Sebelum dan Sesudah Roman Reigns, Dia adalah Joe Anoa’i

23 Oktober 2018 18:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Roman Reigns dengan sabuk WWE Championship-nya. (Foto: Chandan Khanna / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Roman Reigns dengan sabuk WWE Championship-nya. (Foto: Chandan Khanna / AFP)
ADVERTISEMENT
Ketika menghabiskan masa remaja di SMA Katolik Pensacola, Leati Joseph Anoa’i memiliki sebuah mimpi. Namun, bukan menjadi bintang terbesar milik WWE dengan nama panggung Roman Reigns seperti yang terjadi beberapa tahun belakangan ini.
ADVERTISEMENT
Joe punya mimpi untuk menjadi besar sebagai atlet american football. Sosok kelahiran Florida itu memiliki cara tak lazim untuk menunjukkan seberapa seriusnya urusan mengejar mimpi. Inilah yang diceritakan oleh Greg Seibert, pelatih ekskul american football di SMA-nya Joe.
Suatu hari, Seibert menyadari ada yang berbeda dari lengan kanan Joe. Di bisep kanannya, ada luka bakar dengan huruf ‘L’. Seibert bertanya kenapa dan bagaimana dia mendapatkan luka tersebut.
Joe bilang, ‘L’ itu adalah huruf pertama dalam namanya dan luka itu ia dapatkan dengan menempelkan bisepnya dengan gantungan baju yang sebelumnya telah dipanasi. Dari situ, Seibert yakin Joe punya potensi menjadi bintang besar.
“Wow, kamu sedikit berbeda dengan yang lain. Aku akan memasangmu di posisi di mana kamu bisa menyakiti orang lain, karena kamu orang gila. Kamu bakar tanganmu sendiri,” kata Seibert, mencoba mengingat-ingat yang dikatakannya kepada Joe kala itu, kepada Bleacher Report.
ADVERTISEMENT
Di bawah binaan Seibert, Joe mendapatkan role sebagai defensive tackle. Tugasnya kurang lebih mirip seperti bek dalam sepak bola: Mengganggu serangan lawan. Dengan nyali dan fisik yang kokoh serta pemahaman teknik yang bagus, wajar jika Joe berjaya dengan peran ini.
Lulus SMA, Joe memutuskan untuk kuliah di Georgia Institute of Technology. Bergabung dengan tim kampus dengan nama Georgia Tech Yellow Jackets, Joe menghabiskan tiga tahun masa kuliahnya sebagai starter. Sebelum pada akhirnya menjadi kapten di tahun terakhirnya.
Performa melejit ini membuatnya masuk ke tim inti All-Atlantic Coast Conference (ACC), sebuah tim idaman football yang mengikusertakan 15 negara bagian dari selatan, timur dan timur laut Amerika Serikat, pada 2006. Namun, di sinilah mimpinya meredup.
ADVERTISEMENT
Roman Reigns saat hadiri acara WWE Emmy Awards. (Foto: Valerie Macon/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Roman Reigns saat hadiri acara WWE Emmy Awards. (Foto: Valerie Macon/AFP)
Performanya tergolong biasa saja, sehingga dia pun gagal masuk ke NFL Draft, kesempatan bagi atlet sekolah untuk melompat ke level pro, edisi 2007. Memang Joe direkrut ke Minnesota Viking pada Mei 2007. Namun, sebulan kemudian, dia dilepas.
Hal yang sama berlaku ketika dia bergabung ke Jacksonville Jaguars pada Agustus 2007. Menganggur saja sudah berat, apalagi ditambah dua masalah lain seperti menyadari jika pacarmu hamil dan kamu didakwa dokter mengidap leukemia. Ya, dua problem itulah yang mendatangi Joe ketika usianya baru 22 tahun.
Setahun kemudian, Joe memberikan kesempatan satu kali lagi untuk American football. Namun, dia hanya tampil lima kali dalam semusim untuk Edmonton Eskimos di Canadian Football League. Kegagalan itu membuat Joe sempat kehilangan arah. Hingga, ayah dan pamannya menawarkan jalan keluar: Menjadi pegulat.
