Simona Halep: Si Penjelajah Ruang, Si Pelari Cepat

8 Juni 2018 17:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Halep di laga semifinal vs Muguruza. (Foto: REUTERS/Benoit Tessier)
zoom-in-whitePerbesar
Halep di laga semifinal vs Muguruza. (Foto: REUTERS/Benoit Tessier)
ADVERTISEMENT
Simona Halep kembali mencapai final Grand Slam. Final Prancis Terbuka 2018 yang bakal digelar pada Sabtu (9/6/2018) di Roland Garros Stadium, menjadi yang keempat kalinya di sepanjang perjalanannya sebagai petenis profesional di level senior. Tiga keberhasilannya menjejak partai final terdahulu berujung dengan kegagalannya merengkuh gelar juara. Orang-orang lantas menyebutnya sebagai spesialis final, finalis tanpa gelar juara.
ADVERTISEMENT
Halep adalah keunikan di ranah tenis, karena statusnya sebagai peringkat satu dunia diikuti dengan fakta bahwa belum ada satu gelar Grand Slam pun yang jatuh ke tangannya. Sloane Stephens yang menjadi lawannya di partai final itu sudah mengamankan satu gelar di perhelatan Amerika Serikat Terbuka 2017. Kemenangan 6-3, 6-0 atas Madison Keys dalam waktu 61 menit menandai keberhasilan Stephens merebut trofi Grand Slam pertamanya.
Tenis milik Halep lahir dari kegagalan ayahnya menjadi pesepak bola profesional. Sang ayah sebenarnya sudah bergabung dengan salah satu klub sepak bola yang bermain di divisi empat di Rumania, Sageata Stejarul. Entah seperti apa ceritanya, yang jelas ia tak bisa berkarier gemilang dan banting setir sebagai pebisnis susu.
ADVERTISEMENT
Kegagalannya ini menumbuhkan ambisi untuk menjadikan kedua anaknya sebagai atlet profesional. Tadinya, kakak laki-laki Halep-lah, Nicusor, yang diorbitkan keluarganya pertama kali sebagai petenis. Namun, karena fokus pada sekolah, Nicusor memutuskan untuk berhenti. Sang ayah tidak memaksa. Ia kemudian menyadari bahwa anak perempuannya punya minat pada tenis yang jauh lebih besar daripada kakaknya.
Gelagat ini ditunjukkan dari kesenangan Halep untuk curi-curi latihan saat kakaknya berlatih. Nicusor Ene yang menjadi pelatih pertama Halep pernah meragukan kemampuannya karena secara fisik, Halep tergolong mungil. Namun, fisik yang mungil membikin Halep unggul dalam kecepatan. Dibandingkan dengan anak-anak didiknya yang lain saat itu, pergerakan Halep jauh lebih cepat. Pada usia delapan tahun Halep memulai kompetisi pertamanya.
ADVERTISEMENT
Karena tenis adalah olahraga mahal, seorang petenis membutuhkan sponsor untuk sukses. Halep beruntung karena pada usia 15 tahun, seorang pebisnis lokal, Cornelio Idu, bersedia untuk mendanainya bertanding dan berlatih. Halep tahu keputusannya untuk terjun ke dunia tenis melahirkan risiko-risiko yang tak ringan. Mulai dari cedera hingga kehilangan waktu pribadi, semua diterjangnya demi kemenangan di atas lapangan tenis.
Kesadaran akan risiko itu bahkan pernah melahirkan satu keputusan paling ajaib bagi seorang perempuan. Di usia 17 tahun, Halep memutuskan untuk mengikuti operasi pengecilan payudara yang menurut tim medisnya, membantunya untuk bereaksi lebih cepat saat menghadapi permainan lawan.
Bertumpu pada Kekuatan dan Kecepatan Kaki
Footwork menjadi keunggulan terbesar Halep karena membuatnya tampil dengan lebih agresif. Untuk membuktikan pernyataan ini, kita hanya perlu menyaksikan tayangan ulang pertandingannya di babak perempat final Roland Garros 2018 melawan Angelique Kerber.
ADVERTISEMENT
Dibandingkan petenis Jerman yang jadi lawannya itu, Halep lebih aktif untuk menyisir setiap jengkal lapangan di area baseline yang menjadi kekuatannya, dan sebagian besar petenis modern. Banyak yang menilai, gerakan seperti ini cukup berisiko karena dapat membuat petenis kelelahan lebih cepat. Terlebih, di lapangan terbuka dengan cuaca yang cenderung tak stabil seperti yang terjadi di perhelatan Roland Garros tahun ini.
Namun, sebagai profesional, Halep tak akan bergerak tanpa perhitungan. Artinya, ia tak akan melakukan footwork dengan risiko tinggi seperti ini bila tak punya manfaat sama sekali. Gerakan Halep yang seperti ini berfungsi untuk menyisir area dan menemukan angle terbaik untuk melesakkan serangan, terutama dengan pukulan backhand yang jadi andalannya.
