Tak Akan Ada Penambahan Peserta untuk Jakarta International 10K 2019

15 Juli 2018 16:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jumpa Pers Milo Jakarta International 10K 2018 (Foto: Okky Ardiansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Jumpa Pers Milo Jakarta International 10K 2018 (Foto: Okky Ardiansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Peserta menjadi roh dalam Milo Jakarta International 10K 2018. Kehadirannya tak cuma menghijaukan Kawasan Rasuna Epicentrum pada Minggu (15/7/2018), tetapi juga menggambarkan bahwa lari mulai memiliki banyak peminat.
ADVERTISEMENT
Pada edisi kali ini, jumlah peserta Milo Jakarta International 10K bertambah 1.000 peserta. Hal tersebut tak lepas dari keputusan penyelenggara untuk menambah kuota dalam kategori family run--orang tua dan anak usia 6-12 tahun. Tahun lalu, jumlah peserta dalam kategori tersebut 2.000 dan sekarang menyentuh 3.000 peserta.
Menurut Sport Marketing Manajer Milo, Donny Wahyudi, penambahan tersebut tak cuma menyoal kemeriahan, tetapi juga ada tujuan yang ingin digapai oleh penyelenggara. Yakni, menyosialisasikan hidup sehat kepada anak-anak dengan berolahraga.
"Para peminat olahraga lari dari seluruh Indonesia ikut berpartisipasi sehingga dapat membantu menyosialisasikan hidup sehat. Tahun ini perbedaannya apa? Peserta lebih banyak, tadi juga terasa lebih ramai (dari tahun sebelumnya). Ada 16.000 peserta yang berpartisipasi (dalam edisi kali ini)," kata Donny.
ADVERTISEMENT
"Ada semangat untuk menyosialisasikan hidup sehat dari sedini mungkin, maka kami beranggapan harus dimulai dari keluarga dulu. Kami ingin anak-anak yang baru bergerak aktif mulai berolahraga dan lari merupakan olahraga yang paling simpel yang bisa dilakukan oleh anak-anak," lanjutnya.
Apa yang diucapkan Donny diamini oleh pelari nasional, Jauhari Johan. Menurut Jauhari, kuota kategori family run memang perlu ditambah. Tujuannya, agar anak-anak mulai melirik untuk menghabiskan waktu dengan berolahraga ketimbang berselancar di media sosial.
"Agar anak-anak lebih suka berolahraga ketimbang bermain gawai dan mengakses sosial media. Menghabiskan waktu dengan hal semacam itu tak baik, mending berolahraga. Ya, seperti ikut berpartsipasi dalam event-event seperti ini (Jakarta International 10K)," ujar pelari andalan Indonesia dalam ajang Asian Games 2018.
ADVERTISEMENT
Selain itu, seluruh peserta turut berpartisipasi menyumbang Rp. 10.000 untuk didonasikan dalam bentuk sepatu olahraga kepada anak-anak yang membutuhkan di DKI Jakarta dan Pulau Seribu. Pihak penyelenggara, tutur Donny, dibantu oleh beberapa komunitas untuk mendistribusikan sepatu olahraga ke tempat yang sudah ditentukan.
"Dengan komunitas Berlari untuk Berbagi dan Jakarta Berbagi, sepatu nantinya dikirim ke beberapa tempat mencari anak yang punya keinginan yang kuat untuk berolahraga. Kami akan lebih dulu menentukan tempat-tempat di DKI Jakarta dan Pulau Seribu," kata Donny.
Pelari Nasional, Jauhari Johan, di Milo Jakarta International 10K 2018 (Foto: Okky Ardiansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pelari Nasional, Jauhari Johan, di Milo Jakarta International 10K 2018 (Foto: Okky Ardiansyah/kumparan)
Kendati peminat terus bertambah dan Jakarta International 10K semakin ramai, Donny enggan menambah jumlah peserta untuk tahun depan. Alasannya? Supaya lomba lari yang telah digelar semenjak 2004 silam ini tetap berkualitas.
ADVERTISEMENT
"Tapi, melihat tahun ini kita sudah tidak bisa lagi (menambah jumlah peserta). Sebab, event ini tak cuma berbicara angka, tapi juga kualitas," tutup Donny.
Pada Jakarta International 2018, pelari-pelari asal Kenya masih mendominasi. Mereka berhasil menjuarai kategori 10K Open International Putra dan Putri. Adalah David Kibet dan Peninah Kigen yang jadi juaranya.