ADVERTISEMENT
***
Darah pegulat memang mengalir dalam tubuh Joe. Selain menyadari fakta jika Dwayne Johnson, atau yang lebih dikenal di dunia gulat dengan nama The Rock, adalah sepupu Joe, perlu diingat jika dia dilatih selama 2 tahun dari 2008 oleh ayahnya, Sika, dan pamannya, Afa. Dua pegulat yang kini menyandang status Hall of Famer dari WWE. Alias, dua orang legenda.
Namun, hal ini bukan berarti Joe tak berjuang selama memutuskan untuk menjadi pegulat. Selain harus melawan penyakitnya yang hilang dan terbit seperti matahari, dia memiliki beban besar untuk melampaui pendahulunya. Inilah yang membuatnya begitu sendu ketika berbicara dengan Jey dan Jimmy Uso, dua temannya yang masih satu suku Samoa, di sebuah restoran pada 2011.
ADVERTISEMENT
Kala itu, Jimmy dan Jey sudah ke main roster WWE sebagai tag-team dengan nama The Usos, sementara Joe baru merasakan tahun pertamanya berkarier sebagai pegulat di FCW. FCW merupakan sebuah jenama gulat yang mengembangkan bakat-bakat mentah asal Florida agar bisa menjadi bintang besar di WWE. Beda kelas.
“Kala itu, aku sakit hati karena aku merasa belum satu level dengan mereka (The Usos, red). Aku merasa jika aku tak belajar cukup cepat dan menjadi seperti apa yang keluargaku harapkan. Aku merasakan tekanan yang membuat emosiku meledak-ledak pada saat itu,” kata Joe kepada CBSSports.
“Aku frustrasi karena tak tahu apa yang harus kulakukan untuk menjadi yang terbaik. Aku sudah memiliki mindset untuk menjadi yang terbaik sejak hari pertama. Seperti semua orang yang terobsesi, hari itu hatiku terasa seperti ditusuk belati.”
ADVERTISEMENT
Tapi, hey, seperti yang dikatakan Frederich Nietzche dalam bukunya berjudul Beyond Good and Evil, apa yang tak bisa membunuhmu, akan membuatmu menjadi kuat. Dan inilah yang terjadi pada Joe. Di tahun 2012, Joe melejit dengan karakternya sebagai Roman Leakee sebelum pada akhirnya FCW bergabung dengan NXT pada Agustus 2012.
NXT memiliki tujuan yang kurang-lebih sama dengan FCW. Bedanya, jenama ini menyatukan ‘FCW-FCW’ lainnya yang dimiliki WWE dengan pembinaan yang lebih serius. Di tempat inilah, Roman Leakee terbunuh dan muncullah karakter baru: Roman Reigns. Tak seperti Leakee, Reigns adalah karakter heel.
Menjadi karakter brengsek seperti Reigns rupanya sangat cocok dengan Joe. Wajah, lengan kanannya yang penuh dengan tato, rambut panjang, dan caranya berbicara membuatnya terlihat sangar. Seperti karakter jahat nan bengis di komik.
ADVERTISEMENT
Alhasil, hanya butuh satu bulan baginya untuk nongol ke main roster. Di main event pay-per-view Survivor Series, Reigns menciptakan kekacauan bersama Dean Ambrose dan Seth Rollins, dua rekannya dari NXT.
Ketiganya menghajar Ryback ketika hampir saja mengalahkan CM Punk dan menjadi WWE Champions yang baru. Desember 2012, ketiganya baru menjelaskan apa tujuan tindakan mereka. Mereka bilang, mereka adalah polisi, hakim dan eksekutor dan mereka ingin dipanggil dengan sebutan The Shield.
***
The Shield pada akhirnya berhasil membangun banyak cerita sinting. Mulai dari nongol dari tribune penonton setelah mantra ikonik "Sierra, Echo, India, Lima, Delta, SHIELD" menggema seantero arena. Hingga yang paling gila, adalah menggunakan helikopter sebagai bagian dari entrance mereka pada RAW edisi April 2013.
ADVERTISEMENT
Namun, seperti segala hal yang bermula, The Shield juga harus berakhir. Juni 2014, Rollins menghajar Reigns dan Ambrose dengan kursi di tengah ring. Dari sinilah, peruntungan Joe memerankan karakter Reigns berubah.
