Tertempa, Tertempa, Terbentuk, Itulah Franco Morbidelli

28 Maret 2018 16:11 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Morbidelli di tes pramusim Sepang. (Foto: MOHD RASFAN / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Morbidelli di tes pramusim Sepang. (Foto: MOHD RASFAN / AFP)
ADVERTISEMENT
"28 tahun sejarah tak bisa dijelaskan dalam selembar surat. Saya ingin menceritakannya lewat lagu atau puisi, tapi saya bukan penyanyi atau penyair. Jadi, saya coba menyusun kisah dengan kaki saya, dengan bermain sepak bola. Ini jadi cara termudah untuk mengekspresikan diri saya."
ADVERTISEMENT
"Ngomong-ngomong, tahukah kamu mainan favorit saya ketika kecil? Bola dan sampai sekarang itu masih jadi favorit saya. Tapi, pada satu titik, kita akhirnya tumbuh dewasa. 'Waktu yang memutuskan untuk kita', itu yang orang-orang katakan. Sialan kau, waktu!"
Sederet kalimat itu keluar dari mulut Francesco Totti, ketika putra daerah dan legenda sepak bola Roma itu berpamitan kepada semua pendukung Giallorossi di Olimpico Stadio. Hari itu, 29 Mei 2017, Totti resmi menanggalkan jersi satu-satunya klub yang pernah ia bela dan melambungkan namanya di jagat sepak bola. Totti gantung sepatu.
Beberapa bulan kemudian, serupa tapi tak sama, Franco Morbidelli, pebalap kelahiran Roma 23 tahun lalu itu, mulai menjejakkan kakinya di kelas MotoGP. Ia naik kelas ke balap motor premier untuk mengarungi musim 2018, seusai lima musim mengaspal di Moto2. Jasanya diikat kontrak oleh Tim Estrella Galacia (EG) 0,0 Marc VDS yang menggunakan mesin Honda.
ADVERTISEMENT
Sebagai pria yang lahir di Roma, Morbidelli punya kesukaan yang berbeda dengan Totti. Ia memilih sepeda motor sebagai mainan favoritnya. Kendati begitu, Morbidelli tak menampik sepak bola adalah olahraga kesenangannya juga ketika kecil, apalagi ia keturunan Brasil yang diwarisi dari sang ibu.
"Ayah saya adalah pebalap di Italia, jadi ia membalap selama hidupnya. Ketika berhenti membalap, ia membuka bengkel. Jadi, saya besar di bengkelnya."
"Saya tumbuh dewasa di antara motor dan balapan. Saya selalu berada di lingkungan balapan dan itu adalah hal terbaik yang saya tahu di hidup saya. Ia telah menjadi bagian sejak saya kecil," tutur Morbidelli kepada Crash pada Oktober 2017.
"Sepak bola adalah hal yang sudah ada di kepala saya sejak kecil dan kalian pasti sudah tahu, olahraga utama di Italia adalah sepak bola. Saya juga keturunan Brasil. Ketika ke sana saya selalu bermain bola dengan kawan-kawan dan anggota keluarga yang lain. Tapi, saya tahu olahraga saya hanya satu, balapan motor. Balapan motor adalah hal terbaik."
ADVERTISEMENT
Perjalanannya dimulai ketika ia pindah dari Roma ke Tavaullia, tempat kelahiran Valentino Rossi. Morbidelli pun masuk ke akademi balap milik Rossi, VR46 Academy.
Bakatnya melejit dan jadi pebalap andalan Italia di kejuaraan Eropa Superstock 600 pada 2013. Ia pun jadi juara di kompetisi itu. Di tahun yang sama, Tim Federal Oil Gresini menggunakan jasanya sebagai pebalap cadangan di Moto2, tetapi Morbidelli hanya membalap sebanyak tiga kali tanpa pernah merasakan podium.
Ketika ia tengah berjuang meniti karier, kabar yang mengejutkan datang. Sang ayah, Livio Morbidelli, bunuh diri pada 13 Januari 2013. Masa sulit mau tak mau harus dilewatinya, tetapi potensi Morbidelli terus tercium hingga akhirnya Italtrans Racing Team merekrutnya untuk jadi pebalap utama di Moto2 musim 2014.
ADVERTISEMENT
Di musim perdana bersama Italtrans--atau musim keduanya di Moto2--Morbidelli belum terlihat moncer dan hanya berada di posisi 11 klasemen akhir. Satu musim berselang atau tepatnya 2015, Morbidelli bisa merengkuh podium pertamanya ketika finis di posisi tiga pada GP Amerika Serikat di Sirkuit Indianapolis. Tetapi, di akhir musim, ia hanya berada di peringkat 10 klasemen.
