Seperti Apa, Sih, Rasanya Menyaksikan Pertandingan Bridge?

31 Agustus 2018 19:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Cabang Olahraga Bridge (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Cabang Olahraga Bridge (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
ADVERTISEMENT
Bridge adalah olahraga yang unik. Selain dibutuhkan pengambilan keputusan dan analisis yang tepat, pertandingan bridge tidak sama dengan olahraga-olahraga lainnya.
ADVERTISEMENT
Ketika ada wakil Indonesia tampil di cabor bridge, jangan harap ada suporter berteriak lantang “IN-DO-NE-SIA” seperti di bulu tangkis atau sepak bola. Atau ekspresi senang atau duka yang dipertontonkan ketika mengambil keputusan yang benar dan salah dalam ihwal menukar kartu.
Malah, olahraga ini menghendaki kesunyian dan jarak. Sebab, ingar-bingar berpotensi mendistraksi para atlet. Jika terdistraksi, maka potensi mengambil keputusan yang salah pun semakin besar.
kumparanSPORT menyaksikan sendiri ketika meliput pertandingan semifinal 1, 2, 3 untuk kategori beregu putra, putri, dan campuran bridge Asian Games 2018 yang digelar di JIExpo. Semifinal 1 dan 2 digelar Kamis (30/8/2018) silam. Semifinal 3 digelar Jumat (31/8/2018) ini.
Kami tidak dapat melihat langsung wajah atlet. Pasalnya, para penonton dan media ditempatkan di ruangan yang berbeda dengan para atlet yang bertanding.
ADVERTISEMENT
Di ruangan media dan penonton, ada sebuah layar besar yang berisikan informasi kartu apa yang kini dimiliki tiap atlet. Itulah satu-satunya cara untuk mengetahui apa yang tengah terjadi dalam ruangan atlet.
Di ruangan atlet pun, para atlet juga tak bisa melihat ekspresi wajah satu sama lain ketika laga tengah bergulir. Ada sebuah sekat di tengah meja, dengan lubang di bagian bawah untuk bertukar kartu. Tujuannya, tentu saja, untuk menghindari psy-war ketika atlet mengambil keputusan.
Pertandingan bridge kategori mixed team di Asian Games 2018. (Foto: Andry Prasetyo/Antara/INASGOC)
zoom-in-whitePerbesar
Pertandingan bridge kategori mixed team di Asian Games 2018. (Foto: Andry Prasetyo/Antara/INASGOC)
Lalu, bayangkan, semifinal 1 menghabiskan waktu kurang lebih empat jam. Setelah semifinal 1 tuntas, para atlet rehat. Sembari makan, mereka menghitung keputusan apa saja yang betul dan salah. Waktu rehat itu cuma 45 menit. Lalu, mereka pun masuk ke dalam venue dan melanjutkan semifinal 2.
ADVERTISEMENT
Semifinal 2 berakhir Kamis (30/8) malam. Dan para atlet pun tak bisa langsung tidur setelah laga itu. Sepulangnya, mereka harus menghitung kembali keputusan yang benar dan salah, plus memikirkan strategi untuk pertandingan semifinal 3 yang digelar Jumat (31/8) pagi.
“Mustahil bisa tidur cepat kalau kamu main bridge. Skornya masih dihitung oleh panitia. Tapi, semoga kami bisa di posisi ke-12 besar,” kata salah satu atlet bridge Indonesia, Taufik Gautama Asbi. Ketika mengatakan kalima tersebut, lelah terlihat jelas di wajahnya. Suaranya pun terdengar lesu.
Di semifinal 3, mereka harus kembali duduk dan berpikir. Berita baiknya, hampir seluruh kategori beregu dalam final bridge ada wakil Indonesia.
Layar pertandingan bridge. (Foto: Arif Utama/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Layar pertandingan bridge. (Foto: Arif Utama/kumparan)
Di dalamnya termasuk Taufik dan rekannya, Lusje Olha Bojoh, yang finis di peringkat ke-10 dalam kategori beregu campuran. Perlu dicatat, perlu berada di posisi ke-12 besar untuk lolos ke final. Namun, Taufik tak bisa merayakan lolosnya ke final secara berlebihan.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, final 1 akan digelar pada Jumat (31/8) siangnya. Sementara, final penetuan, atau final 2, akan digelar pada Sabtu (1/9) mendatang. Yah… olahraga ini betul-betul mengajarkan sabar kepada para atlet dan yang menontonnya.
Namun, sebagaimana yang dikatakan Bambang Hartono, olahraga macam inilah yang melatih seseorang untuk menjadi seorang pemimpin karena dibutuhkan pengambilan keputusan yang tepat.