Roman Reigns (Foto: Flickr)
zoom-in-whitePerbesar
Roman Reigns (Foto: Flickr)
Reigns mendadak disukai karena pecinta gulat WWE sebal mampus dengan Rollins, dan karena itu, WWE memutuskan untuk melakukan push (meroketkan sang pegulat untuk tampil di main event) sebagai babyface. WWE ingin mereplikasi kesuksesan Reigns seperti dahulu mereka sukses dengan John Cena, yang juga berubah dari heel menjadi babyface.
Namun, WWE terlalu tergesa-gesa dalam melakukan push terhadap karakter Reigns. Januari 2015, Reigns juarai Royal Rumble dengan cara yang tak bisa diterima. Saat tinggal tersisa tiga pegulat yang harus disingkirkan, tiba-tiba muncul Dwayne Johnson membantunya.
ADVERTISEMENT
Johnson bukan peserta resmi, dan tujuannya adalah membantu Reigns menangi Royal Rumble. Sosok yang dikenal dengan finsher-nya yang dinamai People Elbow itu menyingkrikan Big Show dan Kane. Sementara, Reigns berhasil mengalahkan Rusev.
Dengan kemenangan itu, Reigns boleh tampil di WrestleMania 31 untuk mencoba mengalahkan Brock Lesnar demi sabuk Universal Champions. Tiga tahun setelahnya, Reigns selalu mendapatkan kesempatan untuk tampil di WrestleMania meski begitu banyak celah dalam karakter Reigns.
Mulai dari storyline yang tak cukup kuat, mic skill yang tak begitu apik, hingga finisher Superman Punch yang terasa kurang meyakinkan untuk menyakiti lawan. Dari situ, WWE memutuskan untuk menyatukan Reigns kembali dengan Rollins dan Ambrose sebagai trio The Shield pada Oktober 2017.
ADVERTISEMENT
Namun, efeknya tak sesuai yang diharapkan WWE. Ketika Reigns menjadi bagian dari The Shield, semua orang akan bersuka cita. Namun, ketika dia tampil sebagai Reigns, sebagian besar orang di venue membencinya. Saking pusingnya, WWE sampai mengedit suara boo di venue agar terdengar seperti suara cheer di televisi.
***
RAW edisi Senin (22/10/2018) juga mulanya menawarkan hal yang tak jauh beda bagi Reigns. Ketika dia berjalan ke ring beserta entrance music-nya yang tak pernah diubah dalam empat tahun terakhir, terdengar jelas cemoohan untuk Reigns.
Hingga pada akhirnya dia berada di tengah ring dan mengatakan jika kali ini, dia tak menjadi seorang Roman Reigns. Seorang petarung yang dicitrakan sempurna oleh WWE. Di depan para penonton itu adalah Joe Anoa’i, manusia yang ingin melawan hal-hal mustahil dengan nyalinya sendiri.
ADVERTISEMENT
Di sana, dia mengumumkan jika dia akan melepas sabuk Universal Champions-nya yang baru dia dapatkan setelah kalahkan Brock Lesnar pada pay-per-view Summerslam, Agustus silam. Penyakit leukemia yang telah kembali adalah sebabnya. Namun, pernyataan ini bukanlah pernyataan selamat tinggal darinya dari dunia gulat.
“Aku tak perlu semua orang mengasihani diriku, karena aku punya keyakinan. Ketika aku berusia 22 tahun, aku mengetahui penyakit ini ada di tubuhku. Aku tak berbohong, itu merupakan salah satu momen terberat dalam hidupku,” kata Joe.
“Ini bukanlah pidato perpisahanku dari dunia gulat. Karena setelah aku berhasil menendang bokong leukemia untuk sekali lagi, aku akan pulang. Ketika aku kembali, aku tak hanya mengincar kemenangan atau gelar. Tapi, aku akan membawa sebuah misi penting.”
ADVERTISEMENT
“Aku ingin pulang untuk menunjukkan kepada seluruh dunia, keluarga, teman, istri dan anakku, jika setiap masalah mencoba menjatuhkanku, aku adalah manusia yang akan melawan. Setiap saat. Karena aku akan melawan penyakit ini, dan kamu akan melihat aku kembali secepat mungkin,” tutup Reigns.
Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Joe mendapatkan tepuk tangan dan riuh penonton di satu arena penuh. Ya, sebagian pecinta gulat mungkin menaruh benci kepada karakter Roman Reigns. Namun, semua orang pada akhirnya sadar, di balik Reigns, ada seorang manusia bernama Joe Anoa'i.