Melewati dua musim awal yang tidak terlalu impresif, Morbidelli akhirnya mulai menabur bunga di jalan yang ia titi. Musim 2016 ia menggebrak masuk ke jajaran pebalap papan atas, merengkuh delapan podium --tidak satu pun jadi yang pertama, tiga kali mencatatkan waktu putaran tercepat (fastest lap), hingga akhirnya mengakhiri musim dengan bercokol di peringkat empat klasemen.
Morbidelli juara dunia Moto2. (Foto: AFP/Mohd. Rasfan)
zoom-in-whitePerbesar
Morbidelli juara dunia Moto2. (Foto: AFP/Mohd. Rasfan)
Puncak prestasinya di Moto2 tiba ketika ia mengarungi musim 2017. Langsung melesat jadi yang tercepat pada GP pembuka di Qatar, Morbidelli meneruskan performa menawannya dan merengkuh gelar juara dunia pertamanya. Di musim ia juara, Morbidelli mengemas 12 podium dengan delapan kali jadi yang pertama, enam kali meraih pole position, dan delapan kali mencatatkan fastest lap.
ADVERTISEMENT
Kemenangan Morbidelli saat itu adalah kemenangan Italia, karena ia berhasil menjadi pebalap asal Negeri Pizza yang merengkuh juara dunia setelah Rossi memenanginya pada 2009. Tak pelak, Tim Marc VDS yang memutuskan naik kelas ke MotoGP juga mengikutsertakan Morbidelli sebagai salah pebalap utamanya bersama Thomas Luthi.
Untuk kesekian kali, Morbidelli kembali meniti kariernya di tempat anyar. Usai menjalani tiga tes pramusim yang mengesankan, penampilan apiknya terus berlanjut pada seri perdana 2018 di Sirkuit Losail, Qatar. Memulai balapan dari posisi ke-14, Morbidelli terus memacu motornya bersaing dengan nama-nama beken macam Jorge Lorenzo, Andrea Iannone, dan Alvaro Bautista.
"Awalnya sedikit tricky. Tapi, saya mencoba tenang karena tidak mau melakukan gerakan yang bodoh. Ketika balapan terus berlanjut saya mendapatkan pertarungan yang bagus dengan Lorenzo," kata Morbidelli usai balapan kepada Crash.
ADVERTISEMENT
"Sangat menyenangkan melihatnya selama balapan dan saya punya kesempatan beberapa putaran untuk bertarung denganya hingga akhirnya Lorenzo terjatuh. Di situ, saya punya kesempatan belajar dan melihat di bagian mana saya bisa lebih baik."
Posisi ke-12 yang ia peroleh di akhir balapan memang tidak terlepas dari terjatuhnya Lorenzo dan Alex Rins di putaran ke-12. Morbidelli yang asalnya berada di posisi 14 pun terangkat naik. Namun demikian, penampilan apiknya juga berkontribusi besar mendongkrak raihannya, itulah mengapa ia jadi rookie yang paling impresif di GP Qatar.
Morbidelli di Moto2. (Foto: Twitter: Franco Morbidelli)
zoom-in-whitePerbesar
Morbidelli di Moto2. (Foto: Twitter: Franco Morbidelli)
Hasil menawan di balapan pertama memang tak menjamin Morbidelli bakal terus moncer di 18 seri tersisa. Tetapi, Morbidelli yang ditempa banyak tantangan bahkan sempat kehilangan ayahnya dengan cara yang mengenaskan, tak merasa gentar dengan tantangan barunya di MotoGP.
ADVERTISEMENT
"Hidup adalah tantangan, hidup dibuat dengan tantangan. Jadi, tujuan saya adalah terus melangkah maju sebagai pebalap, sebagai pribadi manusia setiap harinya. Sekarang saya di MotoGP dan tujuan saya sekarang adalah terus maju dan meningkatkan semua aspek, performa motor, tim, dan gaya membalap."
Morbidelli dalam satu tarikan napas yang hampir sama dengan Totti, saat ini tengah menyusun kisahnya sendiri. Sama seperti Totti yang mengaku tak pintar berpuisi sehingga menggunakan kakinya untuk mencatat sejarah, Morbidelli menggunakan lengan untuk memacu gas motornya sebagai cara menuliskan kisah.
Tugas Morbidelli mencatatkan tinta emas di lembaran barunya itu bakal tersaji lagi pada seri balapan selanjutnya di GP Argentina, 8 April 2018 mendatang. Dengan modal apik jadi jawara di sini saat masih di Moto2 musim lalu, akankah itu jadi pemacu baginya meneruskan hasil apik di GP Qatar? Tentu menarik dinantikan.
ADVERTISEMENT