Setelah Asian Games, Jonatan Christie Bidik Medali Emas Olimpiade

3 September 2018 12:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Atlet bulutangkis tunggal putra Indonesia, Jonatan Christie saat di temui kumparan di PBSI, Jakarta, Jumat (31/8/2018). (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet bulutangkis tunggal putra Indonesia, Jonatan Christie saat di temui kumparan di PBSI, Jakarta, Jumat (31/8/2018). (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Taufik Hidayat berhasil meraih medali emas Asian Games pertama ketika usianya belum genap 20 tahun. Kala itu, dia meraih di Bangkok, Thailand, pada edisi 1998. Enam tahun setelahnya, Taufik sukses merengkuh medali emas Olimpiade Athena 2004.
ADVERTISEMENT
Jonatan Christie agak berbeda. Dia berhasil meraih medali emas Asian Games saat berusia 20 tahun dan dan dua tahun lagi dia mengincar medali emas Olimpiade di Tokyo 2020.
Jojo--sapaan akrab Jonatan Christie--berhasil mendapatkan medali emas setelah 12 tahun lamanya tunggal putra Indonesia tak berjaya di nomor perorangan Asian Games. Kebetulan, tunggal putra Indonesia terakhir yang meraihnya adalah Taufik Hidayat.
Jojo sukses meraih medali emas Asian Games 2018 setelah pada laga final, dia berhasil mengalahkan wakil Taiwan, Chuo Tien-Chen dengan tiga gim 21-18, 20-22, dan 21-15.
Atlet bulutangkis Indonesia, Jonatan Christie saat melawan Chou Tienchen pada laga final tunggal putra di Asian games 2018 di Jakarta (28/08/2018). (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet bulutangkis Indonesia, Jonatan Christie saat melawan Chou Tienchen pada laga final tunggal putra di Asian games 2018 di Jakarta (28/08/2018). (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Emas di Asian Games juga menjadi batu loncatan untuk Jojo ke depannya. Terlebih, dirinya menargetkan prestasi yang lebih tinggi usai gelaran Asian Games kali ini. Ya, itu tadi, emas Olimpiade 2020.
ADVERTISEMENT
"Pastinya setelah di nasional, se-Asia Tenggara, se-Asia dan mungkin dunia, ya. Sebagai atlet, impian satu juara olimpiade dan juara dunia. Itu target ke depan saya, juara dunia dan olimpiade. Tapi itu jangka jauh, sekarang mungkin jangka pendek turnamen terdekat seperti Super Series dan beberapa turnamen," tutur Jojo kepada kumparanSPORT.
Ya, meraih medali emas di Olimpiade adalah salah satu prestasi tertinggi bagi setiap pebulu tangkis. Apalagi, bagi Jonatan yang sudah berhasil menjadi juara di Asian Games, salah satu ajang yang diikuti oleh jagoan-jagoan bulu tangkis dunia.
"Kita enggak pernah tau (apakah saya bisa menembus lima besar dunia atau tidak). Saya hanya bisa berusaha, sisanya kita serahkan sama Tuhan. Udah itu saja," ucap Jojo.
ADVERTISEMENT
Atlet bulutangkis tunggal putra Indonesia, Jonatan Christie saat berlatih di PBSI, Jakarta, Jumat (31/8/2018). (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet bulutangkis tunggal putra Indonesia, Jonatan Christie saat berlatih di PBSI, Jakarta, Jumat (31/8/2018). (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Kendati mendapat emas, sejatinya Jojo tak tampil konsisten tahun ini. Pada tahun ini, baru emas Asian Games raihan terbesar dalam kariernya. Tak ada gelar yang Jojo dapatkan tahun ini, bahkan masuk 16 besar turnamen besar saja terkadang sulit diraih.
Masalah konsistensi ini sangat dipahami betul oleh Jojo. "Sebenarnya itu masih jadi pekerjaan rumah (PR) buat kami, terlebih lagi saya pribadi juga masih terus belajar bagaimana caranya bisa konsisten, karena ya mungkin dari umur juga," ucap Jojo saat berbincang dengan kumparanSPORT.
"Tapi enggak bisa dibilang pemain muda masih inkonsisten atau apa. Kita bisa lihat dari negara lain juga ada yang konsisten bagus, ya, kita mesti belajar dari mereka juga kan. Tapi, ya, yang saya bilang itu PR buat saya bagaimana caranya saya bisa lebih konsisten lagi untuk pertandingan yang ada di depan," ungkap Jojo.
ADVERTISEMENT
Saat ini, Jojo berada di posisi 15 dunia dengan raihan 49,783 angka. Konsistensi akan bisa membawanya menembus peringkat 10 besar, bersanding bersama jagoan tunggal putra lain seperti Chen Long, Shi Yuqi, hingga Kento Momota.