ADVERTISEMENT
Pertandingan melawan Kerber itu menjadi ilustrasi bagaimana Halep menggunakan keunggulannya, menjelajah dan mengeksploitasi ruang sempit yang tersedia untuk menemukan sudut angle pukulan terbaik dan tetap bersiaga terhadap menghadapi serangan lawan dari segala arah.
Dibandingkan dengan olahraga lainnya, lapangan tenis untuk nomor tunggal jauh lebih sempit. Lebarnya hanya 8,23 meter dan panjangnya 11,88 meter. Namun, ruangan yang sempit itu hanya ditempati oleh seorang pemain selama entah berapa jam. Karena bukan pemain tim, maka lawan akan cenderung mudah menebak arah serangan seorang pemain.
Untuk mengakalinya, Halep begitu rajin bergerak, memperluas lapangan tenis di benak si lawan. Kecepatan footwork yang seperti ini juga membantu Halep untuk tak terlambat meladeni permainan-permainan area baseline.
ADVERTISEMENT
Kekuatan kaki Halep memang menjadi perhatian serius. Bila diperhatikan dalam laga melawan Kerber, walaupun harus mengembalikan bola rendah dari sudut baseline yang membuatnya harus melesakkan pukulan lob dengan posisi tubuh yang hampir tersungkur.
Aksi Halep di Prancis Terbuka 2018. (Foto: REUTERS/Gonzalo Fuentes)
zoom-in-whitePerbesar
Aksi Halep di Prancis Terbuka 2018. (Foto: REUTERS/Gonzalo Fuentes)
Bila keseimbangannya buruk, bukannya tak mungkin dia bakal terjatuh dan membuat lawan dapat melesakkan serangan yang tak dapat dikembalikan oleh Halep karena terlambat mengejar (perhatikan video 1 di menit 0:30 hingga 0-31).
Di set kedua pertandingan melawan Kerber saat kedudukan 4-3 untuk keunggulan Halep menjadi satu momen yang sekali lagi menegaskan kecepatan Halep menjadi senjata yang seharusnya begitu diwaspadai oleh para lawannya. Kala itu, ia berdiri jauh dari net, Halep ada di area baseline.
ADVERTISEMENT
Kerber berusaha merebut net point dan melepaskan pukulan pelan yang tak jatuhnya tak jauh dari net. Walaupun posisinya jauh, Halep tak terlambat, ia bahkan berhasil melepaskan dropshot yang tak sanggup dijangkau Kerber (perhatikan video 1 menit 0:55-0:57).
Jebakan Kombinasi Reli Panjang dan Bola Pendek
Bagi para penonton, pertandingan dengan reli-reli panjang akan menjadi tontonan yang mengasyikkan. Begitu penuh drama dan bertensi tinggi. Halep dengan segala kecepatan yang dimilikinya, entah bagaimana sulit untuk memetik angka dari single shot.
Akibatnya, ia cenderung berusaha memetik keunggulan dari permainan reli-reli panjang. Caroline Wozniacki yang menjadi lawannya di final Australia Terbuka 2018 mengambil keuntungan dari situasi ini.
Wozniacki dan Halep setelah laga final. (Foto: REUTERS/Edgar Su)
zoom-in-whitePerbesar
Wozniacki dan Halep setelah laga final. (Foto: REUTERS/Edgar Su)
Sebagai petenis yang cenderung mengandalkan permainan defensif, ia berhasil menggiring Halep pada permainan reli panjang yang melelahkan dan memberinya banyak waktu untuk menemukan area yang tak dapat dijangkau oleh Halep, terutama dengan bola pendek sebagai penutup reli. Lantas, bukannya tak mungkin ini akan menjadi situasi yang juga bakal digunakan Stephens di partai final nanti.
ADVERTISEMENT
Final Prancis Terbuka 2017 mempertemukan Halep dengan petenis asal Latvia, Jelena Ostapenko. Di laga ini, Halep cenderung tak berkutik. Ia hanya sanggup melesakkan 8 winner. Ostapenko bermain dengan efektif.
Alih-alih membawa pertandingan pada permainan reli panjang, ia berusaha memetik angka secepat mungkin dengan satu atau dua shots. Terlebih, second service Halep dinilai masih bermasalah, minim kecepatan dan spin sehingga mudah untuk dipatahkan lawan.
Persoalan Mental
Persoalan emosi masih menjadi satu masalah yang kerap disoroti pada Halep. Emosi bukan perkara teknik, tapi ia bisa memengaruhi teknik setiap petenis dalam melakoni pertandingan. Contohnya, dalam laga semifinal melawan Garbine Muguruza. Di set kedua, Muguruza sempat memimpin kedudukan 3-1. Di kondisi ini, Halep cenderung emosional.
ADVERTISEMENT
Tensi tinggi bahkan ditunjukkan Halep dengan membanting raket, walaupun tak sampai rusak seperti yang dilakukan Novak Djokovic ketika berhadapan dengan Roberto Bautita Agut. Emosi yang meledak-ledak biasanya meningkatkan unforced error seorang petenis. Lantas, bukannya tidak mungkin situasi ini dimanfaatkan oleh lawan.