MotoGP

Tantangan Jelang Adu Kencang di Mandalika

23 Maret 2019 14:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Momen saat pebalap Suzuki Ecstar, Alex Rins sempat memimpin balapan MotoGP Qatar 2019. Foto: twitter/suzukimotogp
zoom-in-whitePerbesar
Momen saat pebalap Suzuki Ecstar, Alex Rins sempat memimpin balapan MotoGP Qatar 2019. Foto: twitter/suzukimotogp
ADVERTISEMENT
Mandalika Bukan untuk Pebalap Saja
Mandalika tidak mau menjadi utopia. Ia tidak mau menjadi alternate universe seperti yang ada di cerita-cerita fiksi.
ADVERTISEMENT
Itulah sebabnya Mandalika membuka diri. Mandalika tidak cuma tentang pintu yang terbuka lebar bagi para pebalap dan wisatawan, tapi kesempatan bagi masyarakat lokal untuk ikut terlibat di dalamnya. Kepala Bappeda Nusa Tenggara Barat, Ir. Ridwan Syah, menjelaskan bahwa tantangan terbesar buat Mandalika adalah memberdayakan masyarakatnya sendiri.
“Tantangan terbesar Mandalika adalah bagaimana mempersiapkan sumber daya manusianya. Mandalika dan MotoGP Lombok ini bukan pekerjaannya Lombok, NTB atau ITDC (Indonesia Tourism Development Corporation) --PT. Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero)-- saja. Ini pekerjaannya Merah Putih (Indonesia),” jelas Ridwan kepada kumparanSPORT.
Peta lokasi sirkuit MotoGP di Mandalika. Foto: Google Map
Pada dasarnya, Mandalika bukan hanya bicara soal sirkuit atau perhelatan balap motor. Menpora Imam Nahrawi dalam konferensi persnya pada 23 Februari 2019 menjelaskan bahwa harapannya, gelaran MotoGP Indonesia bisa berdampak lebih luas, tak cuma tentang kompetisi olahraga.
ADVERTISEMENT
“Nanti yang kita harapkan, MotoGP berdampak lebih luas--bukan hanya soal prestasi, tapi juga pariwisata, national branding, ekonomi, dan pride suatu negara. Prinsipnya pemerintah sangat gembira karena ini betul-betul impian kita semua," ucap Imam.
"Karena sudah lama sekali memberi peluang pada Indonesia, dan baru sekarang kepastian itu. Pemerintah nanti akan mendukung dan mendorong agar Indonesia betul-betul (dapat) membuktikan (diri) sebagai negara yang layak atau pantas untuk menggelar MotoGP," jelasnya.
Foto area Kuta Beach Park the Mandalika di kawasan KEK Mandalika di Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Praya, Lombok Tengah,NTB. Foto: ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi
Kabar baiknya, tantangan tersebut diterima oleh NTB. Kesempatan untuk menjadi tuan rumah salah satu seri MotoGP 2021 menjadi peluang untuk menduniakan Lombok.
Berharap pada sektor pariwisata tidak menjadi perkara naif bagi NTB. Sektor ini sekilas terlihat ringkih, mengandalkan animo dan pesona yang bisa sekonyong-konyong meredup dihajar zaman. Tapi, Lombok adalah bukti bahwa pariwisata adalah benteng yang kokoh.
ADVERTISEMENT
“Kontribusi pariwisata terhadap pendapatan daerah memang belum serta-merta menggeser kontribusi pertanian, tapi peningkatannya sejak 10 tahun lalu menggembirakan,” ucap Ridwan.
“Kenapa pariwisata? Soalnya sektor ini cukup tahan banting. Dari gempa 2018 saja, misalnya. Pariwisata kami tidak mati. Pariwisata juga sektor dengan trickle down effect yang baik. Bukan cuma Mandalika, pemerintah juga membangun 100 desa wisata. Jadi, kami tetap bisa hidup tanpa eksploitasi tambang,” jelas Ridwan.
Pebalap Monster Energy Yamaha, Maverick Vinales mengalihkan fokusnya untuk MotoGP Argentina 2019. Foto: twitter/yamahamotogp
Gempa yang mengguncang Lombok pada Juli 2018 memang menyebabkan penurunan pesat pada jumlah kunjungan wisatawan, tapi bukan berarti tak ada turis sama sekali. Menyitat data Dinas Pariwisata NTB, jumlah wisatawan yang berkunjung ke NTB pada triwulan II 2018 mencapai 1.314.718 orang. Sementara, pada triwulan III menurun menjadi 620.398 orang. Lantas, pada triwulan akhir jumlahnya menjadi 259.745 orang.
ADVERTISEMENT
Pertanyaan tentang faktor keamanan memang mencuat. Namun, Direktur ITDC, Abdulbar M. Mansoer, mengklaim bahwa Mandalika menjadi salah satu tempat yang paling aman. Ia tidak menampik bahwa Lombok pernah diterjang bencana. Tapi, ia pun percaya Lombok berdiri karena ditopang oleh orang-orang yang kuat. Lombok bangkit, hidup dan berdiri hingga sekarang.
