diraih D’Antoni menjadi buktinya.
ADVERTISEMENT
Yang menjadi pertanyaan besar bagi Rockets dan D’Antoni adalah bagaimana menyatukan Westbrook dan Harden. Memang, keduanya pernah bermain bersama di Thunder. Namun, saat itu, mereka berdua bukanlah bintang utama tim, melainkan Kevin Durant. Bahkan, peran Harden kala itu hanya sebatas sixth man (cadangan utama).
Dalam beberapa tahun terakhir, Westbrook dan Harden merupakan alpha dari tim masing-masing (Thunder dan Rockets). Keduanya juga dikenal sebagai pemain yang cukup egois.
Guard Oklahoma City Thunder, Russell Westbrook, diadang oleh guard Los Angeles Lakers, Lonzo Ball. Foto: Jayne Kamin-Oncea-USA TODAY Sports via Reuters
Buktinya, mereka berdua merupakan pemuncak dari daftar persentase usage rate dalam satu musim di sepanjang sejarah NBA. Yang dimaksud dengan usage rate adalah persentase produk akhir yang diciptakan satu pemain dalam permainan timnya.
Sebagai contoh, jika satu pemain memiliki persentase usage rate di angka 40%, maka 40% permainan tim pemain tersebut berakhir di tangannya. Berakhirnya juga tak harus lewat tembakan, tetapi juga bisa dari turnover (kehilangan bola).
ADVERTISEMENT
Per Basketball-Reference, Westbrook menjadi pemuncak daftar itu dengan persentase usage rate mencapai 41,65% di musim 2016/2017. Sementara, Harden di peringkat dua dengan 40,47% di musim 2018/2019. Hanya mereka berdua yang pernah mencatatkan persentase usage rate lebih dari 40% dalam satu musim.
Namun, menurut Paolo Uggetti dari The Ringer, Westbrook paham bahwa ia harus mengubah gaya mainnya jika ingin bergabung bersama Rockets. Westbrook harus rela untuk menjadi opsi kedua di belakang Harden, demi mendapatkan cincin pertamanya di NBA.
Lantas, bagaimana dengan Thunder? Well, pertukaran ini tak sepenuhnya buruk bagi mereka. Alih-alih, Thunder bisa dibilang untung di masa depan.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, Thunder mendapatkan banyak draft pick ronde pertama dari pertukaran ini. Sebelumnya, mereka juga sukses mendapatkan tiga draft pick ronde pertama 2022, 2024, dan 2026 dari Clippers, dua draft pick ronde pertama 2021 dan 2023 dari Miami Heat, dan draft pick ronde pertama 2020 dari Denver Nuggets. Thunder juga memiliki hak untuk menukar draft pick ronde pertama 2023 dan 2025 milik Clippers.
ADVERTISEMENT
Dari situ, jika Thunder mampu memaksimalkan semua draft pick itu, masa depan mereka akan cerah. Untungnya, Thunder memiliki manajer umum yang cukup cerdas dalam diri Sam Presti. Pria berusia 42 tahun inilah yang memilih Durant, Harden, dan Westbrook di NBA Draft.
Satu pihak yang barangkali sangat dirugikan dari kesepakatan antara Thunder dan Rockets ini adalah Paul. Pemain yang kerap kali dipanggil CP3 ini tampaknya harus melupakan mimpinya untuk mendapatkan cincin NBA.
Chris Paul (Rockets), dijaga oleh Damian Lillard (Blazers). Foto: Thomas B. Shea-USA TODAY Sports via Reuters
Ya, sepanjang kariernya, Paul belum pernah menjuarai NBA. Kepindahannya ke Thunder jelas semakin memperkecil kesempatannya untuk menjadi juara NBA, dan di usianya yang sudah menginjak 34 tahun, rasanya Paul tak akan mampu menuntaskan mimpinya itu hingga ia gantung sepatu.
ADVERTISEMENT
Menariknya, Thunder tampaknya juga tak berminat untuk menggunakan jasa Paul. Kembali menurut Wojnarowski, Thunder disinyalir tengah mengupayakan untuk mengirim Paul ke Heat. Tim yang berada di Wilayah Timur itu memang tengah mencari playmaker papan atas untuk memaksimalkan keberadaan Jimmy Butler.