Susy Susanti: Rasanya Belum Afdal Kalau Belum Juarai All England

14 Februari 2019 14:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Susy Susanti ketika tampil di lapangan dulu. Foto: AFP/Frederic Brown
zoom-in-whitePerbesar
Susy Susanti ketika tampil di lapangan dulu. Foto: AFP/Frederic Brown
ADVERTISEMENT
Susy Susanti identik dengan banyak hal: Legenda, bulu tangkis, legenda bulu tangkis, medali juara, dan Olimpiade 1992. Namun, ada satu yang kerap alpa disebut, yakni jejak prestasinya di All England.
ADVERTISEMENT
Susy tidak cuma sekali, melainkan empat kali menjadi juara di All England. Gelar pertama direngkuhnya pada All England 1990 saat Susy menundukkan rivalnya, Huang Hua (China). Berikutnya, Susy menambah gelar usai kalahkan kompatriot, Sarwendah, pada 1991. Lantas, dua gelar terakhir direngkuh berturut-turut pada 1993 dan 1994.
Tunggu dulu... Sadar ada yang terlewat? Ya, pada All England 1992, Susy, yang kala itu baru berusia 21 tahun, berhadapan dengan kegagalan.
Pada edisi ke-82 All England itu, Susy kalah dari Zhaoying (China), 11-5, 5-11, dan 5-11, di babak kedua. Saat itu, Susy mengaku bermain dalam kondisi sakit. "Saya meriang, panas. Saya tetap main, dan usaha saja meski tahu kondisi sedang tidak bagus," cerita Susy kepada kumparanSPORT, Rabu (13/2/2019).
ADVERTISEMENT
"Jadi (sakit) di tengah-tengah (turnamen), ketika datang masih baik-baik saja. Mungkin karena cuaca, kalau tidak salah saat itu penurunan cuaca drastis. Gim ketiga saya sampai menggigil. Bukan alasan, tapi itu salah satu faktor yang menurunkan performa," ujarnya.
Namun, Susy membalas kegagalannya di multiajang olahraga terbesar sedunia di tahun yang sama. Menjejak Olimpiade Barcelona 1992 sebagai andalan Indonesia, Susy sukses meraih medali emas. Adegan dirinya menangis ketika menyanyikan 'Indonesia Raya' di podium jadi sesuatu yang ikonik.
Susy Susanti Foto: Alan Kusuma/kumparan
Susy sekaligus membuka sejarah dengan menjadi pemain Indonesia pertama yang menyumbang emas di Olimpiade 1992. Lewat kesuksesannya, bulu tangkis sekali lagi --atau untuk kesekian kalinya-- unjuk gigi.
Lalu, seberapa bergengsi All England di mata pemain bulu tangkis? Susy lantas menyebut beberapa faktor, yakni sejarah turnamen dan venue pertandingan, membuat All England menjadi amat menarik. Dahulu, sebelum digelar di Birmingham, All England dihelat di Wembley Arena, London, yang disebut Susy begitu anggun.
ADVERTISEMENT
"Salah satu turnamen yang paling bergengsi (All England) karena sejarahnya itu paling tua. Gengsi, suasanya berbeda. Jadi salah satu target utama dari atlet, rasanya belum afdal sebelum juara All England meski sudah juara Open. Prestisiusnya yang membuat atlet ingin juara di sana," ucap Susy.
"Dulu juga masih di Wembley. Suasananya, situasinya, keagungannya, semua sangat terasa di sana. Di tempat lain mungkin agak bising, di sana senyap dan baru bersorak saat poin. Masuk gelap, aura berbeda, agung. Kalau sekarang pindah ke Birmingham, mirip seperti (venue) yang lain. Dulu nilai sejarahnya terasa luar biasa."
Indonesia kembali berpeluang menorehkan catatan manis di All England 2019. Ganda putra terbaik 'Merah-Putih', Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, sekali lagi membidik gelar juara. Jika sukses, mereka akan meraih tiga gelar juara dalam tiga tahun beruntun.
ADVERTISEMENT
Marcus dan Kevin di Final All England 2018 Foto: Bergas Agung/kumparan
Sebelumnya, duo berjuluk 'Minions' ini sudah merengkuhnya pada All England 2017 dan 2018. Namun, sebelum era kejayaan Marcus/Kevin, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir lebih dulu mencetak hattrick All England pada tahun 2012, 2013, dan 2014.
Puluhan tahun sebelumnya, juga generasi sebelum Susy, rekam jejak kedigdayaan Indonesia di All England dibukukan lewat kemenangan tujuh kali berturut-turut milik Rudy Hartono pada 1968-1974 dan hattrick Tjun Tjun/Johan Wahjudi pada 1978-1980.
Selain hattrick, banyak pemain Indonesia yang menang dua kali berturut-turut, di antaranya Liem Swie King, Hariyanto Arbi, Ricky Soebagja/Rexy Mainaky, hingga Susy sendiri. Meski Susy gagal meraih hattrick gelar, Susy tetap legenda dan salah satu pemain produktif di All England.
Legenda bulu tangkis Indonesia, Rudy Hartono. Foto: Twitter @INABadminton
Apa pesan untuk Marcus/Kevin dan generasi saat ini yang tengah berjuang meneruskan kesuksesan bangsa di All England?
ADVERTISEMENT
"Itu (catatan hattrick) positif banget, dong, jadi penyemangat bahwa kakak-kakaknya, senior-seniornya, pernah menguasai All England. Saatnya sekarang generasi muda, anak muda kita melanjutkan perjuangan kami untuk bisa membuat hattrick prestasi untuk menaikkan nama Indonesia di sana, meneruskan tradisi prestasi di All England," kata Susy.