“Justru gempa itu menjadi salah satu pemicu untuk terus (maju). Kami tidak pernah menyalahi kehendak Tuhan, tapi intinya dari dulu daerah itu (Mandalika) sudah diperhitungkan yang paling aman. Vinci masuk juga pasti sudah melakukan riset. Tidak ada tempat yang 100% aman. Jepang pun kena gempa. Tapi kami percaya di Lombok Selatan itu bagian paling aman dari Lombok, itu keyakinannya,” jelas Abdulbar.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), Abdulbar M Mansoer. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Keberadaan Mandalika sejalan dengan kegigihan NTB--termasuk Lombok--untuk menjaga pariwisata tetap hidup. Menurut Abdulbar, sektor pariwisata merupakan hal utama yang ditawarkan oleh Mandalika. Itulah sebabnya, yang dikejar oleh Mandalika tidak cuma pembangunan sirkuit, tapi juga fasilitas pendukung yang mengokohkan pilar wisatanya.
Kebutuhan ini mendatangkan peluang bagi NTB: menyerap tenaga kerja masyarakat lokal sebesar-besarnya. Terlebih sebagai kawasan ekonomi khusus, Mandalika tak hanya dirancang untuk menjadi resor wisata kelas dunia, tapi juga berdampak bagi wilayah di sekitarnya.
Berdasarkan target, Mandalika akan menampung 10.533 kamar hotel dalam jangka panjang. Itu belum ditambah dengan fasilitas seperti rumah sakit maupun gedung ekshibisi dan pertemuan.
MotoGP Qatar 2019. Foto: KARIM JAAFAR / AFP
Untuk 2021 saja, di sekitar sirkuit akan dibangun 11 hotel dengan kapasitas 1.900 kamar. ITDC pun menyebutkan bahwa Mandalika membutuhkan 7.000 orang tenaga kerja.
ADVERTISEMENT
“Ambil contoh dari hotel saja. Di Mandalika, nanti bakal ada sekitar 10.000 kamar hotel. Anggaplah per kamar butuh ditangani dua hingga tiga orang. Ya, ‘kan tidak mungkin ambil semua pegawai dari Jawa dan Bali," ujar Ridwan.
"Pemerintah sudah siapkan politeknik pariwisata dan BLK-BLK. Pemerintah bahkan menjalankan program beasiswa untuk 1.000 mahasiswa ke luar negeri. Harapanya, ilmu di luar sana bisa mereka gunakan untuk Mandalika,” jelas Ridwan.
Hospitality butuh pasokan bahan pangan. NTB ini sebagian besar masyarakatnya petani. Kenapa kami tidak coba untuk memenuhi kebutuhannya sendiri? Pak Zul (Gubernur NTB) juga menekankan untuk mengembangkan industri berbasis pertanian. ‘Kan kalau dapat barang yang lebih segar, mutunya oke, waktunya pengirimannya cepat (karena satu daerah), juga bisa lebih bagus buat hotel dan restoran."
ADVERTISEMENT
Marquez dalam balapan MotoGP Belanda. Foto: REUTERS/Yves Herman
“Di Mandalika sekarang lagi disiapkan 250 kios UMKM. Kami tahu masih kurang, tapi, kami upayakan. Selain itu, Lombok ini orang-orangnya pandai menenun. Kalau hotel-hotel saja butuh dua bedcover per kamar, kami bisa melibatkan UMKM. Belum lagi ornamen-ornamen kamar. Pokoknya kami mencoba melibatkan masyarakat lokal untuk memenuhi ragam kebutuhan seperti itu,” ucap Ridwan.
Kabar baiknya, masyarakat NTB menyambut hangat kesempatan ini. Menurut Ridwan, masyarakatnya malah cenderung tidak sabar menunggu gelaran MotoGP dan tegaknya Mandalika.
“Ada kebanggaan secara kolektif karena MotoGP ini. Ini menjadi titik awal dunia melihat Lombok. MotoGP adalah hidayah buat Lombok,” ujar Ridwan.
Perkara Teknis Membikin Pusing
Belum lagi digelar, MotoGP sudah mengundang pertanyaan. Apalagi kalau bukan tentang kesiapan Mandalika menjadi tuan rumah? Salah satu yang bersuara adalah Indrajit Sardjono. Nama Indrajit tak asing di ranah balap.
ADVERTISEMENT
Menilik rekam jejaknya, ia menjabat sebagai Ketua Departemen Olahraga dan Teknik Ikatan Motor Indonesia (IMI) periode 1992-1998. Itu belum ditambah dengan jabatan sebagai Direktur FIM World Championship Superbike, Flamini Group, Roma, Italia, pada 1992-1994.
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika di NTB. Foto: Resya Firmansyah/kumparan
Tak tanggung-tanggung, Indrajit mengirimkan surat terbuka kepada Presiden Joko Widodo. Setidaknya ada empat hal yang menjadi fokusnya pada surat terbuka itu. Pertama, persoalan arus lalu-lintas Sirkuit Mandalika. Kedua, belum tersedianya rumah sakit di wilayah Mandalika.
Ketiga, kesiapan sumber daya manusia di wilayah yang notabene menjadi tuan rumah gelaran sekelas MotoGP. Keempat, argumen untuk melibatkan IMI sehingga dapat berkomunikasi intens dengan Federasi Motor Internasional (FIM) terkait standar sirkuit dan teknis balapan.
Kepada kumparanSPORT Indrajit bercerita tentang gambaran besar gelaran satu seri MotoGP. Menurutnya, periode itu akan dipenuhi dengan sekitar 90 motor. Jumlah yang bejibun itu dikarenakan MotoGP acap diadakan berbarengan dengan Moto2 dan Moto3. Itu masih motornya, belum termasuk peralatan dan krunya.
ADVERTISEMENT
“Kalau di F1, siklusnya satu kali angkut 300 ton dan orangnya sampai 1.500. Kalau MotoGP, saya pikir, jumlahnya tidak sebanyak itu. Kalau ada 45 tim, mungkin 900-an termasuk kru segala macam. Nah, kesiapan bandara bagaimana? Jujur saya tidak tahu,” jelas Indrajit.
Bicara tentang logistik yang melimpah, tentu ada prosedur-prosedur yang tak biasa. Menilik letak geografis, seri Thailand, Malaysia, Jepang, dan Australia--menjadi yang terdekat dengan Indonesia. Menurut Indrajit, pada umumnya setiap tim akan diberikan waktu satu minggu untuk bersiap sebelum balapan.
“Katakanlah setelah GP Malaysia akan ke Indonesia. GP Malaysia selesai pada Minggu sehingga hari itu juga peralatan dan motor diangkat dari venue. Senin baru diangkut ke Indonesia. Senin-Selasa bongkar muatan, pada Rabunya, motor sudah harus jadi (siap). Jumat sudah mulai latihan bebas, Sabtu kualifikasi, dan Minggu balapan.”
ADVERTISEMENT
Bicara rangkaian aktivitas bongkar-muat tadi, kapasitas serta kualitas bandara dan pelabuhan, serta akses lalu lintas menjadi kunci. Apa boleh buat, memindahkan peralatan tempur para pebalap tidak semudah pindahan ala anak kos.
Bobot motor MotoGP sendiri berkisar hingga 157 kg dan harus dibawa berkeliling dunia setiap serinya. Dalam video MotoGP berjudul 'Racing Together: Moving Motorbikes Around the World', ada perbedaan antara GP di Eropa dan luar Eropa.
Box berisi perlengkapan tim balap MotoGP. Foto: Dok. MotoGP
Karena mayoritas tim bermarkas di Eropa, maka mereka pergi ke sirkuit masing-masing. Di luar Eropa, tim dan Dorna selalu bepergian bersama-sama.
Menurut Carles Jorba, Dorna Operations Department Director, setiap tim sudah mengemas barang yang akan dibawa, termasuk motor. "Dari bandara, kami menuju sirkuit dan menaruh box barang tersebut," kata Jorba.
ADVERTISEMENT
Total perlengkapan tim-tim tersebut berjumlah sekitar 800 boks yang bobotnya mencapai 380 ton. Ada 40 truk yang membawa semua kotak perlengkapan itu menuju jet jumbo, Boeing 747.
Tak cuma aktivitas bongkar-muat yang rumit itu. Jumlah penonton pun harus diperhatikan. Di satu sisi, jumlah penonton yang melimpah memang menyenangkan. Tapi, semuanya hanya akan menjadi kekacauan jika Mandalika tak siap.
Andrea Dovizioso (Ducati) mengalahkan Marc Marquez (Honda) di GP Qatar 2018 Foto: Dok. MotoGP
Hal-hal yang sepintas terkesan remeh seperti lahan parkir para penonton mesti dipikirkan agar segala sesuatunya tak menjadi runyam. Nah, itu belum ditambah dengan standar keamanan dan persyaratan FIM lainnya.
“Jangankan konsep street circuit, saya hanya bicara ikut aturan FIM. Interpretasi street circuit bisa kabur. Saya bicara running road minimal 30-50 m. Dan sudah pasti tidak boleh ada trotoar," ujar Indrajit.
ADVERTISEMENT
Di atas segalanya, mempersiapkan diri secara komprehensif dan matang menjadi hal yang paling ditekankan oleh Indrajit. Terlebih, MotoGP Indonesia bukan pembicaraan baru. Gaungnya sudah terdengar pada 2016 dan 2017.
“Jangan tambal sulam, jangan hanya wow-wow. Tapi lihat secara komprehensif dan matang. Ini perhelatan bangsa Indonesia. Setelah Formula 1, barangkali MotoGP paling banyak yang menonton. Semua ada tantangan. Tapi, bagaimana menyiasatinya, waktunya cukup atau tidak? Tidak ada hidup yang tanpa tantangan,” tegas Indrajit.
Sirkuit Jalan Raya Mandalika. Foto: Putri Sarah Arifira/kumparan.
*kumparanSPORT membahas jelang gelaran MotoGP Indonesia 2021 di Mandalika, Lombok. Anda bisa menyimaknya di topik 'Menyongsong MotoGP Mandalika'.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten